KEGELISAHAN DAN KETAKUTAN MANUSIA
Oleh: Ven. K. Sri Dhammananda
Kehidupan manusia sekarang ini semakin maju,
didukung dengan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam menjalankan
aktivitas dan kehidupannya sehari-hari. Gerak manusia semakin cepat, setiap
aktivitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa dibawa serta,
mereka merasa selalu diburu waktu seakan waktu 24 jam sehari tidaklah cukup.
Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang senantiasa harus dilakukan
untuk mencapai 'tujuan hidup', tanpa menyampingkan hal lain, seperti kesehatan
dan kebutuhan spiritual, hanya terfokus pada pekerjaan dengan dipenuhi oleh
pikiran kesenangan yang akan didapat di masa yang akan datang.
Di balik itu semua, secara jujur, maukah Anda mengakui bahwa Anda merasa gelisah? Apakah kadang Anda merasa takut dan susah hati menjalani hidup yang itu-itu saja? Kalau jawabannya 'ya', jangan khawatir, karena itu adalah hal yang wajar dialami oleh manusia bahkan mungkin sampai saat kematian menghampirinya.
Kegelisahan dan kesedihan merupakan suatu kejahatan kembar yang datang beriringan dan bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk mengalahkan kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.
Di balik itu semua, secara jujur, maukah Anda mengakui bahwa Anda merasa gelisah? Apakah kadang Anda merasa takut dan susah hati menjalani hidup yang itu-itu saja? Kalau jawabannya 'ya', jangan khawatir, karena itu adalah hal yang wajar dialami oleh manusia bahkan mungkin sampai saat kematian menghampirinya.
Kegelisahan dan kesedihan merupakan suatu kejahatan kembar yang datang beriringan dan bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk mengalahkan kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.
Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya
dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui
ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan
melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian
atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa
adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa
keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam
pikiran yang tidak terlatih.
Sang Buddha bersabda, "Di mana pun rasa
ketakutan muncul, ia hanya akan muncul pada orang yang bodoh, tidak pada orang
yang bijaksana." Ketakutan tidaklah lebih dari keadaan pikiran yang dapat
menjadi subyek untuk mengendalikan dan memimpin, penyalahgunaan pikiranlah yang
menghasilkan ketakutan, penggunaan yang benar akan mewujudkan harapan dan
cita-cita dan dalam hal ini pikiran sepenuhnya tergantung pada diri kira
sendiri.
Ada pepatah yang berbunyi, "Alam telah menganugerahi manusia untuk dapat mengendalikan seluruh isinya, kecuali satu hal, yaitu pikiran." Kenyataan ini diperkuat dengan kenyataan tambahan bahwa segala sesuatu yang diciptakan manusia dimulai dalam bentuk pikiran, hal ini menuntun kita untuk menyadari bahwa ketakutan dapat diatasi. Rasa ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan yang tidak berlebihan merupakan naluri alamiah untuk menjaga diri, tetapi jika berlebihan akan menjadi musuh bagi manusia itu sendiri.
Seorang ahli anatomi terkemuka dari Inggris suatu ketika ditanya oleh muridnya tentang obat terbaik untuk mengatasi ketakutan, dan jawabnya adalah, "Cobalah untuk mengerjakan sesuatu untuk orang lain." Murid tersebut merasa heran atas jawaban yang diberikan, kemudian sang guru meneruskan, "Anda tidak dapat memiliki dua pikiran yang berlawanan pada waktu yang sama, salah satu pikiran akan mengusir pikiran yang lain. Jika suatu saat pikiran sedang terpusat untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apa pun, maka rasa ketakutan tidak akan muncul di dalam pikiran pada waktu yang sama."
Hal-hal berikut bisa kita sadari dan mungkin dilakukan untuk melatih pikiran kita agar kita tidak memberikan kesempatan kepada kejahatan kembar untuk menumpangi pikiran kita:
Ada pepatah yang berbunyi, "Alam telah menganugerahi manusia untuk dapat mengendalikan seluruh isinya, kecuali satu hal, yaitu pikiran." Kenyataan ini diperkuat dengan kenyataan tambahan bahwa segala sesuatu yang diciptakan manusia dimulai dalam bentuk pikiran, hal ini menuntun kita untuk menyadari bahwa ketakutan dapat diatasi. Rasa ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan yang tidak berlebihan merupakan naluri alamiah untuk menjaga diri, tetapi jika berlebihan akan menjadi musuh bagi manusia itu sendiri.
Seorang ahli anatomi terkemuka dari Inggris suatu ketika ditanya oleh muridnya tentang obat terbaik untuk mengatasi ketakutan, dan jawabnya adalah, "Cobalah untuk mengerjakan sesuatu untuk orang lain." Murid tersebut merasa heran atas jawaban yang diberikan, kemudian sang guru meneruskan, "Anda tidak dapat memiliki dua pikiran yang berlawanan pada waktu yang sama, salah satu pikiran akan mengusir pikiran yang lain. Jika suatu saat pikiran sedang terpusat untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apa pun, maka rasa ketakutan tidak akan muncul di dalam pikiran pada waktu yang sama."
Hal-hal berikut bisa kita sadari dan mungkin dilakukan untuk melatih pikiran kita agar kita tidak memberikan kesempatan kepada kejahatan kembar untuk menumpangi pikiran kita:
Jangan bertentangan dengan hukum alam.
Hiduplah sesuai dengan
hukum alam, mengikuti jalan kehidupan yang benar dan melakukan jasa-jasa dan
kebaikan. Mungkin Anda adalah manusia modern yang sangat sibuk, tetapi
sisihkanlah waktu Anda walaupun sedikit untuk membaca buku-buku yang bernilai.
Kebiasaan ini akan memungkinkan Anda untuk melupakan kecemasan dan
mengembangkan batin. Jangan lupa bahwa Anda juga merupakan makhluk beragama,
sisihkan waktu untuk menunaikan kewajiban agama, seperti membaca parita suci.
Kenalilah lingkunganmu.
Kita tidak dapat menyelami
kehidupan orang lain yang sesungguhnya, seperti mengerti kehidupan orang lain
yang tingkat sosial ekonominya berbeda dengan kita. Jika kita sehat, kita tidak
dapat mengetahui bagaimana rasanya sakit atau cacat. Kurangnya pengalaman
seperti itu membuat rasa toleransi kita kurang karena toleransi lahir hanya
dari pengertian, sedangkan pengertian tidak dapat timbul tanpa adanya
pengalaman. Karena itu, mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin dari semua segi
kehidupan merupakan hal yang baik dan menyadari bahwa kita tidak selalu hidup
dalam keadaan mewah.
Ketidakbahagiaan manusia.
Sang Buddha mengajarkan
bahwa ketidakbahgiaan datang dari keinginan yang rendah, egois, hanya
mempedulikan diri sendiri, dan jika tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan
kesusahan dan kegelisahan. Cara untuk menghindari kegelisahan itu adalah dengan
menyingkirkan semua keinginan rendah yang menyebabkannya. Sesungguhnya kita
bukan menikmati kesenangan tetapi dikuasai oleh kesenangan itu.
Waktu akan menyelesaikan masalah.
Apa pun kesulitan kita,
bagaimanapun beratnya, semuanya dapat diselesaikan oleh berlangsungnya waktu.
Sadarilah bahwa kesulitan itu ada akhirnya, jangan menyita waktu kita hanya
untuk memikirkan masalah yang berlarut-larut, lebih baik memikirkan hal lain
yang lebih bermanfaat.
Kebahagiaan dan materialisme.
Kebahagiaan tidak dapat
dipenuhi hanya dengan materi, kekayaan tidak dapat dibawa serta ketika kita
mati. Hal ini bukan berarti seseorang tidak boleh mencari kekayaan, tetapi
jangan melekat padanya dan carilah dengan cara yang benar, jangan dengan
berjudi atau menindas orang lain. Sang Buddha bersabda, "Diberkatilah
mereka yang mencari nafkah tanpa merugikan orang lain."
Kendalikan pikiran.
Pikiran manusia sangat
mempengaruhi badan jasmaninya. Jika pikiran dibiarkan berfungsi tidak benar,
maka pikiran tersebut dapat menyebabkan sakit pada tubuhnya, dan besar kegunaan
yang dihasilkannya bila pikiran dipusatkan pada hal-hal yang benar yang
berujung pada keseimbangan dan ketenangan. Sang Buddha bersabda, "Tidak
ada musuh dapat mencelakakan seseorang sampai separah yang disebabkan oleh
pikiran yang jahat, kejam, membenci, dan iri hati."
Bertindaklah bijaksana.
Manusia seharusnya
menyadari bilamana ia sedang lemah, atau bila ia cukup berani untuk menghadapi
ketakutan, besar hati dan keras hati di dalam mempertahankan kejujuran, tetapi
bersikap rendah hati dan lemah lembut di dalam kemenangan.
Kerendahan hati.
Kerendahan hati merupakan
ciri dari orang yang berbudi dan patokan untuk mempelajari perbedaan antara
yang ada dan yang belum terjadi. Sang Buddha sendiri memulai kepemimpinannya
dengan membuang atribut kebangsawanannya dan dalam pengungkapan atau
perumpamaan yang seringkali beliau katakan tidak pernah bernada sombong.
Jangan menyia-nyiakan waktu.
Dengan menyia-nyiakan
waktu, Anda akan merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain,
karena waktu yang Anda miliki sama banyaknya dengan waktu yang dimiliki oleh
orang lain.
Kesabaran dan toleransi.
Bersabarlah terhadap segala sesuatunya. Kemarahan akan menuntun
seseorang menuju rimba yang tidak memiliki jalan setapak untuk dilalui.
Kata-kata kasar bagaikan anak panah yang ditarik dari busurnya, tidak akan
dapat ditarik kembali. Tanamkan sikap toleransi karena toleransi membantu
menghindari keputusan yang dibuat dengan terburu-buru.
Balaslah kejahatan dengan kebaikan.
Jangan berpandangan sempit bahwa Anda hanya dapat belajar sesuatu
dari orang yang baik pada Anda, tetapi ada banyak hal yang dapat dipelajari
juga dari musuh-musuh Anda. Musuh tidak akan dapat dihindari apabila kejahatan
yang mereka perbuat kita balas dengan kejahatan lagi, karena jika berbuat
demikian, maka makin banyak musuh yang datang. Cara yang paling baik adalah
dengan memancarkan cinta kasih dan kemurahan hati kepada mereka, jika Anda
merasa bahwa Anda-lah yang bersalah jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya,
niscaya pertentangan tidak akan berlanjut.
Memiliki cinta kasih.
Jagalah diri agar senantiasa penuh dengan simpatik, ramah, dan
cinta kasih yang tulus tanpa mengharapkan balasan apapun walaupun ketika teman
atau orang yang Anda cintai tidak mengacuhkan kebaikan Anda. Seseorang
seharusnya tidak boleh bergantung pada orang lain untuk kebahagiaannya.
"Ia yang mengharapkan kepuasan dari orang lain adalah lebih hina daripada
seorang pengemis yang berlutut dan menangis untuk memohon sepotong roti demi
kelangsungan hidupnya."
Menghindari makanan dan minuman yang
memabukkan.
Alkohol, obat bius,
ekstasi, ganja, dan lain sebagainya hanya mengakibatkan lemahnya kesadaran dan
merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk hidup, kita harus dapat
melatih pengendalian diri kita dan membedakan antara yang baik dan yang jahat.
Uruslah urusanmu sendiri.
Sang Buddha bersabda,
"Janganlah engkau memperhatikan kesalahan orang lain dan hal-hal yang
dikerjakan maupun yang tidak dikerjakan oleh orang lain, karena engkau sendiri
juga mempunyai kewajibanmu sendiri yang dilaksanakan maupun dilalaikan."
Selain itu, Beliau juga bersabda, "Ia yang senantiasa mengamati kesalahan
orang lain dan senantiasa lekas marah, maka kekotoran batinnya akan bertambah,
ia akan jauh dari penghancuran kekotoran batin." Janganlah berhenti berbuat
baik hanya karena dikritik, justru itu merupakan kesempatan baik untuk
menemukan kelemahan yang tidak dapat ditemukan sendiri. Sebaliknya jika ingin
mengkritik orang lain, lakukanlah dengan benar, jangan menambah musuh hanya
karena mengkritik orang lain. "Tak pernah ada dan tidak akan pernah ada,
sekarang pun tidak, bahwa seseorang terus-menerus dicela sepenuhnya, atau
terus-menerus dipuji."
Jangan cemas.
Rahasia kebahagiaan dan
keberhasilan hidup terletak pada pelaksanaan apa yang patut untuk dilaksanakan
sekarang, bukan mengkhawatirkan yang telah lalu dan yang akan datang. Jangan
cemas hanya karena memikirkan masa depan dan jangan habiskan waktu hanya untuk
menyesali hal yang telah berlalu.
Tonggak keberhasilan.
Kegagalan merupakan
tonggak keberhasilan, belajar dari kegagalan akan menuntun kita ke arah
keberhasilan, dengan kegagalan membuat kita mudah menghargai kemenangan.
Akhir yang damai.
Orang seringkali
mengkhawatirkan kematian, padahal kematian bukanlah hal yang luar biasa untuk
ditakuti, perasaan takut mati bersarang di dalam pikiran kita. Kemelekatan pada
kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan ketakutan akan kematian.
Ia akan hidup dalam ketakutan bahwa penyakit atau kecelakaan akan menghabisi
hidupnya. Tidak ada orang yang dapat hidup bahagia dalam badai ketakutan
seperti ini. Hal ini dapat diatasi dengan melupakan keakuan dalam memberikan
pelayanan kepada orang lain dan mengembangkan cinta kasih. Laksanakan kewajiban
dan tugas selama hidup dan hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh
kedamaian, maka suatu saat Anda akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian dan
kebahagiaan nan abadi.
Jika kita senantiasa belajar bagaimana membahagiakan orang lain dan hanya mengisi pikiran dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, maka kita akan selalu berada dalam suasana hati dan pikiran yang tentram dan bahagia. Hal ini disebabkan karena pikiran tidak mengizinkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan menguasai kita, dan akhirnya bukan tidak mungkin jika kebahagiaan sejati dapat tercapai.
Jika kita senantiasa belajar bagaimana membahagiakan orang lain dan hanya mengisi pikiran dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, maka kita akan selalu berada dalam suasana hati dan pikiran yang tentram dan bahagia. Hal ini disebabkan karena pikiran tidak mengizinkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan menguasai kita, dan akhirnya bukan tidak mungkin jika kebahagiaan sejati dapat tercapai.
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar