Selasa, Mei 10, 2011

Dhammapada II : 29 - Kisah Dua Bhikkhu Yang Bersahabat


KISAH DUA BHIKKHU YANG BERSAHABAT

 Dhammapada II : 29


Dua orang bhikkhu, setelah memperoleh suatu obyek meditasi dari Sang Buddha, pergi ke vihara yang letaknya di dalam hutan.

Salah satu dari mereka lengah, dia menghabiskan waktunya untuk menghangatkan tubuh dengan api dan berbicara pada waktu malam pertama, dan ini menghabiskan waktunya.

Bhikkhu yang lain dengan rajin mengerjakan tugasnya sebagai bhikkhu. Dia berjalan sambil bermeditasi selama waktu malam pertama, beristirahat selama waktu malam kedua dan bermeditasi lagi pada waktu malam terakhir sepanjang malam. Kemudian, karena rajin dan selalu waspada, bhikkhu kedua ini mencapai tingkat kesucian arahat dalam waktu singkat.

Pada akhir masa vassa keduanya pergi untuk menghormati Sang Buddha, dan Beliau menanyakan bagaimana mereka menghabiskan waktu selama bervassa.

Bhikkhu pemalas dan lengah menjawab bahwa bhikkhu yang lain hanya menghabiskan waktunya dengan berbaring dan tidur.

Sang Buddha kemudian bertanya, "Bagaimana dengan kamu sendiri?"

Jawabannya bahwa dia selalu duduk menghangatkan tubuh dengan api pada waktu malam pertama dan kemudian duduk tanpa tidur.

Tetapi Sang Buddha mengetahui dengan baik bagaimana kedua bhikkhu tersebut telah menghabiskan waktu, maka Beliau berkata kepada bhikkhu yang malas, "Meskipun kamu malas dan lengah kamu mengatakan bahwa kamu rajin dan selalu waspada; tetapi kamu telah mengatakan bahwa bhikkhu yang lain kelihatan malas dan lengah meskipun dia rajin dan selalu waspada. Kamu seperti seekor kuda yang lemah dan lamban dibandingkan dengan anak-Ku yang seperti kuda yang kuat dan tangkas".
       
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 29 berikut ini:

Waspada di antara yang lengah,
berjaga di antara yang tertidur;
orang bijaksana akan maju terus,
bagaikan seekor kuda yang tangkas
berlari meninggalkan kuda yang lemah di belakangnya.

]˜

Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar