RENUNGAN TENTANG KEMATIAN
Oleh : Tanhadi
Kematian adalah suatu kewajaran, tidak perlu disusahkan atau diributkan, karena kematian adalah suatu kelanjutan daripada kehidupan.
Perlukah kita merasa kasihan dan sedih ?
“Tidak !”, kita tidak perlu bersedih dan kasihan padanya.
Lalu apakah kita merasa ditinggalkan ?
“Betul!”, itulah jawaban yang tepat.
Kita merasa ditinggalkan olehnya, tidak benar kalau kita merasa kasihan dan bersedih padanya, karena sebenarnya kita bersedih dan mengasihani diri kita sendiri yang merasa tidak berdampingan lagi dengannya, berpisah dan tidak dapat bertemu dengan dia lagi.
Juga kita tidak perlu menangisi kematian, karena tangis adalah mempersukar dan menjadikan lemah batin sendiri.
Kematian sebenarnya adalah kebebasan sementara daripada penyakit, sengsara, keinginan dsb. Ia terlepas dari segala-galanya.
Apakah dengan begitu masih perlukah dan haruskan kita menangisinya?
Semua yang terjadi didunia ini adalah “wajar”, bila kematian merengut nyawa seseorang dengan segala bentuknya, baik mati dalam peperangan, sakit, maupun usia lanjut, itu semua adalah wajar, tinggal tanggapan kita baik atau buruk tentang kematian itu, yang sebenarnya tak perlu disangkal lagi.
“ Tiada yang kekal didalam kehidupan ini, semuanya senantiasa mengalami perubahan”
Pada suatu saat, setiap orang akan kehilangan segala-galanya, pasti akan tewas, semua kepandaian, kegagahan, nama besar, kemuliaan, harta benda, kedudukan..., semua yang disayanginya, semua itu akan lenyap bersama dengan kematian jasmani ini.
Karena itu, semua bentuk pengikatan batin, merupakan sumber segala dukkha .
Pengikatan batin membuat kita takut kalau-kalau kehilangan, membuat kita takut menghadapi kematian karena hal itu berarti akan membuat kita terpisah dari semua yang mengikat batin kita dan mendatangkan dukkha kalau kita kehilangan mereka itu selagi kita masih hidup.
“ Kenapa mesti berduka selagi hidup kalau akhirnya semua inipun akan lenyap?”
“Kenapa mesti menyusahkan sesuatu setelah mengetahui benar bahwa segala sesuatu didunia ini tidak kekal adanya?”
Kesenangan dan kesusahan itu hanya seperti angin lalu saja...datang silih berganti dan menjadi permainan daripada pikiran kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar