Rabu, April 06, 2011

Buku Pintar Agama Buddha ( U )

BUKU PINTAR AGAMA BUDDHA
Oleh : Tanhadi


KELOMPOK : (U)

Ubhatobhaga-vimutti :  Mencapai kebebasan dengan dua cara.

Uccakulina : Mulia.

Uccedaditthi : Kepercayaan Nihilistik.

Uccheda-Vada : Teori pemusnaan diri.

Uddhamgami : Batin bergerak keatas.

Uddhacca : Kegelisahan, kegalauan.
Kekacauan pikiran sehubungan dengan sebuah obyek, yang merupakan kekhawatiran bila apa yang hendak dicapainya tidak berhasil diraihnya.

Uddhacca-Kukkuca : Gelisah dan cemas.
Yaitu ketidakmampuan pikiran untuk berkonsentrasi pada suatu obyek. Karena galau, pikiran seseorang mengembara dari satu obyek ke obyek yang lain, sehingga ia dikuasai oleh kegelisahan dan pendiriannya tidak tetap

Upadhi : Kepribadian , penampilan.

Upadhi Sampatti : Kecantikan.

Upadhi Vipatti : Kejelekan.

Upãdãna : Kemelekatan.
Ibarat orang yang sedang mengambil buah. Buah terus diambil walaupun keranjangnya sudah penuh, terus saja mengambil. Karena melekat itulah menimbulkan dorongan melakukan sesuatu, sehingga menimbulkan bhava.

Upãdãna Terdiri dari 4 macam yaitu :
a)   Kãmupãdãna : Kemelekatan pada bentuk, suara, bau, rasa, kecupan, rasa sentuhan dan bentuk-bentuk pikiran. semua itu merupakan kemelekatan pada kesenangan-kesenangan inderia.

b)   Diţţhupãdãna : Kemelekatan pada pandangan yang salah. Misalnya: Berbuat kebajikan itu tidak ada gunanya, berbuat jahat itu tidak ada dampak negatifnya dan sebagainya.

c)   Silabbatupãdãna : Kemelekatan pada upacara agama yang mengang-gap bahwa upacara agama dapat menghasilkan kesucian.

d)   Attavãdupãdãna : Kemelekatan pada kepercayaan tentang adanya “Aku” (atta) yang kekal dan terpisah.

Upapidaka : Kamma Pelemah.

Upasaka : Umat Buddha pria yang mengucapkan janji untuk melaksanakan                pancasila dalam kehidupannya sehari-hari dihadapan seorang anggota Sangha.


Upãsikã : Umat bakti wanita.
umat Buddha wanita yang mengucapkan janji untuk melaksanakan Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari dihadapan seorang anggota Sangha.

Upatthambhaka : Kamma Penunjang.

Upãyãsa :1).  Gusar, 2). Murka, 3). Keputus-asaan.

Ussada  :  Rintangan-rintangan.

Upekkha sambojjhanga :  Penerangan sempurna keseimbangan batin.

Upekkhã / ( skt.upeksã ) : 1). Keseimbangan batin, 2). Tidak tertarik, 3). Acuh tak acuh, 4). Masa bodoh.
Sikap batin yang seimbang dalam segala keadaan , oleh karena menyadari bahwa setiap makhluk hidup memetik hasil dari perbuatannya sendiri. Dengan Upekkha akan dapat diatasi kegoncangan batin.

Keseimbangan batin adalah kondisi seimbangnya batin yang sempurna dan tak tergoyahkan, yang berakar dalam penembusan pemahaman.

Melihat ke dalam kehidupan, kita perhatikan bagaimana ia bergerak diantara hal-hal yang kontras: keuntungan dan kehilangan, terkenal dan tidak terkenal, dipuji dan dihina, kebahagiaan dan penderitaan. Kita merasakan bagaimana hati kita merespon terhadap semua ini dengan perasaan bahagia dan kesedihan, semangat dan keputus-asaan, kekecewaan dan kepuasan, harapan dan rasa takut. Gelombang-gelombang emosi ini melambungkan kita ke atas dan juga mencampakkan kita ke bawah; dan belum lama kita dapat isitrahat sebentar, kita sudah diseret oleh gelombang baru berikutnya. Bagaimana kita dapat mengharapkan untuk terus menapaki puncak kejayaan? Bagaimana bisa kita mendirikan bangunan kehidupan kita di tengah-tengah samudera keberadaan yang tak pernah diam ini, jika bukan di atas pulau keseimbangan batin?

Kamma merupakan rahim darimana kita berasal (kamma-yoni), dan suka tidak suka, kita adalah pemilik tak terhindarkan dari perbuatan kita (kamma-saka). Akan tetapi, segera sesudah kita melakukan tindakan, kendali kita terhadapnya hilang; ia selamanya bersama kita dan tidak terhindarkan akan kembali ke kita sebagai warisan yang sesuai (kamma-dayada). Tidak ada hal yang terjadi pada kita berasal dari dunia luar asing yang bermusuhan dengan diri kita; segalanya adalah hasil dari batin dan perbuatan kita sendiri. Karena pengetahuan ini membebaskan kita dari rasa takut, ia adalah landasan pertama dari keseimbangan batin. Pada suatu ketika, dalam segala hal yang menimpa kita adalah disebabkan diri kita sendiri, mengapa kita mesti merasa takut?

Untuk mewujudkan keseimbangan batin sebagai keadaan batin yang tak tergoyahkan, seseorang harus melepaskan semua pikiran-pikiran posesif mengenai "milikku", dimulai dari hal-hal kecil yang mudah dilepas, dan secara bertahap hingga kepemilikan dan tujuan  yang sangat didambakan segenap hati. Seseorang juga harus menghentikan penyokong pikiran-pikiran yang demikian, semua pikiran egois tentang "aku", dimulai dari sebuah bagian kecil kepribadian, yang tidak terlalu penting, dari kelemahan kecil yang ia lihat dengan jelas, dan secara bertahap hingga kepada bentuk-bentuk emosi dan ketidaksukaan terhadap sesuatu yang ia anggap sebagai pusat dirinya. Pelepasan seperti ini mestilah dilatih.

Hingga suatu tahapan kita meninggalkan pikiran tentang "milikku" atau "aku", keseimbangan batin akan memasuki hati kita. Sebab bagaimana mungkin sesuatu yang kita sadari adalah asing dan tanpa suatu diri dapat mengusik kita melalui nafsu, kebencian atau kesedihan? Dengan demikian, ajaran mengenai tiada-aku akan menjadi penuntun kita dalam jalan pembebasan, menuju keseimbangan batin yang sempurna.

Keseimbangan batin adalah mahkota dan puncak dari empat keadaan batin yang luhur. Namun hal ini bukan dipahami bahwasannya keseimbangan batin adalah penolakan terhadap cinta, welas asih, dan kebahagiaan simpatik, ataupun bahwasannya keseimbangan batin lebih unggul dibandingkan yang lainnya. Jauh dari itu, keseimbangan batin mencakup dan menyebar menyeluruh di dalam tiga keadaan luhur tersebut, sama halnya tiga keadaan luhur menyebar menyeluruh di dalam keseimbangan batin yang sempurna.

Uppabbajati : Melepaskan jubah, jadi orang awam kembali.

Upacãra : Masuk, tetangga, perhatian, persembahan.

Upacãrasamãdhi : Istilah meditasi yang telah mencapai tingkat “konsentrasi tetangga”.

Upãdãna : Keterikatan, kemelekatan.

Upadesa : Perintah, instruksi, petunjuk.

Upaghãtaka : Kamma Penghancur.

Upapilakakamma/(skt. upapidakakarman)  : Karma yang menekan.

Upasampadã : Pengambilan, pencapaian, penerimaan, penahbisan menjadi bhikkhu.

Uposatha : Hari puasa Buddhis tiap tanggal 1, 8, 15 dan 23 penanggalan lunar

Uposathagara : Aula tempat pembacaan Patimokka (pesamuan para bhikkhu) Di dalam gedung uposatha ini dilakukan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan Sangha yang disebut Sanghakamma. Berdasarkan Vinaya Pitaka, Sanghakamma yang dilakukan dalam Uposathagara antara lain adalah:

-        Penahbisan para bhikkhu (upasampada).
-        Pembacaan patimokkha, yaitu 227 peraturan kebhikkhuan yang dilakukan pada setiap bulan gelap dan bulan terang.
-        Penyelesaian pelanggaran para bhikkhu.
-        Penentuan hak Kathina.

Akan tetapi selain hal-hal tersebut di atas, uposathagara dapat juga berfungsi sebagai dhammasala atau dharmasala (ruang dharma), yaitu tempat Puja bakti dan pembabaran Dhamma. Upasathagara disebut pula Sebagai Sima. Secara harfiah, sima artinya adalah Batas. Jadi dalam hal ini uposathagara adalah bangunan yang ada Batas-batasnya. Ada dua macam sima yaitu: Buddha Sima dan Abaddha Sima. Buddha sima adalah uposathagara yang mempunyai Batas khusus yang buat sangha. Sedangkan Abadha Sima adalah uposathagara yang mempunyai Batas alami, tidak khusus dibuat oleh Sangha.

Contoh : Abaddha Sima adalah batas tanah yang sudah ada sejak dulu, misalnya pohon, batu, sungai dst. Sedangkan Buddha Sima adalah Batas yang dibuat oleh sangha, dengan cara menarik garis lurus dari tanda-tanda yang ada misalnya dengan diletakkannya beberapa batu padajarak
jarak tertentu, atau cara yang lain namun maksudnva adalah membuat Batas. Selanjutnya sangha membuat upacara untuk menetapkan bahwa tempat yang telah dibatasi itu adalah sima. Upacara penentuan sima ini berlangsung setahap demi setahap, dengan jarak suatu hatthapada (maju se hasta demi sehasta) sehingga seluruh areal diliputi dengan upacara dengan gerakan sehasta ini.

Luas uposathagara sekurang-kurangnya dapat ditempati oleh sangha yang jumlahnya paling kurang lima orang bhikkhu dan seorang calon bhikkhu dalam upacara upasampada. Untuk upasampada, sangha harus sekurang-kurangnya terdiri dari lima orang bhikkhu, yaitu seorang upacchaya dan empat anggota sangha.

Utu/(skt.rtu) : 1). Waktu tertentu, 2). Musim, 3). perubahan fisik, temperatur.

Utu Niyama : Hukum musim ( lihat huruf “P”- Panca Niyama ).

 Kelompok Huruf U selesai 


Lanjutkan ke Kelompok huruf V ===> Buku Pintar Agama Buddha ( V )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar