Selasa, Maret 20, 2012

Menghargai Kehidupan Makhluk Lain


MENGHARGAI KEHIDUPAN MAKHLUK LAIN


Sabbe tasanti dandassa
sabbesam jivitam piyam
attanam upamam katva
na haneyya na ghataye

Semua orang takut akan hukuman;
semua orang mencintai kehidupan.
Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri,
hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.
(Dhammapada 130)

Sangatlah mudah bagi kita untuk melakukan perbuatan baik atau jahat terhadap seekor semut yang sedang berjalan ditelapak tangan kita. kita hanya tinggal memilih untuk memindahkannya ke tempat lain atau “ Plok!!” menepuknya dengan keras..matilah si semut !.

Sebagai umat Buddha yang baik, tentu saja kita akan memilih cara yang pertama, yaitu memindahkan si semut tadi ke tempat yang lain dan aman baginya, sehingga ia dapat melanjutkan perjalanan hidupnya dengan wajar. Dengan demikian kita pun telah melaksanakan secara langsung praktik Metta (Cinta kasih) yang sesungguhnya.

Dengan menghargai kehidupan makhluk lain, kita akan selalu bersikap hati-hati dan waspada terhadap tindakan kita yang dilakukan melalui pikiran, ucapan dan badan-jasmani .

Semoga kita semua senantiasa dapat menghargai kehidupan makhluk lainnya, tak peduli walau hanya seekor semut atau nyamuk sekalipun, mereka juga punya hak hidup sebagaimana halnya diri kita sendiri. Sehingga kalimat yang sering kita ucapkan “Semoga semua makhluk berbahagia” bukan hanya sebagai slogan atau kata-kata pengharapan yang manis sebatas ujung bibir saja.



2 komentar:

  1. kalau misalnya ada hama di tanaman kita, buaaanyaaak sekali, apakah sebaiknya tetap memilih pilihan yang pertama? bisa2 habis waktu dan tenaga banyak. ataukah pada kasus ini boleh memilih pilihan yang kedua?
    ataukah hamanya kita pindahkan "ke tanaman tetangga":p. thx.

    BalasHapus
  2. Waduhhh...ya hamanya jangan di transfer ke tetangga dong..., kasihan si tetangga kita...Hehehe...:)

    Sebagai seorang umat Buddha, kita berusaha untuk melatih dan melaksanakan kemoralan/sila pertama Buddhis dengan sebaik-baiknya dengan ‘kebijaksanaan’.

    Bagaimanapun dan apapun bentuk/cara yang kita lakukan dengan ‘niat/kehendak’ untuk membunuh, apalagi kalau sampai memmembunuh makhluk lain ,adalah tetap merupakan perbuatan yang tidak bajik dan merupakan kamma buruk. Memang, membunuh hama dan serangga lainnya bukanlah karma buruk yang besar (dibandingkan dengan membunuh hewan ukuran besar atau manusia), olehkarena itu, dengan adanya ‘kebijaksanaan’ yang ada pada diri kita masing-masing, maka setiap orang bebas untuk membuat karmanya sendiri, karena akibat yang dihasilkannya adalah juga untuk dirinya sendiri.

    Kita semua memiliki kebijaksanaan sendiri-sendiri dalam menangani masalah hama,seragga ataupun binatang lainnya yang kemungkinannya bisa merugikan dan membahayakan hidup kita sendiri maupun anggota keluarga kita. Tentu saja setiap solusi dan tindakan yang kita ambil adalah merupakan hal yang beresiko khususnya dalam hal ini soal Karma dan akibat karma yang dihasilkannya.

    Sekali lagi semuanya tergantung kebijaksanaan kita sendiri dan sudah sejauh mana kita telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghindari pembunuhan terhadap makhluk-makhluk itu, makanya saya sendiri pun tidak berani dan tidak mampu untuk memberikan alternatif jalan keluar yang terbaik bagi orang lain, karena apa pun yang terbaik bagi saya belum tentu merupakan hal yang baik bagi orang lain. Yang pasti, hakikat "Kebajikan dan kebijaksanaan" adalah milik diri kita masing-masing, karena sifat karma adalah oleh dan untuk diri kita sendiri.

    Mungkin kita sependapat bahwa inilah salah satu bentuk “Rintangan” bagi seseorang yang sedang berlatih dalam pelaksanaan sila pertama agar dapat terjaga tanpa harus melakukan pembunuhan maupun penganiayaan sehingga terhindar dari kamma buruk.

    Maka saya pikir, upayakanlah terlebih dahulu Pencegahan-pencegahan terhadap pembunuhan terhadap makhluk lain semaksimal mungkin, gunakanlah zat-zat atau bahan kimia yang dapat mencegah rumah atau tanaman kita dari gangguan hama dan serangga lainnya itu. sehingga mereka akan tetap hidup dan melakukan aktifitas hariannya karena mereka merasa tidak tahan pada bahan kimia yang digunakan untuk melindungi tanaman atau rumah kita.

    Jika sudah tidak ada jalan lain lagi ,yahhh...apa boleh buat, "Dengan sangat terpaksa dan sangat menyesal" lakukanlah hal yang terbaik dari hal yang paling buruk untuk dilakukan !

    Dan terimalah karmamu sendiri...kira-kira gitu kan ? Hahaha....

    Makasih pak Tani , atas pertanyaannya yang berbobot ini.:)

    BalasHapus