Minggu, Agustus 25, 2013

Melepaskan

MELEPASKAN
Upa. Amaro Tanhadi

Kita harus menyadari bahwa sudah menjadi sifat alamiah dari apapun di dunia ini untuk timbul, berlangsung dan lenyap kembali, mengingkari fakta kebenaran ini berarti menyiksa diri sendiri kedalam jurang ketidaktahuan dan penderitaan yang berkepanjangan.

Ketika seseorang merasa kesakitan dan sudah tidak kuat lagi memikul beban berat yang ada dipundaknya, maka jalan satu-satunya agar ia tidak menderita adalah meletakkan dan melepaskan beban itu dari pundaknya.

Tapi pada umumnya masih sangat banyak orang yang tidak menyadari bahwa di pundaknya terdapat beban berat yang selalu dipikulnya kesana-kemari, sehingga ia juga tidak menyadari bahwa beban itu telah menyakiti dirinya sendiri dalam bentuk ketidakpuasan, stres, kekecewaan, kesedihan, kemarahan dan lain sebagainya.

Secara lahiriah, kebanyakan batin manusia sangat terikat dan berusaha mati-matian untuk mempertahankan harta benda miliknya dengan anggapan bahwa semua kepemilikan itu dapat memberikan kebahagiaan seumur hidupnya tanpa menyadari bahwa semua kepemilikannya itu suatu saat akan mengalami perubahan, rusak dan lenyap dengan berbagai cara.

Apapun yang kita cintai; ayah, ibu, anak, istri, saudara, dan kerabat dekat, harta benda, ketenaran dan kedudukan, bahkan terhadap sesuatu yang kita benci sekalipun, suatu saat, yaitu ketika kematian itu tiba , maka mau atau tidak mau, rela atau tidak rela, semuanya itu pasti akan kita tinggalkan dan berpisah dengan mereka.

Oleh karenanya, janganlah menggenggam erat-erat sesuatu apapun yang ada di dunia ini, sehingga kita enggan bahkan tidak rela untuk melepaskannya. Terikat atau melekat kepada sesuatu yang bersifat tidak tetap/bisa berubah dan dapat mengalami kerusakan pastilah akan menimbulkan ketidakpuasan, kekecewaan dan kemarahan, sebaliknya, melepaskan sesuatu dengan kesadaran, pengertian dan kebijaksanaan, akan memperoleh kepuasan dan kebahagiaan di dunia ini selagi masih hidup dan kebahagiaan di alam kehidupan setelah kematian.

"O, para bhikkhu,
Dhamma yang Aku ajarkan ibarat rakit yakni untuk menyeberang,
dan bukan untuk digenggam (dilekati).
Para bhikkhu,
karena Dhamma yang Kuajarkan kepada kalian seperti halnya sebuah rakit, engkau seharusnya meninggalkan (tidak melekat dengan) apa yang baik,
apalagi yang tidak baik".
( MN.22 :  Alagaddupama Sutta )


-oOo-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar