Oleh: Bhikkhu Abhayanando
SUVIJANO BHAVAY HOTI
SUVIJANO PARABHAVO
DHAMMAKAMMO BHAVAY HOTI
DHAMMADESI PARABHAVO'TI
Kesejahteraan dalam kehidupan adalah wajar,
SUVIJANO BHAVAY HOTI
SUVIJANO PARABHAVO
DHAMMAKAMMO BHAVAY HOTI
DHAMMADESI PARABHAVO'TI
Kesejahteraan dalam kehidupan adalah wajar,
kemerosotan dalam kehidupan juga adalah wajar.
Seseorang yang mencintai Dhamma akan sejahtera, seseorang yang membenci Dhamma akan merosot.
(Sutta Nipata 92)
Sebuah Catatan
Jika kita membaca buku-buku sejarah masa lalu, setiap bangsa, masyarakat atau pun kelompok-kelompok yang ada di masyarakat tidak lepas dari catatan sejarah. Catatan sejarah itu bisa saja pendek dan bisa juga panjang tergantung situasi yang terjadi pada saat itu. Di antara catatan sejarah itu tentunya tidak lepas dari sejarah yang sifatnya kelabu dan juga ada yang sifatnya menggembirakan. Goresan sejarah yang sifatnya kelabu terkadang membuat trauma bagi orang yang mengalami sedangkan yang sifatnya menggembirakan akan membuat setiap orang menjadi termotivasi. Namun semua itu adalah sejarah dan merupakan fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi. Hal yang baik dan buruk dalam sejarah hendaknya dijadikan bahan perenungan untuk mengarah kepada perubahan yang lebih baik.
Sebagai manusia, yang harus kita lakukan adalah belajar dari catatan sejarah masa lalu. Catatan sejarah yang sifatnya menyenangkan atau tidak menyenangkan hendaknya dijadikan dasar untuk memperbaiki keadaan. Apa yang terjadi pada waktu itu hendaknya dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Memang semua itu tidak mudah tetapi tetap harus dilaksanakan.
Hasil dari perenungan dan pembelajaran tentunya akan menghasilkan suatu karya yang lebih baik. Dalam bidang apa pun akan menjadi lebih baik jika didasari dengan kemauan untuk belajar dari pengalaman yang sudah terjadi.
Dari kehidupan kuno hingga kehidupan yang modern ini, agama masih menjadi panutan kehidupan masyarakat di dunia. Agama yang diyakini banyakorang ini pun tidak terlepas dari sebuah catatan sejarah. Demikian pula dengan agama Buddha.
Agama Buddha yang juga dikenal sebagai Buddhadhamma juga memiliki catatan sejarah tersendiri. Perjalanannya diawali dari tekad petapa Sumedha di hadapan Buddha Dipankara untuk menjadi Buddha hingga pada suatu ketika di kelahiran berikutnya terlahir sebagai Bodhisatta Siddhartha.
Bodhisatta ini pun terus berjuang hingga pada akhirnya Beliau mencapai penerangan sempurna dan sejak saat itu Beliau menjadi Buddha. Sejak menjadi Buddha itulah Dhamma berkembang bak sebuah pohon yang terus tumbuh dan menjadi tempat untuk berteduh. Memang tidak mudah untuk menjadikan pohon itu tumbuh subur dan berkembang karena perlu disiram dan diberikan perawatan yang maksimal. Demikian pula Dhamma yang ditemukan Sang Buddha bisa berkembang karena kepribadian Sang Buddha yang begitu agung. Walaupun harus berhadapan dengan banyak tantangan Dhamma tetap berkembang tanpa kekerasan. Dalam penyebaran Buddha Dhamma selalu didasari sikap damai dan penih toleransi. Ini bisa terjadi karena Buddha Dhamma membawa misi damai. Buddha Dhamma bisa mengubah kepribadian manusia ke arah yang lebih baik. Faktor ini berpengaruh besar pada perkembangan Buddhadhamma pada waktu itu.
Setelah Sang Buddha parinibbana, Buddhadhamma kemudian menyebar ke seluruh pelosok India dan dunia. Kaisar Asoka adalah seorang kaisar yang banyak andil dalam mengembangkan Buddhadhamma. Buddhadhamma pun berkembang ke utara, selatan dan belahan dunia lain. Di sekitar masyarakat tersebut Buddhadhamma kemudian mengakar dan menjadi panutan banyak orang. Buddhadhamma dijadikan dasar berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perjalanannya, perkembangan Buddhadhamma juga mengalami pasang surut hingga suatu ketika tenggelam dan dilupakan. Namun bukan berarti Buddhadhamma menghilang begitu saja karena nilai-nilai Buddhadhamma mengakar sangat kuat di masyarakat. Walaupun tidak mengaku sebagai seorang Buddhis tetapi masih ditemukan orang-orang yang cara berpikirnya adalah cara berpikir Buddhis. Ini adalah sebuah fakta sejarah dan hendaknya fakta ini menjadi catatan penting dalam sejarah perkembangan Buddhis.
Mengapa Dilupakan?
Kejayaan adalah yang diharapkan oleh setiap orang. Kenapa diharapkan? Kejayaan diharapkan karena kejayaan adalah simbol kemenangan dan kekuatan. Jika seseorang jaya tentunya apa yang diharapkan akan selalu tercapai. Jika masyarakat atau bangsa mengalami kejayaan tentunya masyarakatnya mengalami kemakmuran. Kejayaan adalah simbol segalanya.
Demikian pula dengan agama, ia akan mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Suatu ketika agama mengalami jaya di masyarakat tertentu tetapi suatu ketika juga mengalami kemunduran di masyarakat tersebut. Banyak faktor yang membuat perkembangan agama mengalami kemunduran. Sebab kemunduran bisa diakibatkan dari faktor intern maupun faktor ekstern, seperti: perilaku manusia, perang atau karena faktor lainnya.
Buddhadhamma juga mengalami hal yang sama. Suatu ketika Buddha Dhamma berkembang pesat di suatu tempat tetapi suatu ketika juga mengalami kemunduran dan bahkan tenggelam seolah-olah tidak ada yang mengenal lagi. Di Indonesia Buddhadhamma juga sempat tenggelam dan dilupakan orang selama sekitar kurang lebih lima ratus tahun. Suatu masa yang sangat lama. Walaupun sempat tenggelam sangat lama Buddhadhamma di Indonesia kemudian bangkit kembali hingga sampai saat sekarang ini.
Perilaku manusia yang mengingkari kebenaran juga berpengaruh besar terhadap pasang surutnya kejayaan agama. Agama yang hanya sekadar dijadikan sebuah ilmu dan tidak dijadikan laku akan membentuk manusia yang pintar tetapi perilakunya angkuh, arogan dan kurang ajar. Pengetahuan agama bukan sekadar untuk dibanggakan tetapi harus menjadi sebuah tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ada orang yang piawai dalam memaparkan pengetahuan agama tetapi perilaku orang tersebut terkadang lebih rendah dibandingkan orang yang tidak beragama. Hal itu terjadi karena orangtersebut terlalu larut dengan pengetahuan agama yang dimiliki dan lupa untuk mempraktikkannya. Perilaku manusia yang seperti itu akan mempengaruhi perkembangan agama itu sendiri. Mereka yang melupakan inti dari sebuah agama akan merusak citra agama itu sendiri. Jika citra agama itu menjadi jelek maka akan ditinggalkan banyak orang. Buddhadhamma pada masa lalu juga pernah ditinggalkan karena perilaku manusia yang tidak sesuai dengan Buddhadhamma. Mereka mengaku Sebagai Buddhis tetapi perilakunya tidak sesuai dengan Buddhadhamma. Mereka yang melihat praktik dari para tokoh agama dan masyarakat Buddhis pada waktu itu kemudian menjadi tidak senang dan berusaha meninggalkannya. Mereka melupakan tujuan awal menjadi Buddhis dan akhirnya merusak citra Buddhadhamma yang demikian agung.
Di samping faktor intern juga ada faktor ekstern seperti: peperangan, kemiskinan dan juga faktor lainnya. Buddhadhamma yang didasari oleh cinta kasih, sikap damai, penuh toleransi dan kebijaksanaan terkadang menjadi lahan empuk untuk diserang karena mereka yang berperilaku Buddhis tidak pernah menyerang atau pun mengibarkan bendera perang untuk membela Buddhadhamma. Bahkan pernah ada pernyataan, jika ada tokoh seperti kaisar Asoka maka kehidupan masyarakatnya menjadi makmur dan tenteram tetapi ia akan menjadi lahan yang empuk untuk diserang musuh". Jika membaca catatan sejarah perkembangan agama Buddha dapat ditemukan catatan bahwa agama Buddha pernah surut kejayaannya karena faktor diserang musuh. Walaupun mengalami pasang surut dan terkadang dilupakan, Buddhadhamma tetap berkibar hingga sekarang ini dan mulai merambah ke dunia barat yangsangat maju di bidang sains dan teknologi. Ini semua karena nilai-nilai Buddhadhamma dapat membuat pola pikir manusia menjadi berubah. Buddhadhamma jika sudah dipraktikkan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan akan mengakar sangat kuat pada kehidupan seseorang. Tidak heran, jika pada suatu ketika Buddha Dhamma yang dilupakan manusia dan bahkan tenggelam di kemudian hari berkembang kembali.
Umur Agama
Perjalanan yang panjang dan berliku-liku akhirnya akan berhenti juga. Kejayaan yang diraih pun akhirnya akan surut. Demikian pula kehidupan ini akan berujung pada kematian. Ada muncul pertanyaan, Apakah agama juga akan mengalami kepunahan?" Jika kita menengok kembali tentang kebenaran yang ditemukan oleh Sang Buddha tentu secara usia sudah sangat lama. Ada juga yang mengatakan agama Buddha ini kuno. Jika kita melihat realita ini tentunya menjadi heran. Kenapa heran? Buddhadhamma yang dianggap kuno masih bisa bertahan hingga sampai sekarang ini. Kehidupan yang maju dan serba canggih ini tidak bisa menghalangi tumbuhnya kebenaran.
Kebenaran masih dibutuhkan oleh manusia tetapi manusialah yang terkadang melupakan kebenaran itu. Manusia tenggelam dalam hayalan yang semu. Manusia hanya menuruti keinginannya dan memuaskan ambisinya tanpa mau berpikir panjang tentang kehidupan ini. Kebenaran akan selalu ada, hanya saja manusialah yang selalu melupakannya sehingga seolah-olah kebenaran itu tidak ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia erat hubungannya dengan kebenaran. Manusialah yang menemukannya manusia pula yang harus berusaha menjaganya.
Dalam Milinda Panha ada hal yang sangat menarik dan berhubungan erat dengan agama. Pada waktu itu raja Milinda bertanya kepada bhikkhu Nagasena. Milinda bertanya, Setelah penahbisan para wanita, Sang Buddha berkata bahwa ajaran yang murni itu hanya akan bertahan selama lima ratus tahun." Tetapi pada Subbadha Beliau berkata, selama para bhikkhu masih menjalani kehidupan suci yang sempurna maka dunia ini tidak akan kekurangan Arahat." Dua pernyataan ini bertentangan.
O, baginda, Sang Buddha memang membuat kedua pernyataan itu tetapi keduanya berbeda dalam inti dan arti. Pernyataan yang satu berhubungan dengan ajaran yang murni, sedangkan pernyataan yang satunya lagi berhubungan dengan praktik dari kehidupan agama. Dan dua hal ini jelas sangat berbeda. Pada saat berkata tentang lima ratus tahun itu, Beliau memberikan batasan kepada agama. Akan tetapi ketika berkata kepada Subbadha Beliau menyatakan tentang apa yang terkandung di dalam agama. Jika murid-murid Sang Buddha terus berusaha sekuat-kuatnya di dalam lima faktor perjuangan, mempunyai keinginan murni untuk tiga latihan, menyempurnakan diri mereka di dalam tindakan dan nilai-nilai yang luhur; maka ajaran Sang Penakluk yang mulia itu akan bertahan lama dan akan semakin kuat dan kokoh dengan berjalannya waktu. Ajaran Sang Buddha, O, baginda berakar pada praktik. Praktiklah intinya, dan ajaran akan tetap bertahan selama praktik tidak kendur.
Suatu ajaran tetap bisa lenyap karena tiga hal:
1. Mundurnya pencapaian pandangan terang menjadi hanya sekadar pemahaman intelektual.
2. Mundurnya praktik berperilaku yang berhubungan dengan ajaran itu.
3. Mundurnya bentuk luar ajaran itu.
Bila pemahaman intelektual hilang, maka meskipun orang itu telah menjalani hidup dengan benar, dia tidak mempunyai pengertian yang jelas tentang ajaran itu. Dengan mundurnya praktik perilaku, penerapan aturan (vinaya) akan hilang dan hanya bentuk luar agama itu saja yang tertinggal. Bila bentuk luar agama itu lenyap maka tradisi itu putus dan tidak akan berlanjut.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa mundurnya Buddhadhamma sangat erat kaitannya dengan perilaku umat Buddha itu sendiri. Perilaku yang menyimpang dari ajaran akan membuat agama itu menjadi mundur. Di samping itu juga ada faktor lain yang turut berpengaruh pada kemunduran agama.
Menjaga Itu Lebih Baik
Menjelang Parinibbana Sang Buddha Berkata:
“Handadani Bhikkhave amantayami,
vo vayadhamma sankhara appamadena sampadhetha'ti.
Ayam tathagatassa pacchima vaca.”
Artinya:
Kini, para bhikkhu, Ku-sabdakan pada kalian,
segala bentukan sewajarnya mengalami kelapukan,
sempurnakanlah tujuan tanpa kelengahan.”
(Dighanikaya, 16).
Ini adalah sabda Sang Tathagata yang terakhir, Pesan terakhir yang sangat bermakna bagi kehidupan ini, warisan yang sangat berharga untuk terus menjaga kebenaran yang telah ditemukan oleh Tathagata. Jika setiap siswa Sang Buddha berusaha untuk mengarahkan kehidupannya sesuai dengan pesan luhur ini maka manusia yang mempraktikkannya akan memperoleh kwalitas batin yang luar biasa. Di samping dirinya memperoleh kwalitas batin Buddhadhamma juga bisa bertahan dalam kehidupan ini. Tentunya semua itu tergantung pada manusia itu sendiri.
Zaman Sang Buddha dengan kehidupan sekarang tentunya sangat jauh berbeda. Perbedaan ini yang paling mencolok adalah perbedaan perkembangan sains dan teknologi. Namun, persoalan penyebab perilaku manusia yang menyimpang kebenaran adalah sama. Sumber dari persoalan itu adalah ketamakan, kebencian dan kebodohan batin. Ini adalah persoalan utama yang harus segera disingkirkan dalam kehidupan kita. Jika tidak maka kehidupan ini akan menjadi merosot dan diri kita juga akan mengalami kejatuhan.
Di tengah-tengah kehidupan yang maju pesat dan serba modern ini waktu manusia untuk mengembangkan batin sangatlah sedikit. Manusia saat ini serba sibuk dan terkadang untuk memenuhi kebutuhan batinnya sendiri sangat minim bahkan ada yang tidak memiliki kesempatan. Hal seperti ini tentunya sangat berbahaya bagi batin manusia. Jika tidak segera ditangani, mereka akan mengalami kemerosotan. Semua itu tentunya kembali pada masing-masing individu. Jika setiap individu dapat mengatur waktu dengan baik maka kebutuhan untuk batinnya tidak terbengkalai. Ingat bahwa hidup ini tidak pasti! Ingat bahwa kehidupan ini terus-menerus berubah! Waktu yang berlalu tidak bisa dikembalikan lagi. Untuk itu jangan membuat hidup ini menjadi sia-sia.
Praktik Dhamma yang kita lakukan juga bentuk rasa hormat dan bakti kita kepada guru agung. Justru praktik Dhamma merupakan bentuk penghormatan yang mempunyai nilai tinggi. Praktik Dhamma yang kita lakukan juga dalam rangka menjaga Buddhadhamma. Secara tidak langsung, ketika kita berusaha dengan sungguh-sungguh mempraktikkan Dhamma berarti juga menjaga Dhamma untuk tetap bertahan. Menjaga keutuhan Dhamma dengan belajar dan praktik Buddhadhamma lebih baik daripada tidak. Sedikit praktik Dhamma sangat bermakna jika dibandingkan dengan banyak pengetahuan Dhamma tetapi tidak dipraktikkan sedikit pun. Sebuah perjalanan memang akan bermuara pada tujuan. Akhir dari sebuah perjalanan hendaknya diakhiri dengan sebuah akhir yang positif. Walaupun kehidupan ini berubah, setidak-tidaknya jika kita memiliki semangat dan daya juang yang tinggi maka keutuhan Dhamma masih bisa dipertahankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar