Kamis, Mei 05, 2011

Ringkasan Ajaran Buddha (3 - Terakhir)

RINGKASAN AJARAN BUDDHA (3-Terakhir)

Disusun oleh : Tanhadi


HUKUM KAMMA

Kamma adalah kata bahasa Pali yang berarti "perbuatan", yang dalam arti umum meliputi semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata atau tindakan. Makna yang luas dan sebenarnya dari Kamma, ialah semua kehendak atau keinginan dengan tidak membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral), mengenai hal ini Sang Buddha pernah bersabda :

"Aku katakan, kehendak adalah kamma, karena didahului oleh kehendak, seseorang lalu bertindak dengan jasmani, ucapan dan pikiran"

Kamma bukanlah satu ajaran yang membuat manusia menjadi orang yang lekas berputus-asa, juga bukan ajaran tentang adanya satu nasib yang sudah ditakdirkan. Memang segala sesuatu yang lampau mempengaruhi keadaan sekarang atau pada saat ini, akan tetapi tidak menentukan seluruhnya, oleh karena kamma itu meliputi apa yang telah lampau dan keadaan pada saat ini, dan apa yang telah lampau bersama-sama dengan apa yang terjadi pada saat sekarang mempengaruhi pula hal-hal yang akan datang. Apa yang telah lampau sebenarnya merupakan dasar di mana hidup yang sekarang ini berlangsung dari satu saat ke lain saat dan apa yang akan datang masih akan dijalankan.

Oleh karena itu, saat sekarang inilah yang nyata dan ada "di tangan kita" sendiri untuk digunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu kita harus hati-hati sekali dengan perbuatan kita, supaya akibatnya senantiasa akan bersifat baik. Kita hendaknya selalu berbuat baik, yang bermaksud menolong mahluk-mahluk lain, membuat mahlukmahluk lain bahagia, sehingga perbuatan ini akan membawa satu kamma-vipaka (akibat) yang baik dan memberi kekuatan kepada kita untuk melakukan kamma yang lebih baik lagi. Satu contoh yang klasik adalah sbb. :

Lemparkanlah batu ke dalam sebuah kolam yang tenang. Pertama-tama akan terdengar percikan air dan kemudian akan terlihat lingkaran-lingkaran gelombang. Perhatikanlah bagaimana lingkaran ini makin lama makin melebar, sehingga menjadi begitu lebar dan halus yang tidak dapat lagi dilihat oleh mata kita. Ini bukan berarti bahwa gerak tadi telah selesai, sebab bilamana gerak gelombang yang halus itu mencapai tepi kolam, ia akan dipantulkan kembali sampai mencapai tempat bekas di mana batu tadi dijatuhkan. Begitulah semua akibat dari perbuatan kita akan kembali kepada kita seperti halnya dengan gelombang di kolam yang kembali ke tempat dimana batu itu dijatuhkan. Sang Buddha pernah bersabda (Samyutta Nikaya I, hal. 227) sbb :

"Sesuai dengan benih yang telah ditaburkan begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari padanya".

Segala sesuatu yang datang pada kita, yang menimpa diri kita, sesungguhnya benar adanya. Bilamana kita mengalami sesuatu yang membahagiakan, yakinlah bahwa kamma yang telah kita perbuat adalah benar. Sebaliknya bila ada sesuatu yang menimpa kita dan membuat kita tidak senang, kamma-vipaka itu menunjukkan bahwa kita telah berbuat suatu kesalahan. janganlah sekali-kali dilupakan hendaknya bahwa kamma-vipaka itu senantiasa benar. Ia tidak mencintai maupun membenci, pun tidak marah dan juga tidak memihak. Ia adalah hukum alam, yang dipercaya atau tidak dipercaya akan berlangsung terus. Terdapat dua belas jenis bentuk-bentuk kamma yang tidak diperinci di sini.

Bentuk kamma yang lebih berat (bermutu) dapat menekan -- bahkan menggugurkan -- bentuk-bentuk kamma yang lain. Ada orang yang menderita hebat karena perbuatan kecil, tetapi ada juga yang hampir tidak merasakan akibat apapun juga untuk perbuatan yang sama. Mengapa? Orang yang telah menimbun banyak kamma baik, tidak akan banyak menderita karena perbuatan itu, sebaliknya orang yang tidak banyak melakukan kamma-kamma baik akan menderita hebat.

Singkatnya : Kamma Vipaka dapat diperlunak, dibelokkan, ditekan, bahkan digugurkan. Kamma dapat dibagi dalam tiga golongan :

·       Kamma Pikiran (mano-kamma).
·       Kamma Ucapan (vaci-kamma)
·       Kamma Perbuatan (kaya-kamma).

10 (sepuluh) jenis kamma baik:

1.  Gemar beramal dan bermurah hati, akan berakibat dengan diperolehnya kekayaan dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang.

2. Hidup bersusila, mengakibatkan terlahir kembali dalam keluarga luhur yang keadaannya berbahagia.

3.  Bermeditasi, berakibat dengan terlahir kembali di alam-alam sorga.

4.  Berendah hati dan hormatmenyebabkan terlahir kembali dalam keluarga luhur.

5.  Berbakti, berbuah dengan diperolehnya penghargaan dari masyarakat.

6. Cenderung untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain berbuah dengan terlahir kembali dalam keadaan berlebih-lebihan dalam banyak hal.

7.  Bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain menyebabkan terlahir dalam lingkungan yang menggembirakan.

8.  Sering mendengarkan Dhamma, berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan.

9.  Menyebarkan Dhamma, berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan (sama dengan No.8).

10.   Meluruskan pandangan orang lain, berbuah dengan diperkuatnya keyakinan.

10 (sepuluh) jenis kamma buruk

1.  Pembunuhan, akibatnya pendek umur, berpenyakitan, senantiasa dalam kesedihan karena terpisah dari keadaan atau orang yang dicintai, dalam hidupnya senantiasa berada dalam ketakutan.

2. Pencurian, akibatnya kemiskinan, dinista dan dihina, dirangsang oleh keinginan yang senantiasa tak tercapai, penghidupannya senantiasa tergantung pada orang lain.

3.   Perbuatan a-susila, Akibatnya mempunyai banyak musuh, beristeri atau bersuami yang tidak disenangi, terlahir sebagai pria atau wanita yang tidak normal perasaan seksnya.

4.   Berdusta, akibatnya menjadi sasaran penghinaan, tidak dipercaya khalayak ramai.

5.   Bergunjing, akibatnya kehilangan sahabat-sahabat tanpa sebab yang berarti.

6.   Kata-kata kasar dan kotorakibatnya sering didakwa yang bukan-bukan oleh orang lain.

7. Omong kosong, akibatnya bertubuh cacad, berbicara tidak tegas, tidak dipercaya oleh khalayak ramai.

8.   Keserakahan, akibatnya tidak tercapai keinginan yang sangat diharap-harapkan.

9.  Dendam, kemauan jahat / niat untuk mencelakakan mahluk lainakibatnya buruk rupa, macam-macam penyakit, watak tercela.

10. Pandangan salah, akibatnya tidak melihat keadaan yang sewajarnya, kurang bijaksana, kurang cerdas, penyakit yang lama sembuhnya, pendapat yang tercela.

Lima bentuk kamma celaka/perbuatan durhaka di bawah ini mempunyai akibat yang sangat berat ialah kelahiran di alam neraka :

1.     Membunuh ibu.
2.     Membunuh ayah.
3.     Membunuh seorang Arahat.
4.     Melukai seorang Buddha.
5.     Menyebabkan perpecahan dalam Sangha.


HIRI DAN OTTAPPA

Dua ciri khas yang dianggap dua sifat yang membantu melindungi dunia dari kekacauan :
·        Hiri = Perasaan malu, yaitu malu melakukan hal-hal yang tidak baik.
·       Ottappa = Perasaan takut, yaitu takut akan akibat yang timbul dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik.


ATTHALOKA-DHAMMA

Dalam penghidupan seorang manusia tidak dapat terlepas dari 8 (delapan) keadaan, yaitu:
läbha - aläbha = untung – rugi
yasa - ayasa = terkenal - tak terkenal
nindä –pasamsä = dicela – dipuji
sukha - dukkha = gembira, bahagia - sedih, menderita dll.


PARITTA

Vandana
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma-Sambuddhassa = Terpujilah Sang Bhagava , Yang Maha Suci , Yang telah mencapai Pencerahan Sempurna

Tisarana
·     Buddhang saranang gacchami = Kami berlindung kepada Sang Buddha. 'Berlindung kepada Sang Buddha' berarti mencontoh sifat-sifat yang baik yang terdapat pada diri seorang Buddha.

·   Dhammang saranang gacchami = Kami berlindung kepada Dhamma. 'Berlindung kepada Dhamma' berarti bahwa kita berusaha untuk melaksanakan Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga dengan demikian kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak baik.

·  Sanghang saranang gacchami = Kami berlindung kepada Sangha. 'Berlindung kepada Sangha' berarti bahwa kita menganggap Sangha sebagai guru dan mentaati ajaran yangdiberikan oleh bhikkhu-bhikkhu yang telah mencapai tingkat kesucian. Yang dimaksud di sini ialah bahwa kita berlindung kepada Ariya Sangha yaitu pasamuan mereka yang telah mencapai tingkat kesucian.


PANCASILA

1.    Pänätipätä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan mahluk hidup. Untuk dapat digolongkan 'pembunuhan' harus memenuhi syarat-syarat sbb. :
·       Adanya satu mahluk.
·       Sadar bahwa itu mahluk.
·       Niat untuk membunuh.
·       Langkah-langkah perbuatan.
·       Kematian sebagai akibatnya (mahluk itu betul-betul mati).

2.    Adinnädänä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari pencurian. Untuk dapat digolongkan 'pencurian' harus memenuhi syarat-syarat sbb. :
·       Adanya milik orang lain.
·       Kesadaran, pengertian akan keadaan ini.
·       Niat untuk mencuri.
·       Langkah-langkah perbuatan.
·       Peralihan benda yang dicuri sebagai akibatnya.

3.    Kämesu micchäcärä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari perzinahan (perbuatan a-susila). Untuk dapat digolongkan 'perzinahan' harus memenuhi syarat-syarat sbb:
·       Niat untuk mengalami sensasi obyek / sasaran yang terlarang dan bukan haknya.
·       Berusaha
·       Memiliki sasaran yang dimaksud.

4.    Musävädä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari kedustaan (ucapan yang tidak benar). Untuk dapat digolongkan 'kedustaan' harus memenuhi syarat-syarat sbb. :
·       Kedustaan.
·       Niat untuk berdusta.
·       Usaha, dan
·       Menyampaikannya kepada orang lain.

5.    Surämeraya-majjapamädatthänä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari makanan dan minuman yang menimbulkan kemabukkan dan ketagihan.


DASA PARAMITTA

Sepuluh Kesempurnaan dalam Kebajikan yang harus dimiliki oleh seorang Buddha, yaitu:
1.     Däna = Dermawan, gemar menolong orang lain.
2.     Sila = Bersih dalam ucapan dan perbuatan.
3.     Nekkhamma = Melepaskan ikatan keduniawian.
4.     Pañña = Kebijaksanaan
5.     Viriya = Tekun, bersemangat, ulet.
6.     Khanti = Sabar, dapat memaafkan kesalahan orang lain.
7.     Sacca = Mencintai kebenaran.
8.     Adithäna = Teguh dalam tekad, tak tergoyahkan.
9.     Metta = Cinta kasih luhur, mencintai semua mahluk tanpa perbedaan.
10.  Upekkhä = Keseimbangan bathin, tak terpengaruh lagi oleh perasaan sukha dan dukkha.


HARI BESAR

Hari Waisak :
1.     Lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini di tahun 623 S.M.
2.    Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya pada usia 35 tahun di tahun 588 S.M.
3.     Buddha Gautama mangkat di Kusinara pada usia 80 tahun di tahun 543 S.M.

Hari Asadha : 
Dirayakan 2 (dua) bulan setelah Waisak, juga waktu terang bulan (purnama sidhi) di bulan Juli ; untuk memperingati Khotbah pertama di taman rusa Isipatana (dekat Benares) di hadapan 5 (lima) orang pertapa (Kondañña, Bodhiya, Vappa, Mahanama, Assaji). Khotbah pertama ini dikenal sebagaiDhammacakkapavatana-Sutta (Khotbah berputarnya roda Dhamma).

Hari Kathina : 
Dirayakan 3 (tiga) bulan setelah hari Asadha. Perayaan Kathina dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) bulan, tidak ada hari-hari yang tertentu. Upacara Kathina dimaksudkan untuk memberikan keperluan hidup sehari-hari kepada para bhikkhu yang telah melaksanakan vassa selama 3 (tiga) bulan di suatu tempat tertentu. Senioritas seorang bhikkhu dihitung dari jumlah vassa yang telah dilaksanakannya.

Magha-Puja
Dirayakan di bulan Magha (Februari / Maret) pada waktu terang bulan; untuk memperingati peristiwa berkumpulnya 4 (empat) faktor (caturrangga-sannipata) pada hari tersebut.:
1.     Purnama sidhi di bulan Magha.
2.  1.250 (seribu dua ratus lima puluh) orang bhikkhu berkumpul di Rajagaha tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
3.     Semuanya Arahat dan memiliki 6 (enam) kekuatan gaib (abhiñña).
4.     Semuanya ditahbiskan dengan memakai ucapan 'Ehi-bhikkhu'.

Pada waktu itu Sang Buddha membacakan Ovada patimokkha :
  •        Khanti paranang tapo titikkhä     
Kesabaran adalah cara bertapa yang paling baik.

  •        Nibbänang paramang vadanti Buddhä   
Sang Buddha bersabda :Nibbanalah yang tertinggi dari segalanya.

  •        Na hi pabbajjito pärupaghati       
Beliau bukan pertapa yang menindas orang lain.

  •       Samano hoti parang vihethayanto         
Beliau bukan pula pertapa yang menyebabkan kesusahan orang lain.

  •     Sabba Päpassa akaranang, Kusalassa upasampadä, Sacitta pariyodapanang, Etang  Buddhäna säsanang      
Janganlah berbuat kejahatan, Perbanyaklah perbuatan baik, Sucikan hati dan pikiranmu, Itulah Ajaran semua Buddha

  •        Anupavädo anupaghäto, Pätimokkhe ca samvaro      
Tidak menghina, tidak melukai, Mengendalikan diri sesuai dengan tata-tertib.

  •       Matannutä ca bhattasming, Pantanca sayanäsanang           
Makanlah secukupnya, Hidup dengan menyepi.

  •       Adhicitte ca äyogo, Etang Buddhana Sasanang           
Dan senantiasalah berpikir luhur, Itulah Ajaran Semua Buddha.


ABHIÑÑA

Dengan Abhiñña dimaksud 6 (enam) kekuatan gaib, yaitu :
1.     Memiliki pelbagai tenaga magis (iddhi-vidhä)
2.     Telinga dewa (dibbasota)
3.     Mata dewa (dibbacakkhu)
4.     Dapat membaca pikiran orang lain (ceto pariya-ñana)
5.     Dapat mengingat kelahiran-kelahirannya yang lampau (pubbeniväsänussati-ñana)
6.     Pelenyapan Kekototan batin ( Asavakkhayanana). 


PANDANGAN SALAH MENGENAI AGAMA BUDDHA

Vihara dan Kelenteng :
Umumnya orang menganggap kelenteng sama dengan vihara, padahal untuk disebut sebagai vihara harus memenuhi syarat-syarat sbb. :
·       Harus ada patung Sang Buddha pada tempat yang terhormat.
·       Harus ada Dhammasala (tempat untuk berkhotbah).
·       Harus ada kuti (tempat menginap untuk para bhikkhu/bhikkhuni).

Dan kebanyakan kelenteng tidak dapat disebut sebagai vihara, karena tidak terdapat hal-hal tersebut di atas. Di samping itu ada kelenteng yang khusus digunakan untuk menyimpan abu leluhur dari suatu golongan masyarakat tertentu.

Pemuja berhala :
Orang-orang menganggap bahwa umat Buddha adalah pemuja berhala, padahal umt Buddha menyembah patung Sang Buddha :

·  Untuk menyatakan rasa hormat dan terima kasihnya kepada Sang Guru yang telah memberikan AjaranNya kepada umat manusia, seperti juga kita menghormat kepada bendera nasional kita.
·       Sebagai obyek dalam meditasi.
Umat Buddha yang memberikan penghormatan dan pemujaan di depan patung Kwan Im (Avalokitesvara) adalah karena sifat welas-asih, pengorbanan dan sifat suka menolong yang dilambangkan dalam patung Kwan Im.

Makan sayuranis ( Vegetarian)
Umat Buddha tidak diharuskan untuk hanya makan sayur-sayuran saja. mereka makan sayuranis adalah dalam rangka melatih diri. Dan makan sayuranis atau makan daging tidak dapat dipakai untuk mengukur pencapaian kesucian seseorang.

Perabuan jenazah:
Seorang umat Buddha tidak mutlak harus diperabukan kalau meninggal dunia. Ia boleh dengan bebas menentukan sendiri, apakah kelak setelah meninggal dunia akan dikubur atau dibuang (dkubur) di laut atau ditinggal di hutan atau di goa tanpa ditanam.

Sikap pesimistis
Seorang umat Buddha sering dikatakan sebagai seorang yang pesimistis, karena selalu memandang dari sudut dukkha (penderitaan), padahal kalau kita mengerti hukum karma dan tahu arti dari istilah viriya (semangat yang membaja), kita tidak mungkin menjadi orang pesimis.

Harus meninggalkan keluarga
Ada anggapan bahwa untuk menjadi umat Buddha yang baik seseorang harus meninggalkan keluarganya untuk menjadi bhikkhu atau bhikkhuni, anggapan yang demikian adalah tidak benar. Terdapat banyak contoh bahwa orang-orang yang masih berkeluarga pun (para upasaka/upasika) sanggup mencapai tingkat-tingkat kesucian. Dan kalau ada orang yang mau menjadi bhikkhu, terlebih dahulu ia harus mendapat ijin dari orang tuanya atau isterinya, dan harus memenuhi syarat lain lagi, misalnya isteri dan anak-anaknya tidak terlantar, berkelakuan baik dan tidak menderita penyakit yang menular atau penyakit jiwa.

Mandi minyak, berjalan di atas bara api :
Kedua hal tersebut tidak ada hubungannya dengan agama Buddha. Perlu kiranya diketahui bahwa Buddha Gautama sendiri dengan tegas melarang murid-muridNya menggunakan dan mempertontonkan ilmu gaib dalam usaha untuk mencari umat.


TABEL ALAM-ALAM KEHIDUPAN (Batas Umur)

Arupa Loka (Alam tanpa bentuk)
·           N'eva Saññã N'ãsaññãyatana, 84.000 M.K
·           Akiñcaññãyatana, 60.000 M.K
·           Viññãnañcãyatana, 40.000 M.K
·           Ãkãsãnañcãyatana, 20.000 M.K

Rupa Loka (alam Bentuk)
Catuttha Jhãna Bhümi Alam Jhãna IV
·           Suddhavassa
o     Akanittha, 16.000 M.K
o     Sudassi8.000 M.K
o     Sudassa, 4.000 M.K
o     Atappa, 2.000 M.K
o     Aviha, 1.000 M.K

o     Asaññasatta, 500 M.K
o     Vehapphala, 500 M.K

Tatiya Jhãna Bhümi Alam Jhãna III
o    Subhakinha, 64 M.K
o    Appamãnasubha, 32 M.K
o    Parittasubha, 16 M.K

Dutiya Jhãna Bhümi Alam Jhãna II
o    Abhassara, 8 M.K
o    Appamãnabha, 4 M.K
o    Parittabha, 2 M.K

Pathama Jhãna Bhümi Alam Jhãna I
o    Maha Brahma, 1 A.K
o    Brahma Purohita, 1/2 A.K
o    Brahma Parisajja, 1/3 A.K

Kama Loka Alam Nafsu
·           Sugati - Alam Bahagia
o   Devaloka - Alam Surga
§  Paranimmitavasavatti, 16.000 T.S
§  Nimmãnarati, 8.000 T.S
§  Tusita, 4.000 T.S
§  Yãma, 2.000 T.S
§  Tãvatimsa, 1.000 T.S
§  Cãtummahãrãjika, 500 T.S

o   Manussa (Manusia), Tak Terbatas

·           Dugati - Alam Menderita
o   Asurayoni, Tak Terbatas
o   Petayoni, Tak Terbatas
o   Tiracchãnayoni, Tak Terbatas
o   Niraya, Tak Terbatas

Keterangan :
M.K. = Mahã Kappa
A.K. = Asangkheyya Kappa
T.S. = Tahun Surgawi


Sumber:
3.     Corneles Wowor, M.A. (samaggi-phala.or.id (pdf))
4.     Pokok-Pokok Dasar Buddha Dhamma – Tanhadi
5.     Sang Buddha dan Ajarannya – Ven. Narada
      

]˜


Tidak ada komentar:

Posting Komentar