Sabtu, April 24, 2010

SETAN DI PADANG PASIR (Cara Berpikir Yang Benar)


Dahulu kala ada dua orang pedagang yang berteman. Keduanya sedang sibuk mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan dagang, jadi mereka harus memutuskan apakah mereka akan mengadakan perjalanan bersama atau tidak. Mereka berdua kemudian berunding dan  menyetujui bahwa jalan yang akan mereka tempuh akan terlalu padat apabila dilalui bersama-sama, karena tiap rombongan akan membawa 500 kereta.

Pedagang yang pertama berpikir untuk berjalan terlebih dahulu, karena ia berpikir, "Kalau aku duluan, jalan tersebut masih mulus belum rusak karena kereta-kereta yang lain, dan juga sapi-sapiku akan bisa memakan rumput yang terbaik, kami akan mendapatkan semua buah-buahan dan sayuran untuk dimakan, rombonganku akan menghargai kepemimpinanku, dan pada akhirnya aku akan mampu menawarkan harga yang tertinggi".

Pedagang yang kedua berpikir dengan hati-hati dan menyadari bahwa akan ada banyak keuntungan baginya apabila ia berangkat setelah rombongan yang pertama.

Ia berpikir, "Rombongan kereta temanku akan meratakan dan memudahkan jalan yang akan kulalui sehingga kami tidak akan menemukan kesulitan, sapi-sapinya akan memakan rumput-rumput yang telah tua, dan tunas-tunas lembut yang baru akan tumbuh untuk dimakan oleh sapi-sapiku. Demikian juga, mereka akan memetik buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah tua, dan yang segar akan tumbuh.”

Akhirnya pedagang yang kedua membiarkan pedagang yang pertama untuk melakukan perjalanan terlebih dahulu. Pedagang pertama merasa bahwa ia telah berhasil menipu pedagang yang kedua - Jadi ia berangkat terlebih dahulu.

Pedagang yang berangkat terlebih dahulu ternyata mengalami saat yang sulit. Mereka sampai pada apa yang disebut 'Gurun Tidak Berair', yang kata orang setempat, didiami oleh setan-setan. Ketika rombongan tersebut sampai ditengah-tengah gurun tersebut, mereka bertemu dengan rombongan lain yang datang dari arah yang berlawanan.

Kereta dari rombongan tersebut penuh dengan lumpur dan berair. Ada bunga lili putih dan teratai pada tangan dan kereta mereka. Pemimpin rombongan tersebut, yang mempunyai tingkah sok tahu, berkata kepada pedagang tersebut, "Mengapa anda membawa beban air yang begitu berat? Dalam waktu singkat anda akan mencapai oase dengan banyak air untuk diminum dan tumbuhan untuk dimakan. Sapi anda kelelahan membawa begitu banyak beban dengan tambahan air. Jadi buang sajalah air tersebut dan dengan begitu anda berbuat baik kepada sapi-sapi tersebut!"

Meskipun telah diperingati oleh penduduk daerah itu, pedagang tersebut tidak menyadari bahwa rombongan yang ditemuinya itu bukanlah orang biasa, tetapi setan yang sedang menyamar. Mereka bahkan berada dalam bahaya karena mungkin akan dimangsa oleh setan-setan tersebut. Merasa yakin akan saran yang diberikan, pedagang tersebut menurut dan membuang semua persediaan airnya.

Setelah mereka melanjutkan perjalanan, mereka tidak menemukan oase atau air sama sekali. Sebagian menyadari bahwa mereka telah ditipu oleh makhluk yang kemungkinan adalah setan tersebut, dan mereka mulai menggerutu dan menyalahkan pedagang tersebut. Pada akhirnya mereka kelelahan. Sapi-sapi tersebut terlalu lelah untuk menarik beban karena kehausan. Semua orang dalam rombongan serta sapi-sapi menggeletak kelelahan dan jatuh tertidur. Begitulah terjadi, malam tiba dan setan-setan itu muncul dalam bentuk aslinya dan memangsa semua makhluk lemah tersebut. Ketika mereka telah selesai, yang tertinggal berserakan hanyalah tulang-belulang - tidak ada manusia ataupun hewan yang masih hidup.

Setelah beberapa bulan, pedagang yang kedua memulai perjalanan dan melalui rute yang sama. Ketika ia telah tiba di padang belantara, ia mengumpulkan semua pengikutnya, dan menasehati mereka - "Tempat ini disebut 'Gurun Tidak Berair' dan saya telah mendengar bahwa tempat ini didiami oleh setan dan jejadian. Karena itu kita harus berhati-hati. Karena mungkin akan ada tumbuhan beracun dan air yang telah tercemar. Jangan minum air yang ada tanpa bertanya terlebih dahulu padaku". Dengan nasehat ini mereka memulai perjalanan memasuki gurun.

Setelah kira-kira setengah perjalanan, dengan cara yang sama seperti rombongan yang pertama, mereka bertemu dengan rombongan setan yang sedang menyamar. Mereka mengatakan kepada rombongan pedagang tersebut bahwa oase telah dekat dan meminta mereka untuk membuang semua persediaan air mereka. Tetapi pedagang yang bijaksana ini dapat mengetahui mereka dengan langsung, dan tahu bahwa hal itu tidak masuk akal. Mana mungkin ada oase di gurun yang bernama 'Gurun Tanpa Air". Orang-orang tersebut mempunyai mata yang melotot dan merah, serta tingkah laku yang agresif dan memaksa, jadi ia curiga bahwa mereka mungkin adalah setan. Ia menyuruh mereka untuk minggir dan berkata, "Kami adalah pedagang yang tidak akan membuang air yang baik sebelum kami tahu ada penggantinya".

Kemudian, melihat bahwa banyak pengikutnya yang menjadi ragu, peda gang itu berkata kepada anak buahnya, "Jangan percaya pada orang-orang ini, yang mungkin saja adalah setan, sampai kita benar-benar menemukan air. Oase yang mereka sebutkan mungkin hanyalah khayalan. Sudah pernahkah kita mendengar bahwa ada air di "Gurun Tanpa Air" ini? Apakah kalian merasa ada angin hujan atau melihat mendung?". Mereka semua mengatakan "Tidak". Kemudian ia meneruskan. "Jika kita mempercayai orang-orang ini dan membuang persediaan air kita, maka mungkin nantinya kita tidak akan mempunyai air untuk minum dan memasak - kemudian kita akan menjadi lemah dan haus - dan mudah bagi mereka, setan-setan itu untuk datang dan merampok kita, atau bahkan memangsa kita! Karena itu, sampai kita benar-benar menemukan air, jangan membuangnya bahkan setetespun!"

Rombongan itu meneruskan perjalanan, dan sore itu mereka sampai pada tempat di mana rombongan yang pertama dibunuh dan dimangsa oleh setan-setan tersebut. Mereka mengenali bahwa kereta-kereta yang sarat dengan muatan serta tulang-tulang yang berserakan itu adalah sisa dari rombongan yang pertama. Pedangan yang bijaksana itu memberitahu kepada beberapa orang untuk berjaga-jaga di sekitar kemah pada malam hari.

Keesokan harinya setelah sarapan, dan memberi makan sapi-sapi mereka yang baik, rombongan tersebut meneruskan perjalanan. Mereka menambahkan barang-barang berharga dari kereta rombongan yang pertama ke dalam kereta mereka. Mereka menyelesaikan perjalanan tersebut dengan aman dan sukses, dan kembali ke rumah dengan selamat pula sehingga untuk semua anggota keluarga mereka dapat menikmati keuntungan yang mereka peroleh.

Pesan yang ada :
Seseorang harus selalu menjadi cukup bijaksana untuk tidak tertipu oleh perkataan yang licik dan penampilan yang palsu.

1 komentar: