Selasa, Oktober 09, 2012

Buddha Dhamma atau Agama Buddha


BUDDHA DHAMMA atau AGAMA BUDDHA


Buddha Dhamma diterjemahkan sebagai Agama Buddha, sesungguhnya terjemahan ini kurang lengkap, karena kata Buddha Dhamma mempunyai arti yang luas, meliputi Agama, Filsafat hidup, Ilmu Jiwa dan Metafisika. Maka itu sebaiknya dalam lingkungan umat Buddha dipakainya kata Buddha Dhamma. Sifat yang khas Buddha Dhamma, ialah bukan agama kepercayaan, melainkan agama pemikiran dan Meditasi. Kebenarannya harus ditembus dan dibuktikan untuk diri sendiri melalui latihan Sila, Samadhi dan Panna. Dengan menjalankan Sila dan Samadhi sekaligus akan diperoleh Panna. Tujuan akhir Agama Buddha yaitu Nibbana/Nirvana, dan dicapainya semasa hidup, bukan setelah meninggal.

Agama Realistis
Agama Buddha memperlihatkan fakta-fakta dalam bentuk sewajarnya, maka itu tidak dapat disebut pesimis, juga tidak optimis, tetapi realistis. Karena fakta-fakta dibahas tanpa embel dan merk.

Contohnya :
Lantai yang kita injak disebut “Tegel”, dimana kita telah menggunakan suatu sebutan yang menyelubungi fakta yang sebenarnya. Karena dari kata tegel, kita tidak dapat mengetahui isinya. Jika kita menyebutnya tegel bagus atau tegel buruk, artinya kita sudah memakai merek :bagus atau buruk”. Hal ini lebih lagi menutupi keadaan yang sewajarnya. Bentuk sewajarnya ialah : Pasir dan semen !. Dengan cara ini fakta-fakta kehidupan dianalisir dalam agama Buddha. Manusia/makhluk disebut Batin dan Lahir.

Anti Takhayul dan Fanatisme
Didalam agama Buddha, ketakhayulan dipandang sebagai suatu belenggu yang harus dipatahkan. Sebagai seorang umat Buddha tidak percaya, bahwa dengan upacara-upacara agama dapat menghasilkan kesucian dan mencapai pembebasan mutlak. Adapun umat Buddha bernamaskara di hadapan altar bukanlah untuk menyembah atau memuja patung Buddha, melainkan untuk menghormati Kesucian dan keagungantama sebagai Guru jagad. Patung Buddha hanya merupakan suatu lambang, yaitu lambang kesucian dan keagungan Sang Guru jagad Buddha Gotama.

Jadi bernamaskara dihadapan altar, berarti menghormati kesucian Buddha Gotama. Tidak lebih seperti seorang warganegara menghormati bendera nasionalnya. Bukan secarik kain yang dihormati, tetapi sebagai lambang kebesaran bangsa dan negaranya.

Praktek-praktek takhayul tidak dibenarkan dalam ajaran Buddha Gotama, seperti terdapat sebuah sabda dalam Suttanipata 360 berbunyi :

“ Barang siapa telah mematahkan kepercayaan akan upacara-upacara, alamat-alamatan, umpanya : kejadian yang jaran seperti bintang-bintang jatuh, impian-impian dan tanda-tanda, siswa itulah yang telah menyingkirkan upacara-upacara tidak baik, dan siswa itu akan menuntut kehidupan suci.”

Didalam kitab Visuddhi Magga XIV : 480 dipaparkan, bahwa perenungan terhadap tidak adanya aku/diri (anatta supassana) akan mematahkan fanatisme kepercayaan. Fanatisme merupakan salah satu belenggu yang merintangi kesucian, maka agama Buddha bersikap sangat toleransi terhadap semua agama yang ada.


Referensi :
Dari buku : Kebahagiaan dalam Dhamma




Tidak ada komentar:

Posting Komentar