AGNOSTIKISME
Disusun oleh : Tanhadi
Agnostikisme berasal dari bahasa Yunani gnostein (tahu) dan a (tidak). Arti harfiahnya adalah “seseorang yang tidak mengetahui”. Perlu digarisbawahi bahwa agnostisisme tidak sama dengan ateisme.
Agnostikisme adalah suatu pandangan filosofis yang berkeyakinan bahwa suatu nilai kebenaran dari sebuah klaim tertentu, umumnya yang berkaitan dengan teologi, metafisika, keberadaan Tuhan, dewa, dsb- adalah tidak dapat diketahui dengan akal pikiran manusia yang terbatas.
Agnostikisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa Tuhan itu bisa ada tapi bisa juga tidak ada, karena pada dasarnya manusia tidak dapat menjangkau atau mengetahui keberadaan, sifat-sifat, dan dzat Tuhan dengan kemampuan akal. Sebab, kemampuan akal manusia itu terbatas. Seorang agnostic mungkin percaya mungkin pula tidak percaya pada "Tuhan". Jadi seorang agnostik bisa sebagai seorang theis ataupun seorang atheis.
Pandangan seperti ini hampir mirip atau sama dengan kaum deisme yang menganggap bahwa Tuhan itu berada jauh dari manusia. Artinya, manusia tidak dapat mengetahui banyak informasi tentang Tuhan secara detil.
Seorang agnostic mengatakan bahwa adalah tidak mungkin untuk dapat mengetahui secara definitive pengetahuan tentang “ Yang Absolut” atau dapat dikatakan juga bahwa walaupun perasaan secara subjektif dimungkinkan, namun secara objektif pada dasarnya mereka tidak memiliki informasi yang dapat diverifikasi (dibuktikan kebenarannya). Dalam kedua hal itu, maka agnostikisme mengandung unsur skeptisisme.
Dalam sejarahnya, kata agnostic itu diciptakan oleh Thomas Henry Huxley (1825-1895), sebagai lawan dari kata ‘gnostik’ yang berpandangan bahwa pengetahuan tentang Tuhan dapat diketahui oleh manusia melalui akalnya. Pada saat itu, kaum agamawan berpandangan bahwa mereka dapat memperoleh pengetahuan secara pasti dan positif tentang Tuhan. Akan tetapi, Huxley sebaliknya, dia tidak percaya bahwa manusia dapat mengetahui Tuhan secara pasti dan positif. Sebab, menurutnya, pengetahuan manusia tentang alam nyata saja tidak mungkin positif seratus persen apalagi tentang alam gaib.
Berangkat dari pandangan itulah, Huxley mengatakan bahwa manusia tidak mampu mengetahui tentang Tuhan secara komprehensif. Berkaitan dengan ateisme dan teisme, Huxley merupakan orang yang konsisten dengan sikapnya. Dia tidak mau memilih salah satu dari dua paham yang mengakui adanya Tuhan dan tidak mengakui adanya Tuhan itu. Tetapi, dia lebih memiliki untuk menjadi agnostic. Oleh karena itu, dia dapat dikatakan sebagai bapak agnostikisme.
Paham agnostikisme tidak dengan tegas menolak adanya Tuhan, seperti halnya dengan ateisme. Oleh karena itu, seorang agnostic percaya akan adanya Tuhan, tetapi tidak dapat mengetahui keberadaan, sifat-sifat, dan wujud Tuhan itu. Bagi agnostic, Tuhan adalah sumber bagi segala yang ada. Apakah Tuhan itu satu atau banyak, apakah Tuhan itu bersifat baik atau buruk, atau apakah Dia maha tahu atau tidak, manusia tidak dapat mengetahuinya. Sifat-sifat Tuhan itu amat jauh dan besar untuk diketahui manusia.
Sumber :
1. Agnotisisme - Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
2. Pengantar Singkat Memahami Agnostik Dan Gnostik - Rizem Aizid/ Mahasiswa Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar