Oleh : Tanhadi
Berdana, melakukan kebajikan,
menyokong sanak saudara,
dan tidak melakukan pekerjaan tercela,
itulah berkah utama.
(Maṅgala Sutta)
Mungkin sampai saat ini kita masih sering mendengar dari orang lain, bahwa sangat banyak orang malas yang berdandan kumuh dan berakting / berpura-pura menjadi seorang pengemis ,padahal kondisi tubuh mereka masih kuat dan sehat. Seingat saya waktu masih kecil, biasanya yang mengemis itu kebanyakan adalah orang-orang berusia tua yang kondisi fisiknya memang tampak lemah, namun Pengemis jaman sekarang tidak saja dilakukan oleh orang-orang yang sudah tua, tapi orang muda yang masih terlihat segar bugar dan bahkan anak-anak dibawah umurpun sudah menjadi pengemis, apa yang sebenarnya telah terjadi dengan mereka ?, apakah benar pengemis sekarang memiliki suatu organisasi para pengemis seperti yang kita duga ?
Banyak diantara kita yang berpendapat bahwa sebenarnya mereka itu orang -orang pemalas, mereka mengemis bukan karena alasan dirinya tidak mampu untuk bekerja, tapi justeru mereka menjadikan mengemis itu sebagai pekerjaan mereka. Benarkah demikian ? benarkah mental mereka sudah demikian jeleknya ? Benarkah kita dibodohi oleh mereka ? Benarkah pemberian kita itu justeru membuat mereka terjerumus semakin malas dan tidak mau bekerja yang lain selain mengemis?
Lalu apakah dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas membuat kita membatalkan / mengurungkan niat untuk memberi sedekah / dana untuk mereka ?
Mari kita bahas masalah ini satu persatu demikian;
- Secara umum mungkin saja hal tersebut benar adanya dan pemberian kita itu adalah hal yang sia-sia bahkan akan memperparah karma buruk mereka sendiri.
- Tapi dari sudut pandang seseorang yang berdana, apakah hal itu salah / tidak benar ?
- Apakah kita mengenal dan tahu persis bahwa mereka itu hanya berpura-pura jadi pengemis ? dan apakah kita dapat memastikan bahwa pengemis itu nanti akan menjadi pemalas ?
- Bila kita tidak tahu dan tidak bisa memastikan bahwa mereka itu nantinya jadi pemalas, bukankah ini berarti bahwa Pikiran kita sendiri-lah yang berprasangka buruk dan diliputi oleh rasa suka-tidak suka serta keragu-raguan untuk berdana ?
Lenyapkanlah pikiran-pikiran negatif :
- Selama kita masih berprasangka buruk terhadap pengemis, maka sudahlah pasti kesempatan kita untuk berbuat baik dengan berdana akan terlewatkan begitu saja, justeru dari sudutpandang seseorang yang senang berdana, pengemis malah dianggap sebagai obyek yang tepat untuk melatih diri: mengembangkan kepedulian pada orang lain, mengembangkan metta, menghilangkan kebiasaan berpikiran buruk, menghilangkan keterikatan pada apa yang dimilikinya, meningkatkan kewaspadaan agar tidak mudah terbawa perasaan, dan tentunya untuk menanam karma baik.
- Terkadang mereka “Terpaksa” menjadi pengemis karena selama ini semua daya-upayanya untuk mencari pekerjaan belum ia dapatkan, sedangkan agar supaya ia tetap dapat hidup, dia butuh untuk makan dan minum, lalu kepada siapa lagi dia harus minta pertolongan kalau bukan dari orang-orang seperti kita, yang setiap saat bisa makan dan minum sekenyang-kenyangnya?, Para pengemis seperti ini, hidupnya bisa menjadi lebih baik, kalau akar permasalahannya kita cabut, misalnya dengan memberikan pandangan yang benar atau memberikan kesempatan mereka untuk bekerja. Sudahkah kita peduli kepada ketidak-beruntungan mereka dalam kehidupan ini ?
- Janganlah pernah kita melarang seseorang untuk berbuat kebaikan dengan berdana, karena hal itu berarti bahwasanya kita telah menghambat seseorang untuk menerima dana, dan mengisi pikiran kita sendiri dengan kebencian, ketidaksukaan dan ini adalah suatu perbuatan yang salah.
- Seseorang yang melakukan perbuatan tanpa didasari oleh prasangka buruk, tidak akan berpikir bahwa ia sedang dibodohi orang lain, sehingga ia tidak akan ragu-ragu untuk berdana pada pengemis, justeru ia menyadari bahwa dirinya sedang mempraktekkan bagian dari Ajaran Sang Buddha yaitu mengurangi kemelekatan dan ini merupakan latihan demi kemajuan kualitas batin.
- Memberi persembahan dilandasi oleh rasa kagum, hormat atas kebijaksanaan atau sifat luhur seseorang (arya) dengan berpikir bahwa semoga saya dapat mencapai jalan dan buah (Nibbana) seperti jejak Beliau. Inilah jenis berdana demi kemajuan kualitas batin.
Pengertian Berdana
Berdana merupakan suatu sifat kemuliaan yang sangat ditekankan dalam berbagai aliran Buddhisme. Berdana yang dilakukan dengan keyakinan, penuh hormat, secara tepat waktu, ikhlas dan tanpa merugikan diri sendiri ataupun pihak lain akan menghasilkan buah karma yang baik berupa kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah, sebagaimana sabda Sang Buddha pada Anguttara Nikaya Vol. III, 48 :
“Oh, para bhikhu, kelima hal ini adalah dana dari seorang yang baik. Apakah kelima hal itu ? Ia berdana dengan keyakinan ; ia berdana dengan hormat; ia berdana tepat pada waktunya; dengan hati ikhlas; dan ia berdana tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun pihak lain.”
“Dengan memberikan dana dengan keyakinan dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka akan datanglah kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; serta ia akan elok dipandang, tampan/cantik, bagaikan keindahan bunga teratai yang mengagumkan.”
“Dengan berdana secara hormat dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan anak-istrinya, para pesuruh dan pegawainya akan mendengarkan kata-katanya dengan sabar dan patuh, serta akan melayaninya dengan hati yang penuh pengertian.”
“Dengan berdana secara tepat waktu dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, maka ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan kebaikan akan datang kepadanya tepat pada waktunya dan berlimpah ruah.”
“Dengan berdana secara ikhlas dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang melimpah; dan pikirannya akan menikmati sepenuhnya kebahagiaan dari kelima panca inderanya.”
“Dengan berdana tanpa merugikan diri sendiri maupun pihak lain dimanapun juga, dan jika buah dari dana tersebut masak, ia akan memperoleh kemakmuran, kekayaan, dan harta benda yang berlimpah; dan tidak akan ada dari manapun juga sesuatu yang akan merugikan harta bendanya ; baik api atau air, pemerintah atau pencuri, atau ahli waris yang berwatak buruk.”
Berdana tidak hanya ditinjau dari sudut materi saja tetapi juga bisa dari pembicaraan yang ramah, senyuman yang tulus, budi pekerti yang menyenangkan, dan memberikan pengertian yang benar mengenai ajaran Sang Buddha.
“Memberi makanan, seseorang memberikan kekuatan;
memberi pakaian, seseorang memberikan keindahan;
memberi penerangan, seseorang memberikan penglihatan;
memberi angkutan, seseorang memberikan kesenangan;
memberi perlindungan, seseorang memberikan semuanya;
tetapi seseorang yang mengajarkan Dhamma,
ajaran Sang Buddha yang istimewa,
orang seperti itu memberikan makanan surgawi.”
(Samyutta Nikaya, I, 32)
“Kedermawanan, perkataan yang ramah,
melakukan hal yang baik untuk orang-orang lain,
dan memperlakukan semua orang secara sama;
bagi dunia, tali-tali simpati ini
bagaikan penyambung roda kereta.”
(Anguttara Nikaya, Vol. 32)
Tentunya dalam berdana secara materi kepada yang membutuhkan, haruslah sumber dana tersebut diperoleh dari usaha sendiri yang dihimpun secara benar.
“Dengan kekayaan yang dihimpun secara benar,
yang diperoleh melalui usaha sendiri,
ia membagikan makanan dan minuman
kepada makhluk-makhluk yang membutuhkan.”
(Itivuttaka, 66)
Untuk dapat menghimpun dana secara benar, maka kita haruslah giat dalam bekerja dan senantiasa mengumpulkan bekal secara benar sewaktu masih muda, sebagaimana sabda Sang Buddha:
“Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci
serta tidak mengumpulkan bekal
(kekayaan) selagi masih muda ,
akan merana seperti bangau tua
yang berdiam di kolam yang tidak ada ikannya.
Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci
serta tidak mengumpulkan bekal
(kekayaan) selagi masih muda,
akan terbaring seperti busur panah yang rusak,
menyesali masa lampaunya.”
(Dhammapada, 155, 156).
Dengan senantiasa berdana yang terbaik dalam segala hal maka akan terbina sifat kemuliaan yang tak terkira.
“Yang memberikan hal-hal yang baik
akan memperoleh yang baik;
Yang memberikan hal-hal yang terbaik
akan memperoleh yang terbaik;
Yang memberikan hal-hal yang terpilih
akan menerima yang terpilih;
Yang memberikan hal-hal yang utama
maka keutamaan akan dimenangkannya;
Ia yang memberikan yang terbaik,
yang terpilih, yang utama
maka orang itu akan mempunyai kemuliaan
dan umur panjang dimanapun juga ia berada.”
(Anguttara Nikaya, vol . III, 44)
“Di dunia ini ia berbahagia,
di dunia sana ia berbahagia;
pelaku kebajikan berbahagia di kedua dunia itu,
ia akan berbahagia ketika berpikir,
‘aku telah berbuat kebajikan’,
dan ia akan lebih berbahagia lagi
ketika berada di alam bahagia.”
(Dhammapada, 18).
“Sesungguhnya orang kikir
tidak dapat pergi ke alam dewa.
Orang bodoh tidak memuji kemurahan hati.
Akan tetapi orang bijaksana senang dalam memberi,
dan karenanya ia akan bergembira di alam berikutnya.”
(Dhammapada , 177)
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar