KISAH SAMANERA SUKHA
Dhammapada X: 145
Sukha menjadi samanera pada usia 7 tahun dan
ditahbiskan oleh Sariputta Thera. Setelah 8 hari menjadi samanera, ia bersama
Sariputta Thera pergi berpindapatta. Ketika sedang berjalan berkeliling mereka
melihat para petani sedang mengairi sawahnya, para pemanah sedang meluruskan
anak panah, dan beberapa tukang kayu sedang membuat roda pedati, dan
sebagainya.
Setelah melihat semua ini, ia bertanya kepada
Sariputta Thera, apakah hal-hal (barang-barang) itu dapat diarahkan ke sesuatu
tujuan tertentu sesuai dengan keinginan seseorang, atau dapat dibuat menjadi
sesuatu sesuai dengan keinginan seseorang.
Sang thera menjawab memang demikian. Kemudian samanera
muda memahami bahwa dengan demikian tidak ada alasan mengapa seseorang tidak
dapat mengendalikan batinnya, serta melatih "Meditasi Ketenangan" dan
"Meditasi Pandangan Terang".
Kemudian, ia meminta izin kepada Sariputta Thera untuk
pulang kembali ke vihara. Di sana ia masuk ke dalam kamarnya dan berlatih
meditasi dalam ketenangan.
Dewa Sakka dan para dewa membantu latihan meditasinya
dengan cara menjaga suasana vihara agar tetap tenang.
Pada hari kedelapan setelah ia menjadi samanera, Sukha
mencapai tingkat kesucian arahat.
Berhubungan dengan hal ini, Sang Buddha berkata kepada
para bhikkhu: "Ketika seseorang melaksanakan Dhamma dengan
sungguh-sungguh, maka Sakka dan para dewa akan menolong dan melindunginya. Saya
sendiri telah meminta Sariputta Thera berjaga di depan pintu kamarnya sehingga
ia tidak terganggu. Samanera telah melihat para petani bekerja dengan giat
mengairi sawahnya, para pemanah meluruskan anak panahnya, tukang kayu membuat
roda pedati, dan lain-lain, kemudian ia berusaha melatih batinnya dan
melaksanakan Dhamma. Ia telah mencapai tingkat kesucian arahat".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
145 berikut:
Pembuat saluran air mengatur jalannya
air,
tukang panah meluruskan anak panah,
tukang kayu melengkungkan kayu;
orang bajik mengendalikan dirinya
sendiri.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar