Sabtu, Oktober 27, 2012

Dhammapada X: 136- Kisah Peta Ular


KISAH PETA ULAR
 Dhammapada X: 136


Suatu ketika, Maha Moggallana Thera pergi ke bukit Gijjhakuta bersama Lakkhana Thera, Moggallana Thera melihat makhluk halus setan berwujud ular dan ia tersenyum, tetapi tidak mengatakan apapun. Ketika mereka kembali ke Vihara Jetavana, Maha Moggallana Thera bercerita kepada Lakkhana Thera di hadapan Sang Buddha perihal makhluk halus yang memiliki tubuh panjang dan dikelilingi oleh api tersebut.

Sang Buddha kemudian mengatakan, setelah Beliau mencapai Penerangan Sempurna, Beliau juga telah bertemu dengan bermacam peta, tetapi Beliau tidak memberitahukan keberadaan makhluk halus itu kepada penduduk karena mereka mungkin tidak mempercayainya, dan mereka bisa beranggapan keliru terhadap Sang Buddha.

Demi kasih sayangnya terhadap semua makhluk hidup, maka Sang Buddha berdiam diri.

Kemudian Beliau melanjutkan, "Sekarang Aku telah mempunyai saksi yaitu Moggallana, Saya akan menceritakan tentang peta ular ini".

"Pada masa hidup Buddha Kassapa, peta itu terlahir menjadi seorang pencuri yang sangat kejam, dia membakar rumah orang kaya sebanyak tujuh kali. Tidak puas terhadap hal itu, dia juga membakar kuti harum Buddha Kassapa yang dibangun oleh orang kaya tersebut pada saat Buddha Kassapa sedang pergi berpindapatta. Sebagai akibat perbuatan jahatnya dia mengalami penderitaan dalam waktu lama di alam neraka (niraya). Sekarang dia terlahir sebagai peta yang memiliki badan yang terbakar oleh kobaran api ke atas dan ke bawah sepanjang badannya. Para bhikkhu, orang bodoh bila melakukan kejahatan tidak mengerti bahwa perbuatan itu adalah perbuatan jahat; tetapi mereka tetap tidak akan dapat terlepas dari akibat kejahatannya itu".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 136 berikut:

Apabila orang bodoh melakukan kejahatan, ia tak mengerti akan akibat perbuatannya. Orang bodoh akan tersiksa oleh perbuatannya sendiri, seperti orang yang terbakar oleh api.

]˜

Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar