Sabtu, Desember 10, 2011

Sang Buddha dan Pencerahan Sempurna


SANG BUDDHA DAN PENCERAHAN SEMPURNA




Sang Buddha menjadi salah seorang di dalam sejarah yang hidup dengan berkarya di India Utara VI abad sebelum Kristus. Di dalam ajaran Theravada beliau lahir  623 tahun sebelum Kristus dan wafat (Parinibbana) 543 tahun sebelum Kristus pada usia 80 tahun. Beliau  adalah pewaris tahta (Pangeran) Putra Raja “Suddhodana” dari sebuah kerajaan kecil yaitu kerajaan “Sakka” di kaki gunung Himalaya (sekarang menjadi bagian dari negara Nepal dan terletak di bagian Utara India). Beliau bernama kecil Siddhattha (Siddhartha yang berarti tercapailah cita-cita) dan nama keluarganya adalah Gotama.

Kata “Buddha” bukan sebuah nama tetapi merupakan sebuah gelar yang berarti “Orang yang mencapai penerangan sempurna”. Di India orang-orang menyebutnya sebagai Pertapa Gotama. Umat Buddha menyebut Beliau dengan sebutan Sang Bhagava atau Bhagava Buddha. Beliau menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Tathagata. Umat Buddha Mahayana menyebutnya dengan sebutan Sakyamuni atau Sakyamuni Buddha. Para cendikiawan dari Barat menyebutnya dengan sebutan Buddha atau Buddha Gotama.

Kapilavatthu adalah ibu kota dari wilayah bagian  Sakka yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kosala, salah satu Negara yang memiliki kekuasaan di bagian selatan.

Pangeran Siddhattha lahir di bawah sebuah pohon di Taman Lumbini. Kejadian istimewa ini terjadi pada saat Ratu Mahamaya sedang melakukan perjalanan dengan para dayang dan pengawalnya menuju kota Devadaha, yang merupakan kota tempat orang tua Ratu Mahamaya tinggal. Ratu Mahamaya, ibunda beliau  meninggal tujuh hari setelah beliau dilahirkan. Pangeran Siddhattha termasuk ke dalam kasta Ksatria.

Seperti pendiri agama yang lain, Sang Buddha terlahir penuh dengan keajaiban dari sejak beliau lahir sampai meninggalnya. Beliau merupakan manusia sempurna yang memiliki 32 tanda dari manusia sempurna dan memiliki kebijaksanaan tinggi. Beliau menjadi harapan suku Sakya untuk menjadi pemimpin bangsanya. Untuk mempersiapkanNya menjadi seorang pemimpin, ayahnyamendatangkan guru-guru terbaik untuk mengajariNya. Beliau hidup nyaman dan bahagia dan mendapatkan sesuatu yang terbaik layaknya seorang Pangeran. Beliau menikah dengan seorang putri cantik yang bernama Yasodhara pada usia muda.


Titik balik kehidupan

Pangeran Siddhattha adalah pemuda yang memiliki sifat senang mendalami agama dan filsafat yang tinggi. Saat beliau keluar dari istana untuk melihat negerinya, beliau bertemu dengan satu orang tua. Beliau heran dan berfikir mengapa orang dapat menjadi tua seperti itu ? Beliau kembali ke istana dan merasa semuanya berubah dan cara pandang beliau berganti. Pergi kedua kali beliau melihat satu orang sakit. Setelah melihat  hal ini, pikirannya pun semakin berat merenungkan kehidupan ini. Pergi yang ketiga kalinya beliau melihat kematian. Dalam pikiran beliau mulai timbul kebosanan dan ketidak bahagiaan pada kehidupan. Beliau menjadi sadar dan mengerti bahwa hidup kita ini tidak sempurna dan tidak kekal.

Tidak lama setelah itu, istri beliau melahirkan seorang putra. Yaitu Pangeran Rahula yang artinya belenggu. Tetapi beliau tidak merasa bahagia dengan kejadian yang membahagiakan itu. Pangeran Siddhattha menganggap bahwa ini merupakan awal penderitaan. Karena adanya kelahiran merupakan awal dari usia tua, kesakitan dan kematian.

Pangeran Siddhattha ingin mengetahui adakah keadaan yang terbebas dari kelahiran, usia tua, sakit dan kematian ? Pangeran Siddhattha yakin sesungguhnya pasti ada keadaan yang terbebas dari semua itu. Dan saat itu beliau ingin tahu jalan yang benar untuk bebas dari keadaan itu bagaimana dan berkeinginan mencari jalan itu dengan sungguh-sungguh. Satu hari beliau pergi melihat negerinya dan melihat seorang pertapa yang duduk tenang di bawah sebuah pohon. Melihat hal itu beliau merasa bahagia sekali dan timbul satu keyakinan inilah jalan terbebas dari penderitaan.

Saat beliau berusia 29 tahun beliau mengambil keputusan meninggalkan hidup keduniawian. Menjadi seorang samana. Mendapatkan larangan yang keras dari ayahnya. Namun karena konflik dalam batinnya semakin keras selanjutnya beliau tetap pergi untuk mencari jalan lenyapnya penderitaan.

Beliau belajar dan praktek pada guru-guru terkenal dalam masa itu, tetapi tidak puas dengan ajaran-ajaran tersebut karena melihat masih ada penderitaan yang sama. Sekarang masih tersisa satu ajaran dari guru yang mengajari penyiksaan diri yang keras. Beliau menyiksa diri sendiri dengan segala macam cara, seperti yang ada dalam kitab suci kuno. Cara terakhir adalah dengan berpuasa. Beliau tidak makan selama 40 hari. Pertapa Gotama menghentikan praktek itu karena mengerti itu bukan jalan untuk bebas dari penderitaan.


Penerangan Sempurna

Setelah berhenti dari praktek menyiksa diri, pertapa Gotama merasa bahwa beliau ada di jalan buntu. Saat sedang merenung bagaimana jalan selanjutnya, beliau ingat salah satu kejadian di dalam hidupNya. Ketika berusia 7 tahun beliau pergi bersama ayahandanya ke pesta upacara membajak sawah di luar kota. Saat upacara berlangsung, pangeran muda ini ditinggal sendiri di bawah pohon oleh para pengawalnya yang asyik menyaksikan pesta. Tidak tahu apa yang harus dikerjakan pangeran muda ini mulai melihat keluar dan masuknya nafas sendiri. Batin beliau menjadi tenang dan damai, menjadi pengalaman yang luar biasa dan gaib, yang tidak pernah dialami. Beliau berfikir bahwa bila cara ini saya coba lagi apa yang akan terjadi.

Samana Gotama akhirnya mulai melihat keluar dan masuknya nafas. Tidak lama kemudian beliau mengalami pengalaman yang sama, batin mulai melembut, tenang dan bercahaya. Saat meditasi yang dalam beliau mulai dapat melihat kehidupan-kehidupan yang lampau dengan jelas di dalam batinNya. Juga mengingat kejadian-kejadian masa lampau, bukan hanya satu masa tetapi ratusan ribu kelahiran sebelumnya. Beliau mampu mengingat semua kejadian itu dengan terang.

Pukul 02.00 pagi samana Gotama melihat kehidupan makhluk lain, kelahiran dan kematiannya akibat kamma-kamma lampaunya dengan jelas. Kemudian juga Beliau dapat melihat :

·       Tumimbal lahir dari makhluk lain
·       Alam-alam lain di alam semesta
·       Menemukan hukum kamma yang mengendalikan kehidupan para makhluk
·   Menemukan tanha dua jenis, lebih dari yang pernah beliau temukan, yaitu Bhava Tanha dan Vibhava Tanha.
·  Menemukan Paticcasamupada : Suatu kebenaran dari proses sebab akibat yang saling berhubungan. Dan penyebab itu tidak hanya satu.
·       Memperoleh prinsip Anatta ( Tanpa inti )

Setelah mengetahui proses yang terus menerus dari kelahiran dan kematian sendiri dan makhluk lain. Samana Gotama mempunyai batin yang terbebas dari sasara sejak saat itu beliau menjadi Buddha yang Maha Tahu, yang telah Bangun dan Sadar, batinNya juga dipenuhi empat kekuatan :

·       Tahu yang benar.
·       Maha suci
·       Damai dan tenang
·       Welas asih yang paling besar.


Sang Buddha Membabarkan Dhamma

Karena memiliki welas asih yang besar bagi semua makhluk. Sang Buddha pergi keseluruh India Utara dengan berjalan kaki membabarkan empat kebenaran mulia yang merupakan ajaran dari pengalaman beliau untuk masyarakat di setiap tingkat. Banyak orang yang dapat mengerti dengan jelas dan menemukan kebenaran dari khotbah beliau yang istimewa. Karena mengerti dengan jelas tentang kebenaran banyak yang mencapai kesucian seperti beliau. Selanjutnya beliau juga mentahbiskan mereka sebagai bhikkhu. Dan setelah melatih diri dengan baik dan benar, mereka ditugaskan membabarkan Dhamma keseluruh India untuk membabarkan ajaran baru (pada zaman sang Budha). Pembabaran Dhamma yang sempurna  setelah sembilan bulan beliau mencapai kesempurnaan, beliau memiliki 1250 murid yang semuanya mencapai tingkat kesucian tertinggi yang membantu beliau membabarkan ajaran kedamaian yang universal.

Sang Buddha dan murid tidak menuliskan ajaranNya di atas material apapun. Sistem huruf sudah ada pada masa itu, namun orang banyak lebih berkeyakinan dengan mendengar Dhamma yang dibabarkan dan menganggap bila dituliskan menjadi rendah dan tidak murni lagi. Ajaran beliau tinggal dan tersimpan di dalam batin, ingatan menjadi satu-satunya tempat menyimpan ajaran.

Dalam kasus awal perkembangan agama Buddha, Sang Buddha memiliki dua murid terkenal.  Memiliki kekuatan khusus dalam ingatan yang menyimpan ajaran Sang Buddha. Kedua bhikkhu itu adalah :

*      Ananda sebagai pembantu utama Sang Buddha. Diberi tugas sebagai pengulang ajaran filsafat dan moral.

*      Upali yang diberi tugas sebagai pengulang Sila dan Vinaya (peraturan para bhikkhu)  yang Sang Buddha tanamkan berulang kali.

Sang Buddha mencapai parinibbana setelah membabarkan ajaran Dhamma dengan penuh semangat selama 45 tahun. Beliau meninggalkan  sebuah organisasi Sagha yang baik, dengan peraturan yang baik untuk membabarkan ajaran Dhamma bagi generasi selanjutnya.

 ]˜

Semoga bermanfaat.






1 komentar: