Kamis, Maret 22, 2012

Arti Kata Boddhisattva


ARTI KATA BODHISATTVA
Disusun Oleh : Tanhadi

Analisa dari segi etimologis , kata Bodhisattva (Sansekerta)/Bodhisatta (Pali) terbentuk dari dua kata, yakni Bodhi yang bermakna penerangan atau pencerahan dan Sattva/Satta yang berarti makhluk. Sehingga Bodhisattva/Bodhisatta berarti  :  

" makhluk yang bercita-cita untuk mencapai pencerahan sempurna."

Setelah membandingkan kedua pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua aliran sepakat bahwa:

1. Seorang Bodhisattva adalah calon Buddha.

2. Seorang Bodhisattva berikrar untuk menjadi Buddha.

3. Seorang Bodhisattva berjuang demi menguntungkan makhluk lainnya.

Di dalam ajaran agama Buddha, seorang Bodhisattva / Bodhisatta atau Photishat (bahasa Thai) adalah makhluk yang mendedikasikan dirinya demi kebahagiaan makhluk semesta.

Bodhisattva juga merujuk kepada Buddha di kehidupan sebelum-Nya.

Dalam ajaran Mahayana, Bodhisattva mengambil janji untuk tidak memasuki nirvana sebelum semua mahkluk mencapai ke-Buddha-an. Ini tidak sama dengan di tradisi Theravada kebanyakan, dimana makluk yang mencapai pencerahan adalah Arahat, bukan Buddha.

Arti Bodhisatta pada Pali Canon (kumpulan koleksi kitab pada ajaran Theravada) dan tradisi Theravada tidak mengatakan bahwa seorang Bodhisattva membuat janji ‘tidak akan mencapai pencerahan sebelum semua orang lain mencapai penerangan’. Ini merupakan inovasi dari Mahayana.  

Jadi seorang Bodhisatta dan seorang Bodhisattva merupakan hal yang berbeda.

Bodhisattva pada Ajaran Mahayana

Dalam pandangan Mahayana, seorang Bodhisattva memiliki tekad penuh kasih guna membantu seluruh mahluk untuk menuju pencerahan. Motivasi yang demikian dikenal dengan sebutan Bodhicitta.

Bodhisatta pada Ajaran Theravada

Kata Bodhisatta bahasa Pali digunakan oleh Buddha di kitab Pali Canon untuk menunjuk kepada dirinya di kehidupan sebelumnya dan di kehidupannya yang sekarang menuju pencerahan dan pada periode ketika ia masih bergerak menuju pembebasan.

Kehidupan Siddhattha Gotama sebagai seorang Bodhisatta dicatat dalam Kitab Jataka. Ketika Siddhattha Gotama menceritakan dirinya dahulu, ia menggunakan istilah “ketika saya masih seorang Bodhisatta”.

Seorang Bodhisatta yang seringkali diceritakan dalam Pali Canon adalah Calon Buddha Metteya/Maitreya, yang oleh karenanya Ajaran Theravada tidak menceritakan Bodhisattva lain selain Bodhisatta Metteya.

Siddhattha Gotama pun menggambarkan dirinya sebagai Bodhisatta, sebagai berikut:

“ Para bhikkhu, sebelum mencapai penerangan sempurna, sementara saya masih seorang Bodhisatta yang belum mencapai penerangan sempurna, Saya juga, diriku sendiri mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran, mencari apa yang mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran. ” (Ariyapariyesana Sutta 26)

Dalam Vissudhi magga IX disebutkan :

“Sebagaimana halnya dengan Makhluk Agung memperhatikan kesejahteraan para makhluk, tidak dapat membiarkan penderitaan para makhluk, mengharapkan waktu yang lebih lama bagi tingkat kebahagiaan para makhluk yang lebih tinggi, tidak membeda-bedakan serta adil bagi para makhluk”.

Pada Buddhavamsa, pandangan ideal seorang Bodhisatta dikembangkan hingga mencapai puncak yang tertinggi.

Pada  kitab ini disebutkan bahwa seorang Bodhisatta adalah seseorang yang berikrar untuk menjadi seorang Buddha yang sempurna (Sammasambuddha) dikarenakan oleh belas kasihnya pada semua makhluk, yang melakukan berbagai macam kebajikan, dan yang menerima peramalan untuk pencapaian Kebuddhaannya pada masa mendatang (vyakarana).  

Sebagai tambahan, seorang Bodhisatta yang disebutkan dalam Buddhavamsa berikrar untuk menjadi Bodhisatta pada saat akan mencapai Kearahatan. Hal ini tercermin pada riwayat Bodhisatta Sumedha, kelahiran masa lampau dari Sang Buddha saat ia masih menempuh Jalan Bodhisatta. Saat itu Beliau terlahir pada masa Buddha Dipankara. Pada saat itu Sumedha merelakan tubuhnya diinjak oleh Buddha Dipankara agar kakiNya tidak kotor. Pada saat itu Pertapa Sumedha berpikir: "Jika mau, aku dapat membakar sampai habis kekotoranku sekarang [juga]. [Namun] apakah gunanya merealisasi Dhamma di sini [tanpa menguntungkan makhluk  lain]? Setelah mencapai kemahatahuan, aku akan menjadi Buddha di dunia ini…"


Sumber :
-      Wikipedia bahasa Indonesia.
-      Media Internet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar