Minggu, Juli 14, 2013

Ajaran Sang Buddha

AJARAN SANG BUDDHA
0leh: Bhikkhu Thitaketuko Thera

Agama Buddha dilihat dalam bentuk kesederhanaannya, seolah-olah dilupakan oleh orang-orang, tetapi ia mempunyai daya tarik yang kuat dalam zaman atau masa dunia tertentu, yaitu dalam zaman KALI-YUGA. Orang India yang beragama Hindu membagi zaman ini menjadi empat bagian, yang beredar terus silih berganti. Keempatnya itu adalah:

1.  Zaman KERTA YUGA
yaitu zaman yang tentram, aman, kehidupan manusia makmur, suasana alam baik dan mendukung kesejahteraan kehidupan manusia, kejahatan sangat kurang, keagamaan masih kuat mewarnai kehidupan orang.

2.  Zaman TRETA YUGA
yaitu zaman benkutnya di mana ajaran-ajaran agama masih dianut dengan baik, ketentraman dan keamanan mulai berkurang, keadilan makin mulai berkurang, kejahatan mulai berkembang lebih banyak dan ketidakpuasan mulai meliputi kehidupan manusia.

3.  Zaman DWAPARA YUGA
yaitu zaman yang mulai bercorak banyak pertentangan dan percekcokan, tingkah laku manusia mulai menimbulkan banyak keonaran, pelajaran Agama mulai kurang mendapat perhatian, penderitaan kehidupan mulai lebih terasa.

4.  Zaman KALI YUGA
yaitu zaman yang paling kurang baik, dimana manusia terasa hidupnya mulai panas dan mudah terangsang oleh hal-hal yang negatif, mudah menjadi buas dan sadis, moralnya seolah-olah lenyap, perkelahian dan peperangan banyak terjadi. Agama seolah-olah tersingkir dari kehidupan manusia, yang lebih banyak dicengkeram oleh dosa, lobha danmoha (kebencian, ketamakan dan kegelapan batin), bencana alam banyak terjadi yang menantang kehidupan manusia.

Menurut orang-orang yang senang berfilsafat dan utak-utik kebatinan, zaman yang sekarang ini adalah dikatakan zaman KALI YUGA. Mereka mencocok-cocokan apa yang tertulis di dalam lontar-lontar kuno dengan kejadian-kejadian sekarang ini. Ada ditulis dalam lontar SUTASOMA mengenai sikap orang terhadap Ajaran Agama, dikatakan pada zaman Kerta Yugamaupun Treta Yuga orang-orang masih kuat dipengaruhi oleh ajaran agama dan moralnya lebih tinggi. Tetapi pada zaman berikutnya mulai sekarang terutama pada zaman Kali Yuga ini, Ajaran agama kelihatan hanya dijadikan suatu pola kecerdasan berpikir dan segi moralnya menjadi hampir lenyap. Dalam kehidupan yang kacau balau dalam zaman Kali Yuga ini, orang lalu mengarahkan pandangannya ke arah AjaranNya SANG BUDDHA yang mengandung unsur mengendalikan kehidupan ini dari kemerosotan dan kehancuran moral itu. Hal ini dikatakan di dalam naskah kuno itu Ajaran Sang Buddha akan mendapat sorotan dan dipelajari serta dipraktekkan dalam kehidupannya. Pernah dikatakan oleh pakar ilmu pengetahuan yaitu Bapak Einstein, di Barat pada zaman kemajuan teknik ini, bahwa Agama Buddha akan menjadi agama di masa yang akan datang. Dalam hal ini mungkin bukan bentuk agamanya yang akan menjadi sasarannya, tetapi inti sari dari Ajaran Sang Buddha itu sendiri. Kalau kiranya hal itu benar demikian apakah kiranya yang menjadi daya tarik di dalam Ajaran Sang Buddha ini...?

Dalam hal ini marilah kita meninjau sekedar perkembangan sejarah kebudayaan manusia. Dikatakan bahwa paham dan pelajaran agama pada umumnya muncul di daerah timur yaitu di Asia, dan berkembang seterusnya mempengaruhi segala segi kehidupan dan kebudayaan manusia. Seperti kita mengetahui bahwa ajaran agama itu adalah didasari oleh perasaan atau emosi yang cenderung pada keamanan, ketenangan, kegairahan, kesejahteraan dan kebahagiaan dan harapan-harapan yang tinggi lainnya dalam kehidupan ini, serta yang dapat mengembangkan perasaan-perasaan yang halus yang menimbulkan ilmu-ilmu yang bercorak mistik. Dan kalau hal ini tidak disadari, ia dapat dinodai dan dikotori oleh loba, dosa dan moha(keserakahan, kebencian dan kegelapan batin) yang menimbulkan keonaran dan bencana dalam kehidupan dirinya maupun orang lain. Dan demikianlah hal ini berkembang menjadi corak kehidupan orang Timur.

Di samping itu, kalau kita mengikuti sejarah perkembangan kehidupan orang-orang di Barat kita akan melihat proses yang berbeda. Di Barat corak perkembangan kehidupan manusia pada umumnya adalah didasari oleh perkembangan rasio, logika pemikiran yang bercorak intelektual yang cenderung menuju kehidupan yang bergairah, menyenangkan, kesejahteraan dan berbahagia. Dan hal ini berkembang yang menimbulkan bermacam-macam filsafat kehidupan baik yang bercorak batiniah maupun yang bercorak duniawi atau materi. Ini berkembang meliputi segala segi-segi kehidupan, dan selanjutnya berkembang menimbulkan bermacam-macam ilmu pengetahuan yang menghasilkan segala macam alat-alat kehidupan untuk meningkatkan kegairahan, kenyamanan kehidupan serta memperkembangkan kekuasaannya, dengan menciptakan barang-barang elektronik yang sangat rumit dan mengagumkan daya kerjanya dan juga alat-alat peperangan yang mutakhir yang dahsyat hebat dan mengerikan seperti apa yang dapat kita saksikan pada masa sekarang ini. Melalui intelek yang tinggi dan pemikiran yang tajam dan telah terlatih mereka seolah-olah telah dapat menguasai materi dan dunia ini, bahkan telah dapat menjelajahi luar angkasa (ke bulan, dllnya). Memang kelihatannya mereka telah dapat menguasai semuanya tetapi..., mereka belum dapat menguasai dirinya sendiri. Dengan mengembangkan pemikiran dan intelektualnya saja, mereka dengan tidak disadari akan makin dikuasai oleh loba, dosa dan moha, sehingga tidak dapat membedakan apa yang baik dan apa yang tidak baik, apa yang berguna dan apa yang tidak berguna, apa yang menyebabkan kesejahteraan dan apa yang menyeret ke dalam penderitaan dalam kehidupan ini.

Andai kata barang-barang yang diciptakan itu digunakan atas dasar loba, dosa dan moha yang didorong oleh ambisi yang tidak didasari, betapa besar malapetaka yang akan timbul seperti ledakan bom atom yang terjadi pada perang dunia ke 2 di Jepang yang baru lalu. Setelah melihat gejala-gejala yang tidak diingini seperti sekarang ini yang dianggap kurang berhasilnya penerapan ajaran agama dengan baik serta kurang efektifnya hasil pemikiran (intelek), yang pada hakekatnya diharapkan agar mendapat ketenangan, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam kehidupan ini, lalu timbul pendapat yang mengatakan bahwa agama yang berdasarkan emosi dan ilmu pengetahuan yang berdasarkan intelek itu harus dipadukan dengan kuat dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari agar tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan dalam kehidupan ini. Dan dalam hal ini telah diusahakan untuk melaksanakannya. Dikatakannya: Hidup berdasarkan intelek saja akan menjadi keras, egois dan kejam; hidup berdasarkan agama (emosi) saja akan menjadi fanatik, sempit dan suram. Sebenarnya apa yang kurang dalam diri kita ini...?

Menurut Ajaran Sang Buddha manusia ini terdiri dari Jasmani dan Batin. Batin terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran. Dalam kehidupan sehari-hari kelima unsur atau faktor kehidupan ini harus dikembangkan, dilatih dan digunakan secara seimbang; seperti disinggung pada uraian di atas, bahwa agama berdasarkan perkembangan emosi (perasaan) dan ilmu pengetahuan berdasarkan perkembangan intelek (pemikiran), dan dalam hal ini tidak ada disinggung atau diperhatikan mengenai perkembangan kesadaran. Di dalam ajaran Sang Buddha justru faktor kesadaran ini sangat diperhatikan dan dilatih perkembangannya. Dan faktor-faktor yang lain, yaitu jasmani dan pencerapan akan berkembang sesuai dan selaras dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Apakah faktor KESADARAN itu...? Kesadaran ialah faktor batin yang berfungsi untuk menyadari, melihat, menyoroti atau memperhatikan gerak-gerik pikiran, perasaan dan jasmani yang timbul setiap saat silih berganti sepanjang waktu. Hal ini tentunya memerlukan latihan yang sungguh-sungguh dengan seksama dan berlanjut terus, lambat laun kesadaran itu akan makin kuat dan makin tajam dan akhirnya dapat bekerja secara otomatis sesuai dengan fungsi seperti yang kita arahkan yaitu: Menyadari, mengenal, mengerti dan melepas. Dalam perkembangan mengenal dan mengerti itu akan berkembang kebijaksanaan yang merupakan kemampuan untuk membeda-bedakan yang baik dan buruk, yang berguna dan yang tidak berguna, yang menimbulkan penderitaan dan yang membawa kesejahteraan dalam kehidupan. Dan mengenai fungsi melepas adalah merupakan hal yang penting di mana kita berusaha melepaskan suatu proses yang muncul yang berasal dari karma-karma yang lalu, terutama hal-hal yang jelek, yang negatif yang membawa kita ke dalam penderitaan yang berat.

Dengan demikian kita sedikit demi sedikit berjuang membebaskan diri dari belenggu-belenggu kehidupan ini dari belenggu yang kasar sampai belenggu yang sekecil-kecilnya dan sehalus-halusnya yang merupakan konsep-konsep kehidupan yang disebut 'AKU' atau EGO yang merupakan bibit ketegangan dan kekacauan serta penderitaan dalam diri sendiri dan dalam masyarakat. Hal inilah yang sekarang menjadi sorotan bagi para ahli pikir di Barat maupun di Timur, yang kiranya kurang tersentuh dalam aktivitas kehidupan. Sedangkan dalam Ajaran Sang Buddha, kesadaran ini menjadi inti sari dari pelaksanaan ajaranNya, yang sering diulang-ulangi dalam khotbah-khotbahNya. Sekarang Ajaran Sang Buddha yang merupakan agama kembali lagi dikenal di Indonesia adalah dimulai dengan ajaran 'KESADARAN'-nya yang bersamaan dengan cara melatih mengembangkannya yang disebut dengan latihan MEDITASI VIPASSANA BHAVANA seperti yang diadakan di beberapa Vihara-Vihara yang antara lain adalah di Malang di Vihara Dhammadipa Arama, di Bali yaitu di Brahma Vihara Arama-Banjar, dan di Semarang di Vihara Buddha Gaya-Watugong, di Bogor di Vihara Saung Paramitha, dan lain sebagainya.

Sebenarnya latihan meditasi Vipassana itu bukannya saja dapat dilakukan di Vihara-vihara atau di tempat yang sunyi dan terpencil, tetapi bagus sekali kalau sudah dapat melaksanakan di rumah-rumah dalam kegiatan kehidupan sehari-hari. Tetapi harus mempunyai bekal pengalaman dan pengertian mengenai meditasi itu.***

Sumber:
30 Tahun Padepokan Dhammadipa Arama, Batu-Malang.

-oOo-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar