KISAH SEORANG NELAYAN
BERNAMA ARIYA
Dhammapada XIX: 270
Suatu
ketika, ada seorang nelayan yang tinggal di dekat gerbang utara kota Savatthi.
Suatu hari, melalui kemampuan batin luar biasa, Sang Buddha melihat bahwa telah
tiba saatnya bagi nelayan itu untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Maka dalam
perjalanan pulang dari berpindapatta Sang Buddha bersama dengan para bhikkhu,
berhenti di dekat tempat dimana Ariya sedang menangkap ikan. Ketika nelayan itu
melihat Sang Buddha, ia melemparkan alat penangkap ikannya kemudian datang dan
berdiri di dekat Sang Buddha. Sang Buddha mulai menanyakan nama-nama para
bhikkhu di hadapan si nelayan, dan akhirnya beliau menanyakan nama nelayan itu.
Ketika si
nelayan menjawab bahwa namanya adalah Ariya, Sang Buddha berkata bahwa para
orang mulia (Ariya) tidak melukai makhluk hidup apapun, tetapi karena si
nelayan membunuh ikan-ikan maka ia tidak layak menyandang nama Ariya.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
270 berikut:
Seseorang tidak dapat disebut Ariya
(orang mulia)
apabila masih menyiksa makhluk hidup.
Ia yang tidak lagi menyiksa
makhluk-makhluk hiduplah
yang dapat dikatakan mulia.
Nelayan Ariya mencapai tingkat kesucian sotapatti
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar