Minggu, Juli 14, 2013

Fenomena yang Terkondisi

FENOMENA YANG TERKONDISI
Oleh : Amaro Tanhadi

Semua fenomena di alam semesta ini merupakan keadaan relatif yang terkondisi dan tidak bisa muncul dengan sendirinya tanpa kondisi-kondisi yang mendukungnya.

Sebagai contoh : Kita amati sebuah lampu minyak. Api dalam lampu minyak menyala tergantung pada minyak dan sumbu. Selama ada minyak dan sumbu, maka api dalam lampu minyak bisa menyala.

Dengan menganalisa dan merenungkan bahwa apapun fenomena yang ada di dunia ini adalah terbentuk dari unsur-unsur yang saling kait-mengait atau saling bergantungan itulah kita dapat memperoleh gambaran apapun yang terbentuk (terkondisi) dari ‘unsur-unsur pembentuk’ (pengondisi), sesungguhnya tidak memiliki ‘Inti diri’. ‘ Inti pembentuk’ atau ‘Roh’ didalamnya. (Sabbe dhamma anatta).

Sampai disini dapat kita lihat, bahwa Sang Buddha tidak pernah menutup-nutupi segala sesuatu yang Beliau ketahui secara langsung melalui pengalamanNya sendiri ; bahwa apapun di dunia ini ‘ Ada sebab musababnya’, bukan karena takdir/nasib, tapi ada sebab-sebabnya.

Kalau kita lihat sepintas, sepertinya Ajaran Buddha ini ruwet, rumit, dan mendetil sekali, sehingga tidak sedikit umat Buddha sendiri merasa kesulitan, bosan, dan malas untuk mempelajari Buddha Dhamma. Sehingga tidak sedikit pula yang mengambil jalan pintas dengan mengatakan : “ yang penting adalah praktiknya”.

Dapat kita bayangkan, bagaimana jika yang disebut ‘Praktik’ itu dijalankan secara membabi-buta tanpa terlebih dahulu mengikuti petunjuk-petunjuk yang benar?, tentu saja akan bersifat spekulatif, kemungkinan ‘nyasar/salah jalan’ jauh lebih besar daripada benarnya, dan tentu saja bukan ‘jalan pintas’ itu dari tujuan Sang Buddha mengajarkan Dhamma ini.

Prinsip Utama Ajaran Buddha tentang fenomena ini adalah seperti yang Beliau sabdakan dan tercatat pada Samyutta Nikaya II.28 :

“ Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu,
dengan adanya ini, maka adalah itu,
dengan padamnya ini, maka padamlah itu,
dengan tidak adanya ini, maka itupun tidak ada.”

Karena ketidakmampuan mereka untuk memahami sebab-musabab yang saling bergantungan (Paticcasamuppada), maka orang terjerat seperti bola benang dan tidak dapat melihat kebenaran, selalu diliputi penderitaan, terlahir dalam kondisi yang sedih dan suram, dimana ada kebingungan dan penderitaan berkepanjangan. Dan mereka tidak tahu bagaimana melepaskan diri mereka sendiri untuk keluar.” demikian menurut Sang Buddha pada saat Beliau berbicara kepada Ananda.

-oOo-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar