Minggu, April 25, 2010

7 KUALITAS ORANG MULIA



"Perangai buruk adalah noda bagi wanita.
Kekikiran adalah noda bagi dermawan.
Segala jenis kejahatan adalah noda dalam dunia
sekarang maupun mendatang".
( Mala Vagga XVIII : 242 )

Dalam Majjhima Nikaya : 23, Sang Buddha bersabda bahwa seseorang baru pantas dikatakan “Mulia”  jika :

I. Telah memiliki 7 (tujuh) macam "Dhamma” ( kebenaran), yang terdiri dari:

a)   SADDHA : Keyakinan yang tidak tergoyahkan atau kokoh, baik di kala senang maupun sedih.

b)  HIRI : Malu untuk (mau) melakukan perbuatan - perbuatan jahat sehingga tidak akan mau melakukan perbuatan - perbuatan jahat.

c)   OTTAPA : Takut akan akibat dari perbuatan jahat sehingga apapun yang diperbuat, dampaknya adalah kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua makhuk hidup.

d)  BAHUSUTA : Banyak mendengar dan memahami "dharma : kebenaran" sehingga jalur kehidupan yang dilalui adalah jalur kehidupan yang membahagiak semua makhkuk hidup.

e)  VIRIYA : Semangat dalam penimbunan kebajikan - kebajikan. Sang Buddha : "Apabila pikiran tidak ternoda maka kehidupan yang menyenangkan akan dapat diharapkan".

f)    SATI : Kesadaran yang teguh dan kokoh serta tidak tergoncangkan oleh apapun juga, baik dicela maupun dipuji, bathinnya tidak akan terpengaruh.

"Orang yang sempurna dalam pengetahuan dan prilaku
adalah orang yang paling luhur 
di antara umat manusia dan para dewa".
(Digha Nikaya- Patikavagga 72.)

g)  PANNA : Memiliki kebijaksanaan, yang mampu (bisa) membedakan secara akurat, perbuatan apa yang sepantasnya diperbuat dan perbuatan apa pula yang seharusnya disirnakan.

"Petani menyalurkan air ke sawah,
tukang panah meluruskan anak panah,
tukang kayu melengkungkan kayu;
orang bijak menempa diri sendiri".
( Pandita cagga VI : 80 )

II. Apabila menasehati seseorang, nasehat yang diberikan adalah nasehat membahagiakan bagi semua makhluk hidup.

III. Apabila memikirkan sesuatu, pikiran ditujukan pada hal - hal yang sifatnya konstruktif, yang terbebaskan dari :

a)   LOBHA : Keserakahan yang tidak pernah puas atas apa yang telah dimiliki.

b)  DOSA : Kebencian yang senang melihat orang lain menderita dan menderita melihat orang lain senang.

c)   MOHA : Kebodohan yang tidak mampu membedakan perbuatan mana yang sepantasnya diperbuat dan perbuatan mana pula yang seharusnya dihindari.

"Aku memiliki cinta kasih kepada makhluk-makhluk 
yang tanpa kaki,
kepada yang berkaki dua pun aku memiliki cinta kasih.
Aku memiliki cinta kasih kepada makhluk - makhluk 
berkaki empat,
kepada yang berkaki banyak pun aku memiliki cinta kasih.

Semoga makhluk - makhluk yang tanpa kaki 
tidak menggangguku,
semoga yang berkaki dua juga tidak menggangguku.
Semoga makhluk - makhluk berkaki empat 
tidak menggangguku,
juga yang berkaki banyak tidak menggangguku.
Semoga semua makhluk hidup, 
yang dilahirkan dan yang belum lahir,
semoga semuanya tanpa terkecuali merasakan kebahagiaan.
Semoga mereka bebas dari penderitaan".
(Anguttara Nikaya II : 72.)

IV. Apabila mengatakan sesuatu, kata - kata yang disampaikan adalah kata - kata yang menimbulkan kedamaian dan ketentraman, yang telah terbebas dari unsur kebohongan / kepalsuan, fitnah / adu domba, kekerasan / kekejaman.

"Seseorang seharusnya 
hanya mengucapkan kata-kata 
yang tidak membahayakan diri sendiri
dan tidak menyebabkan bahaya bagi orang lain.
Itulah sesungguhnya ucapan yang indah.

Ucapkanlah kata - kata yang ramah, 
kata - kata yang menggembirakan dan menyenangkan,
bukan kata - kata 
yang tidak menggembirakan dan menyenangkan,
bukan kata-kata 
yang mengandung itikad buruk kepada siapapun.
Selalulah berbicara yang ramah kepada orang-orang lain".
(Sutta Nipata  451 - 452.)

V. Apabila melakukan sesuatu, dampaklah selalu menguntungkan semua makhluk hidup. 

"Kesehatan adalah keuntungan terbesar. 
Kepuasan adalah kekayaan paling bernilai. 
Kepercayaan adalah sanak terakrab. 
Nibbana adalah kebahagiaan terluhur".
(Sukha Vagga XV : 204)

VI. Telah memiliki pengertian yang benar.

"Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda.
Tidaklah mungkin 
untuk menyamakan pandangan mereka semuanya".
(Khuddaka Nikaya- Jataka I : 730)

VII. Senang “berdana” (amal) kepada siapapun juga yang membutuhkannya, tanpa adanya batasan - batasan etnis, agama, bahasa, aliran dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar