Senin, Agustus 05, 2013

Dhammapada XXI: 304- Kisah Culasubhadda

KISAH CULASUBHADDA
 Dhammapada XXI : 304


Anathapindika dan Ugga, orang kaya dari Ugga, belajar di bawah bimbingan guru yang sama ketika mereka berdua masih muda. Ugga mempunyai seorang anak laki-laki dan Anathapindika mempunyai seorang anak perempuan. Ketika anak-anak mereka telah cukup dewasa, Ugga meminta persetujuan Anathapindika untuk menikahkan kedua anak mereka. Dengan demikian pernikahan diadakan, dan Culasubhadda —anak perempuan Anathapindika, harus tinggal di rumah mertuanya.

Ugga dan keluarganya adalah pengikut petapa bukan murid Sang Buddha. Suatu saat mereka mengundang petapa tersebut ke rumahnya. Pada kesempatan itu, Ugga meminta Culasubhadda untuk memberi penghormatan kepada para petapa telanjang bukan murid Sang Buddha tersebut, tetapi ia selalu menolak untuk memenuhinya. Sebaliknya, ia bercerita kepada ibu mertuanya tentang Sang Buddha dan sifat-sifat mulia Beliau.

Ibu mertua Culasubhadda sangat ingin bertemu dengan Sang Buddha, setelah ia diberitahu tentang Sang Buddha oleh menantu perempuannya. Ia bahkan menyetujui permintaan Culasubhadda mengundang Sang Buddha untuk menerima dana makanan di rumahnya.

Culasubhadda menyiapkan makanan dan mengumpulkan persembahan lainnya untuk Sang Buddha beserta murid-murid Beliau. Kemudian ia naik ke tempat yang paling tinggi di rumahnya dan melihat ke arah Vihara Jetavana. Ia membuat persembahan bunga serta dupa dan merenungkan sifat-sifat dan kebajikan mulia Sang Buddha.

Ia kemudian mengucapkan keinginannya, "Bhante! Semoga hal ini membuat Bhante berkenan datang, bersama dengan murid-murid Bhante ke rumah kami esok hari. Saya, umat awam yang berbakti, dengan penuh hormat mengundang Bhante. Semoga permohonanku diketahui oleh Bhante melalui lambang dan sikap seperti ini".

Kemudian ia mengambil delapan genggam bunga melati dan menebarkannya ke langit. Bunga-bunga itu mengambang di udara menuju Vihara Jetavana dan terletak menggantung pada langit-langit ruang pertemuan dimana Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma. Pada akhir khotbah Beliau, Anathapindika —ayah Culasubhadda, mendekati Sang Buddha untuk mengundang menerima dana makanan di rumahnya pada esok hari.

Sang Buddha menjawab bahwa ia telah menerima undangan Culasubhadda untuk esok hari.

Anathapindika bingung dengan jawaban Sang Buddha dan berkata, "Tetapi, Bhante! Culasubhadda tidak tinggal di Savatthi sini, ia tinggal di Ugga yang berjarak seratus dua puluh yojana dari sini".

Kepadanya Sang Buddha berkata, "Benar, perumah tangga, tetapi kebaikannya jelas terlihat nyata seakan-akan hadir meskipun hal itu mungkin berada pada jarak jauh".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 304 berikut:

Meskipun dari jauh,
orang baik akan terlihat bersinar bagaikan puncak pegunungan Himalaya. Tetapi, meskipun dekat,
orang jahat tidak akan terlihat,
bagaikan anak panah yang dilepaskan pada malam hari.

Hari berikutnya, Sang Buddha datang ke rumah Ugga —ayah mertua Culasubhadda. Sang Buddha diiringi dengan lima ratus bhikkhu dalam perjalanan ini, mereka semua datang melalui udara dalam perahu penuh dekorasi yang diciptakan atas perintah Sakka —raja para dewa. Melihat Sang Buddha dalam kemegahan dan keagungannya, ayah mertua Culasubhadda sangat terkesan dan mereka memberi penghormatan kepada Sang Buddha. Untuk tujuh hari berikutnya, Ugga dan keluarganya memberi dana makanan dan membuat persembahan kepada Sang Buddha beserta murid-murid Beliau.

]˜

Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.


lor:#Fe 0 m @�H X H anguage:EN-US'>Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar,

sepanjang siang dan malam mereka selalu merenungkan
sifat-sifat badan jasmani dengan penuh kesadaran.
(299)

Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar,
sepanjang siang dan malam mereka bergembira
dalam keadaan bebas dari kekejaman.
(300)

Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar,
sepanjang siang dan malam mereka bergembira
dalam ketenteraman samadhi.
(301)

Pada saat khotbah Dhamma berakhir, anak itu beserta kedua orang tuanya mencapai tingkat kesucian sotapatti. Kemudian mereka bergabung dalam Pasamuan Bhikkhu (Sangha) dan akhirnya mencapai tingkat kesucian arahat.

]˜

Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar