Kamis, April 28, 2011

Apa dan Siapa Buddha Gotama ?


APA DAN SIAPA BUDDHA GOTAMA ?

Oleh : Bhikkhu Sudhammacaro


Buddha bukan nama, Buddha bukan sebutan Dewa, Buddha bukan Tuhan atau Allah. Buddha adalah gelar atau panggilan bagi seorang manusia yang telah mencapai pencerahan batin yang sempurna. Buddha adalah puncak pencapaian kesucian batin yang sempurna seorang manusia dalam tradisi India zaman dulu hingga kini. Setelah mencapai Buddha maka nama keturunan ‘Gotama’ ditambahkan dibelakang menjadi Buddha Gotama. Buddha Gotama adalah sebutan seorang manusia biasa namun bedanya Beliau sejak lahir sudah memiliki 32 ciri tubuh. Agar lebih jelas lihat buku Tipitaka bahasa Inggris atau lihat: http://www.sudhammacaro.blogspot.com/. Buddha diartikan secara sederhana artinya orang yang telah memiliki kesadaran yang sempurna, bebas dari khayalan, lamunan, delusi, mimpi. Buddha Gotama telah bebas dari kekotoran batin (kilesa): lobha, dosa dan moha.

Dengan kesadaran yang sempurna, Buddha Gotama tidak akan tertipu lagi oleh nafsu keinginan rendah. Karena itu, Beliau tidak akan membuat karma buruk lagi yang bisa menimbulkan akibat. Faktanya dalam riwayat hidup Beliau meskipun di hina, dicaci-maki, difitnah, hingga mau dibunuh berkali-kali, Buddha Gotama tidak akan membalasnya. Walaupun Beliau tahu sebelumnya dan punya kemampuan superpower, sakti mandra guna, karena hal itu pasti akan berbuah karma buruk lagi. Buddha Gotama tidak akan bisa dibunuh oleh siapa pun dengan cara apa pun. Sebab Buddha Gotama terlindungi oleh payung agung 10 paramita kesempurnaan kebajikan, yang telah dikumpulkan dalam beberapa kehdupan lalu. Buddha Gotama tidak akan tertipu lagi oleh jeratan Mara (syetan/setan) si pencipta karma.

Buddha Gotama tidak akan terpancing oleh umpan si Mara jahat yang menciptakan karma, sebab Buddha Gotama maha tahu bahwa umpan itu enak bahkan nikmat, tapi di dalamnya terselip racun ganas belenggu penderitaan lahir dan batin. Maka buahnya akan menjerat setiap orang dan berakibat terjerumus ke jurang penderitaan yang penuh dengan lumpur kekotoran batin yakni; keserakahan, kebencian dan kegelapan batin (lobha, dosa dan moha). Yang akhirnya membawa masuk lagi ke lingkaran setan perputaran roda kelahiran dan kematian (sangsara) terus menerus tanpa henti di 31 alam kehidupan.

Buddha Gotama sudah kenyang pengalaman berkeliling dalam roda sangsara kelahiran dan kematian di 31 alam kehidupan itu. Buddha Gotama sudah jemu, jenuh, dan bosan, sebab kehidupan makhluk apapun bentuknya di dalamnya terdapat belenggu penderitaan kasar dan halus yang kuat sekali mencengkram. Karenanya, Buddha Gotama setelah mengerti lalu berjuang dengan segala daya upaya untuk bisa keluar dari belenggu dan cengkraman derita itu. Dengan cara melepaskan kenikmatan, kesukaan dan kegemaran serta kemelekatan pada segala sesuatu yang dilihat, dirasa, disentuh, di cium baunya, didengar, dipikirkan atau khayalan. Keberhasilan Buddha Gotama menemukan cara mengatasi kenikmatan duniawi disebut ‘Jalan Tengah Berunsur Delapan’, lalu mengajarkan kepada para siswa-Nya. Sejak itu Buddha Gotama terkenal sebagai ‘Penunjuk Jalan’ bukan yang muluk-muluk lainnya, artinya Buddha Gotama hanya dapat menunjukkan jalan atau cara untuk mencapai pembebasan sempurna hingga meraih kebahagiaan tertinggi yang sering diistilahkan Nibbana.

Buddha Gotama menolak pujian, penghormatan dalam cara dan bentuk apa pun, baik secara langsung atau tidak. Buktinya dalam Parinibbana-Sutta Buddha Gotama bersabda: Oh, para Bhikkhu, bunga-bunga harum berjatuhan, meskipun bukan musimnya, hal ini pertanda para Dewa menghormat dan memuja kapada Buddha Gotama karena tak lama lagi akan Parinibbana (wafat). Namun, cara seperti ini tak akan memberikan manfaat apa pun. Tetapi sebaliknya, jika siapa saja yang mau melaksanakan Dhamma dengan sungguh-sungguh, berdiam di dalamnya, dan hidup sesuai dengan Dhamma-Winaya. Lalu berjuang penuh semangat dan jangan lengah, maka dia akan memperoleh buah hasil yang terbaik. Itulah penghormatan-pemujaan yang tertinggi dari seorang siswa terhadap Buddha Gotama. ‘Waya-Dhamma-Sangkhara-Apamadena-Sampadetha’ artinya: ‘Semua yang terbentuk tak ada yang abadi (termasuk butir-butir pikiran). Berjuanglah sungguh-sungguh dan jangan lengah’. Inilah kalimat pamungkas dari Guru Agung para Dewa dan manusia yakni Buddha Gotama makhluk suci nan sempurna.

Pernyataan Buddha Gotama tersebut mengiris hati para penjilat pujian dan penghormatan. Wejangan terakhir Buddha Gotama juga termasuk mengkritik setiap orang yang rakus minta disembah. Nasihat terakhir Buddha Gotama juga melibas orang yang gila hormat, gila pujian dan gila uang. Pernyataan Buddha Gotama terakhir itu juga mematahkan doktrin Nabi, Rasul, Penyelamat, Juru Selamat, Tuhan, dan sebagainya yang umumnya dipuja-puji secara salah kaprah. Yang akibatnya membutakan mata batin orang untuk melihat kebenaran universal, menciptakan dogma. Akhirnya menimbulkan perdebatan, pengingkaran, perselisihan, perpecahan, dan buntutnya peperangan yang membawa ceceran darah korban manusia tak bersalah dengan sia-sia. Buktinya perang Irak, perang Palestina-Israel, dsb, yang sudah bertahun-tahun lamanya tapi tak pernah selesai dan berhenti. Termasuk insiden Monas 1 Juni 2008. Semua itu akibat atau dampak dari menganggungkan, mengkultuskan, mendewakan manusia secara salah kaprah tak bermoral secara benar.

Sabda Buddha Gotama terakhir kali itu juga menggilas ego, kesombongan dan keserakahan manusia yang maunya diangkat setinggi-tingginya. Sabda Buddha Gotama itu juga membumi ratakan keangkuhan manusia yang bodoh dan dungu. Sabda Buddha Gotama terakhir juga menghancurkan keakuan, kemunafikan, kelicikan, kejahatan yang menghalalkan segala cara atas nama keagungan seorang manusia super, yang dianggap seperti Nabi, Rasul, Juru Selamat, dsb. Sabda Buddha Gotama terakhir kali juga mengisyaratkan bahwa Beliau tidak mau nama-Nya dicatut dan digunakan untuk menghalalkan segala cara demi keuntungan duniawi, untuk menipu orang, untuk kejahatan segala cara tanpa mau tanggung jawab.

Sabda Buddha Gotama terakhir mementahkan kepercayaan istilah Rasul, Nabi, atau Tuhan YME, yang dikultuskan secara salah kaprah. Alasannya, doktrin tentang mengagungkan makhluk hidup terlalu berlebihan akan membutakan pengertian benar dan kebenaran universal. Bukan saja salah kaprah, tapi lebih dari itu, hal tersebut menimbulkan perdebatan konyol, perselisihan, menjadikan rebutan mana yang benar dan salah. Pasalnya, bahwa manusia awalnya buta akan kebenaran dan batinnya gelap, ketika ada promosi ajaran yang salah, maka manusia pasti mengikutinya. Sebab, memang manusia belum tahu dan belum mengerti mana yang benar dan salah, manusia belum bebas dari kebodohan dan kegelapan batin. Inilah akar dari kesalahannya, dan sumber dari pengkultusan dan pengagungan kepada Rasul, Nabi dan Tuhan YME secara salah.

Sabda Buddha Gotama terakhir bisa menghancurkan kebodohan dan kegelapan batin, sebaliknya membuka selaput dogma atas kebodohan dan kegelapan batin. Alasannya, sejak zaman dulu hingga kini manusia tetap mudah dikelabui, mudah ditipu oleh ajaran sesat tentang pengkultusan dan pengagungan tradisi Nabi, Rasul dan Tuhan YME, yang sebenarnya tak ada gunanya sama sekali. Faktanya kemelut Ahmadiyah, Lia Eden, Ahmad Musadeq mengaku Nabi, sekte Hari Kiamat, dsb. Dogma dengan cara pengkultusan seperti itu sebenarnya akar dan sumber dari segala bentuk konflik perdebatan, perselisihan peperangan diatas kebodohan dan kegelapan batin. Hal ini sudah terjadi sejak zaman dulu sampai kini, anda dapat melihat faktanya perang di negara dengan penduduk taat agama; Timur Tengah, Amerika, Eropa, Aceh, Ambon, cobalah renungkan!

Buddha Gotama menghapus tradisi tersebut yang dianggap-Nya sangat bodoh dan salah kaprah. Maka ajaran Buddha Gotama melarang pengkultusan dan pengagungan segala bentuk makhluk hidup termasuk manusia, Dewa, Rasul, Nabi dan Tuhan YME. Sebab semua itu tak akan membawa ke jalan akhir pembebasan dari kebodohan dan kegelapan batin. Justru cara pengkultusan dan pengagungan terhadap manusia, dewa, Rasul, Nabi dan Tuhan YME akan menutup kebenaran universal. Artinya hal itu makin menutup kebodohan dan kegelapan batin manusia, hasilnya kehidupan manusia selalu berkecamuk, rusuh, ribut, rebutan sebuah nama Rasul, Nabi dan Tuhan YME. Mana yang benar? Padahal mereka sendiri tak pernah tahu yang sebenarnya.

Buddha Gotama mengajarkan ke titik sumber dan akar kebodohan dan kegelapan batin manusia yang disebabkan karena ‘Tanha’ atau nafsu keinginan yang salah dan negatif. Tanha atau nafsu keinginan yang salah inilah awal mula manusia terjerumus ke jurang kemelekatan, keterikatan akan nafsu keinginan yang salah dalam menilai segala sesuatu yang salah dianggap benar, yang tidak berguna dianggap berguna, yang buruk dianggap manis, yang jahat dianggap baik, yang tidak ada dianggap ada. Maka semua jadi terbalik, hasilnya manusia akhirnya tidak pernah tahu dan tidak akan mengerti tentang kebenaran sesungguhnya atau kebenaran universal. Yang ada ialah ‘Pembenaran’ artinya benar menurut diri sendiri saja, maka buntutnya selalu rusuh, perang, dsb.

Sabda Buddha Gotama terakhir menyibak tabir rahasia kehidupan manusia yang diliputi oleh kebododhan dan kegelapan batin. Sebab kebodohan dan kegelapan batin ini penyakit akut yang lebih berbahaya dari segala macam penyakit akut lain yang ada di dunia ini. Kebodohan dan kegelapan batin ini sulit diberantas, karena ia telah berlapis-lapis bentuknya menutupi batin manusia. Sudah sejak berjuta kali kelahiran yang lalu. Maka tidaklah mudah untuk mengikisnya, tidak bisa cepat untuk menghacurkannya, apalagi jika ditambah oleh ajaran yang salah dan menyesatkan. Akhirnya manusia semakin tebal dan makin berat lapisan-lapisan kebodohan dan kegelapan batinnya.

Dengan demikian, jelas sekali bahwa Buddha Gotama adalah manusia yang sangat rendah hati, tulus, murni, dan rela, bahwa semua yang Beliau lakukan bukan untuk diri-Nya sendiri. Perjuangan dan pengorbanan serta hasil yang Beliau usahakan semuanya demi kebahagiaan, kesejahteraan dan kebebasan semua makhluk, para dewa dan manusia agar terbebas dari derita lahir dan batin. Sebab Beliau tahu dengan pengertian benar tentang Anatta atau Sunya yang artinya ‘kosong’ tanpa inti diri yang dianggap kekal abadi. Semuanya hanyalah proses dari sebab dan akibat, timbul berkembang lalu hancur dan akhirnya lenyap kembali.

Faktanya Buddha Gotama bersabda bahwa selama di dunia ini masih ada sekelompok orang yang mau melaksanakan delapan jalan mulia. Maka dunia kehidupan ini tak akan kekurangan dari para suciwan atau orang yang dapat meraih tingkat kesucian batin. Dari pernyataan Buddha Gotama ini kita dapat menyimpulkan bahwa dalam ajaran-Nya tak ada larangan bagi siapa saja yang mampu mencapai tingkat Buddha atau tingkat kesucian batin di bawahnya. Artinya tak ada ‘Diskriminasi’ atau ‘Monopoli’ tingkat Buddha yaitu manusia yang dianggap paling tinggi kesucian batinnya. Bahkan dalam segala hal Buddha menganjurkan untuk lebih baik diselidiki terlebih dulu jangan mudah percaya atau asal percaya begitu saja. Ajaran ini terkenal sampai kini yang disebut ‘Ehipasiko’

Sungguh sangat berbeda bila dibadingkan dengan ajaran atau agama lainnya di dunia, yang masih ada cara atau doktrin atau prinsip ‘Monopoli atau Diskriminasi’ tentang cara memuja, mengagungkan dan pengkultusan manusia atau makhluk apa pun namanya. Yang berakibat dogma akhirnya membutakan mata batin manusia terhadap kebenaran universal. Yang ada hanyalah ‘Pembenaran’ yang terus dipelihara dan dilestarikan hingga kini, walaupun peradaban hidup sudah sedemikian majunya. Maka, akibat dari dogma tersebut kehidupan manusia tidak pernah lepas dari kekerasan, kejahatan, peperangan dan pembantaian yang diklaim oleh mereka sebagai pembenaran, ini faktanya. Ironis!

Itulah sebabnya saya sering menghimbau kepada semua orang, tentang bagaimana kita sebagai manusia seharusnya memilih agama, yang sekiranya dapat membuka mata batin kita untuk melihat kebenaran universal. Sehingga kita tidak hanya larut dalam dogma dan ritual semata, namun agama masa kini harus dapat menjawab tantangan zaman globalisasi yang diyakini saat ini lebih mendasar dengan cara berpikir yang ‘Rasional’. Memilih agama memang bebas dan sah-sah saja, tapi satu hal yang perlu diingat, bahwa kita manusia yang punya akal sehat dan menggunakannya dalam kehidupan, yang saat ini sering diistilahkan “Rasional”. Untuk itu, pilihlah agama yang sesuai akal sehat, ilmiah dan rasional, sebab kembali ke ungkapan pertama bahwa kita manusia yang …

Berkah karma baik kita yang berada dalam lingkaran keyakinan kepada seorang guru agung petapa dari India yang satu ini Buddha Gotama. Maka, pegang dan pupuk serta kuatkan tekad keyakinan kita, untuk mengikuti jejak guru agung Buddha Gotama agar kita sampai ke tujuan akhir. Seperti apa yang dicita-citakan oleh Beliau untuk mencapai pembebasan sempurna, bebas dari kilesa atau kekotoran batin yakni keserakahan, kebencian dan kegelapan batin (lobha, dosa, dan moha). Yang akhirnya meraih kebahagiaan hakiki Nibbana istilah sederhana sebagai kebahagiaan yang bebas dari beban derita hidup baik lahir maupun batin, inilah intinya.

Walaupun Buddha Gotama tidak mau dipuja-puji dan dihormati, toh faktanya sampai detik ini banyak umat manusia memuja-memuji dan menghormati Beliau. Meskipun sudah kadaluarsa istilahnya karena lewat 2500 tahun lebih, malah hanya kepada patung maupun gambar yang berbentuk Buddha Gotama sebagai simbol. Bahkan disinyalir belakangan banyak umat lain dari kalangan selebritis kelas atas dunia Hollywood, Eropa dan Asia jusru tergila-gila mencari, belajar dan mempraktikkan meditasi. Intisari ajaran Buddha Gotama yang menurut mereka sangat terkenal sebagai obat penawar stress, depresi, stroke, kanker (bukan kantong kering), kehampaan jiwa, kekosongan arti hidup, pencaharian yang tak bermakna. Para doktor ahli psikologi dan ahli kedokteran otak dari Barat dan Eropa telah menemukan bukti, gejala orang setelah berhasil meditasi ternyata otaknya membesar dan lebih cerdas dari semula Juga hidupnya lebih bahagia akhirnya tentu merasa lebih bermakna dan lebih bermanfaat bagi dirinya dan orang banyak.


]˜


1 komentar:

  1. Namo Buddhaya.
    Visi Sang Guru yg begitu 'Advance" ,2500 th yang lalu hingga kini masih tetap up to date.
    Saya jg mengerti kalau Beliau tidak mau dipuja-puji....Tapi Buat saya pribadi susah banget kalau tidak memuji(Buddha-Dhamma),habis Oke dan Indah banget sih.

    Metta
    pramudita

    BalasHapus