ASALHA PUJA
(Hari
Asadha)
Menurut
penanggalan Buddhis Theravada, pada tanggal 22 Juli 2013 merupakan hari besar Asalha Puja 2557 BE dan bagi para Bhikkhu,
hari Asalha berarti pertanda akan
dimulainya masa Vassa pada keesokan harinya. Kata 'vassa' artinya `hujan', jadi masa vassa bagi para bhikkhu adalah menetap di suatu tempat (vihara,
cetiya bila ada kuti atau di tempat tertentu), selama tiga bulan musim hujan.
Pada
masa ini para Bhikkhu belajar, mendalami, menghayati dan mengamalkan Dhamma. di samping itu mereka
mengajarkan dan membina umat yang datang ke vihara
(tempat ber-vassa) atau membina
umat dengan cara mengunjungi para umat yang ada di daerah sekitar tempat ber-vassa. Menurut peraturan kebhikkhuan,
selama masa vassa,. para bhikkhu
tidak diizinkan untuk meninggalkan tempat ber-vassa, namun bila ada urusan penting maka seorang bhikkhu dapat
meninggalkan tempat ber-vassa selama
tujuh hari.
“ Jalan
yang lurus telah ditunjukkan dengan jelas;
Majulah
dan jangan berbalik kembali.
Doronglah
dirimu untuk maju.
Dengan
cara itu engkau akan mencapai Kebebasan Sempurna (Nibbana).”
“ Memiliki
semangat dan keuletan,
selalu
bersungguh-sungguh dalam mengarahkan diri,
Orang
bijaksana hendaknya tidak cepat puas,
hingga
akhir penderitaan telah dapat diraih.”
(Theragatha
637,585)
Kepada
para Bhikkhu yang saya hormati dan saya muliakan,
Selamat
merayakan Asalha Puja dan Selamat memasuki masa vassa 2557 BE/2013. Semoga para Bhikkhu Sangha Theravada yang
telah mengabdikan segenap hidupnya di Jalan Dhamma-Vinaya dapat senantiasa
memberikan bimbingan dan keteladanannya kepada seluruh masyarakat dan umat Buddha
pada khususnya.
Semoga
kita semua senantiasa berada di bawah lindungan Sang Tiratana.
Semoga
para Bhikkhu secepatnya dapat mencapai pembebasan dari dukkha.
Semoga
semua makhluk hidup berbahagia.
Sadu…sadhu..sadhu.._/|\_
Upa.
Amaro Tanhadi.
Asalha (Pali) / Asadha (Skt) adalah nama bulan lunar
kedelapan. Kebaktian untuk memperingati Hari besar Asalha disebut Asalha Puja / Asadha Puja.
Peristiwa
suci Asalha merupakan peristiwa yang
mempunyai arti yang sangat penting, bahkan mempunyai nilai keramat bagi
kemanusiaan. Sebab, dengan terjadinya peristiwa Asalha itulah, maka sampai saat ini umat Buddha masih dapat
mengenal Buddha Dhamma yang merupakan
rahasia hidup dan kehidupan ini.
Hari
suci Asalha, diperingati 2 (dua)
bulan setelah Hari Raya Waisak, guna memperingati Tiga Peristiwa Penting yang
menyangkut kehidupan Sang Buddha dan Ajarannya, yaitu :
1.
Untuk
pertama kali Sang Buddha membabarkan Dhammanya kepada lima petapa (Pancavaggiya : Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji), mantan siswa-siswa sepetapaan sebelum
menjadi Buddha, bertempat di Taman Rusa Isipatana, dekat Varanasi, India, pada
bulan Purnama sidhi di bulan Asalha, pada tahun 588 Sebelum Masehi.
2. Terbentuknya Arya Sangha (Persaudaraan Para Bhikkhu
Suci) yang pertama.
3.
Lengkapnya Tiratana/Triratna
( Buddha, Dhamma, dan Sangha ), yang sebelumnya hanya ada Buddha dan Dhamma (yang ditemukan
sendiri oleh Sang Buddha).
Tiratana atau Triratna
berarti Tiga Mustika, terdiri atas Buddha, Dhamma dan Sangha. Tiratana merupakan pelindung umat
Buddha. Setiap umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan memanjatkan paritta
Tisarana /trisarana .
· Umat Buddha berlindung kepada Buddha
berarti umat Buddha memilih Sang Buddha sebagai guru dan teladannya.
· Umat Buddha berlindung kepada Dhamma berarti umat Buddha yakin bahwa Dhamma mengandung kebenaran yang bila
dilaksanakan akan mencapai akhir dari dukkha.
· Umat Buddha berlindung kepada Sangha berarti umat Buddha yakin bahwa Sangha merupakan pewaris dan pengamal Dhamma yang patut dihormati.
Khotbah
pertama Sang Buddha ini tercantum dalam Kitab Suci Tipitaka berbahasa Pali,
dengan nama : "Dhammacakkappavattana Sutta"
(Khotbah Pemutaran Dhamma). Dalam Khotbah
tersebut, Sang Buddha mengajarkan mengenai Empat Kebenaran Mulia ( Cattari Ariya Saccani ) yang menjadi
landasan pokok Buddha Dhamma.
Cattari Ariya Saccani atau Empat Kesunyataan Mulia itu terdiri
atas :
1.
Dukkha
Ariyasacca, yang berarti Kebenaran Mulia
tentang adanya dukkha.
2.
Dukkha
Samudaya Ariyasacca, yang berarti Kebenaran
Mulia tentang sebab dukkha.
3.
Dukkha
Nirodha Ariyasacca, yang berarti Kebenaran
Mulia tentang lenyapnya dukkha.
4.
Dukkha
Nirodha Gamini Patipada Ariyasacca, yang berarti Kebenaran Mulia tentang Jalan untuk
melenyapkan dukkha.
Sang Buddha mengajarkan bahwa hidup
dalam bentuk apapun adalah dukkha atau
penderitaan. Umat Buddha tidak boleh menutup mata pada kebenaran tentang adanya
penderitaan yang mencengkeram kehidupan ini. Umat Buddha harus menyadari dan
mengakui kenyataan bahwa hidup ini adalah penderitaan. Umat Buddha harus
menghadapi penderitaan yang datang padanya dengan tabah.
Selanjutnya, umat Buddha harus
berusaha mencabut akar penderitaan itu, agar tidak terus menerus bertumimbal
lahir di alam manapun. Sang Buddha mengajarkan bahwa akar atau sebab
penderitaan itu adalah tanha atau
nafsu-nafsu keinginan rendah yang tidak ada habis-habisnya.
Tanha terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1.
Kama
tanha, yang berarti keinginan akan
kenikmatan-kenikmatan indriya.
2.
Bhava
tanha, yang berarti keinginan akan
kelangsungan atau perwujudan.
3.
Vibhava
tanha, yang berarti keinginan akan
pemusnahan.
Hanya dengan terpotongnya sebab
penderitaan atau tanha sampai
keakar-akarnya, maka kebahagiaan tertinggi dapat dicapai. Hanya dengan
dilenyapkannya tanha, maka dukkha juga dapat dilenyapkan. Lenyapnya
dukkha berarti tercapainya Nibbana.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ada
satu jalan untuk membebaskan makhluk dari penderitaan, yaitu Ariya Atthangika Magga (Jalan Mulia
Berunsur Delapan). Jalan yang Agung dan Keramat ini hanyalah satu, tetapi
terdiri atas delapan unsur yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dari yang
lainnya. Jalan Keramat ini dikenal juga sebagai “ Jalan Tengah “ ( Majjhima Patipada ), karena “Jalan”
ini mengindari dan berada di luar cara hidup yang ekstrim, yaitu pemuasan nafsu
yang berlebih-lebihan dan penyiksaan diri.
Ariya Atthangika Magga (Jalan Mulia Berunsur
Delapan) ini terdiri atas :
1. Pandangan Benar (Samma ditthi).
2. Pikiran Benar (Samma sankappa).
3. Ucapan Benar (Samma vaca).
4. Perbuatan Benar (Samma kammanta).
5. Mata Pencaharian Benar
(Samma ajiva).
6. Daya Upaya Benar (Samma Vayama).
7. Perhatian Benar (Samma sati).
8. Konsentrasi Benar (Samma samadhi).
Ariya Atthangika Magga
dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu : sila, samadhi, dan panna. Umat Buddha harus
mengembangkan latihan sila, samadhi,
dan panna dalam kehidupan sehari-hari.
Memang tidak mudah untuk melakukan hal ini. Tetapi juga bukan sesuatu yang
tidak mungkin.
Sila berarti prilaku yang baik atau tingkah laku yang luhur. Sila meliputi tiga bagian dari Ariya Atthangika Magga, yaitu : Samma Vaca, Samma Kammanta, dan Samma Ajiva.
Samadhi berarti konsentrasi, yaitu pemusatan pikiran pada satu objek
yang baik. Samadhi meliputi tiga
bagian dari Ariya Atthangika Magga,
yaitu Samma Vayama, Samma Sati, dan Samma Samadhi.
Panna berati kebijaksanaan luhur, yaitu mengetahui antara yang
benar dan tidak benar, yang berguna dan tidak berguna. Panna meliputi dua bagian dari Ariya
Atthangika Magga, yaitu Samma Ditthi
dan Samma Sankhappa.
Sang Buddha telah mewariskan Cattari Ariya Saccani untuk
direalisasikan agar dapat melepaskan diri dari siklus kelahiran yang
berulang-ulang yang penuh dengan penderitaan ini. Ya….umat Buddha harus
berjuang dengan gigih dalam kehidupan sehari-hari, untuk memperkecil
sebab-sebab penderitaan, untuk mencapai kebahagiaan setahap demi setahap.
Dalam Ratana Sutta bait kesembilan terdapat sabda Sang
Buddha sebagai berikut:
“ Mereka yang telah menembus Empat Kesunyataan
Mulia,
yang dibabarkan dengan jelas oleh Sang Maha
Bijaksana,
namun mereka tidak akan mengalami kelahiran yang
kedelapan.”
Ini berarti bahwa mereka mencapai
tingkat kesucian Sotapanna, yang akan lahir
paling banyak tujuh kali lagi.
Silahkan
Baca juga :
Anumodana pak Tan !
BalasHapusSadhu..Sadhu..Sadhu.._/\_
Hapusanumodana _/\_
BalasHapus