Minggu, Maret 27, 2011

Buku Pintar Agama Buddha (N)

BUKU PINTAR AGAMA BUDDHA
Oleh : Tanhadi


KELOMPOK : N

Nairatmya : Tanpa roh, kenyataan bahwa Sang Aku itu tidak ada.

Nãma : Batin.

Namakkãra/(skt.namaskãra) : Penghormatan.

Nãma-rũpa : Batin dan jasmani.
Nama (batin)terdiri dari tiga khanda yaitu : vedana, sañña , sankhãra dan viññãna, Rupa adalah jasmani. Nama-Rupa (batin dan jasmani); diibaratkan pria dan wanita. Anggaplah pria ini jasmani dan wanita itu batin dalam suatu perahu. Perahu ini terdiri dari batin dan jasmani. Kemudian batin dan jasmani ini mengkondisikan salayatana. (enam landasan-indera)

Namaste : Salam hormat kepada anda.

Namo : Pujian, sembah sujud.

Namo Buddhaya : Terpujilah Buddha.

Ñãna/(skt. jñãna) : Kebijaksanaan, pengetahuan.

Nandiragasahagatã : Terikat oleh hawa nafsu.

Ñãnadassana : Mengetahui dan melihat, pandangan jernih, pengetahuan sempurna, Pandangan, penglihatan melalui kebijaksanaan(lihat huruf ”V”pada “Visudhi”).

Nanavipphara-iddhi : Kemampuan pengetahuan menembus Ajaran .

Nekkhamma : Pelepasan keduniawian.
Melepaskan kesenangan duniawi atau tidak mementingkan diri sendiri untuk melawan kemelekatan/penguasaan harta benda.

Melalui meditasi dan perenungan yang tekun, kita akan merasakan betapa sia-sianya mengejar kesenangan materi yang rendah dan hasil kebahagiaan dengan meninggalkan semua itu. Ia mengembangkan ketidakmelekatan sampai pada tahap yang sempurna . “ melebihi segala bentuk kesenangan indera adalah kebahagiaan karena tidak melekat pada dunia.” merupakan salah satu pernyataan Sang Buddha.

Nekkahamasankhappa : Pikiran yang bebas dari keserakahan dari nafsu-nafsu indera, serta bertujuan untuk terbebas dari lingkaran kelahiran kembali.

Nevasannisasanni : Bukan memiliki persepsi dan bukan tanpa persepsi.

Neva saññãasaññãyatana : Batin  yang berada dalam keadaan  Bukan Pencerapan pun Bukan ‘bukan-pencerapan’ .

Nibbãna / (skt. Nirvana ) : Kesunyataan Mutlak,  Padamnya keinginan.
Istilah Nibbãna secara harafiah berarti “padam”, serta mengacu kepemadaman api keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Sang buddha juga menggunakan ungkapan-ungkapan lain untuk menggambarkan hal ini : kelanggengan (amata), Pernaungan Yang Aman (khema), Kedamaian (santa), Perlindungan (Tana), Kebahagiaan Tertinggi
(Paranam sukham), Penghancuran keinginan rendah (tanhakkhaya), Keabadian (dhura).

Nibbãna dicapai dalam dua tingkatan atau cara :

1.  Mereka yang mencapai Nibbãna, dengan batin yang telah bebas, tapi karena jasmaninya masih ada, maka dia masih menjadi obyek penderi-taan jasmaniah. Ini disebut Nibbãna dengan sisa dasar. (Saupādisesa nibbãna).

2.  Lalu setelah  mereka mati, batin juga dibebaskan dari penderitaan jasmaniah dan seorang  mencapai Nibbãna sempurna. Ini disebut sebagai Nibbana tanpa sisa dasar (anupādisesa nibbãna) atau sering pula disebut sebagai Nibbãna Sempurna ( Parinibbãna )

Tiga macam Pengertian Nibbana :
1)     Kilesa Nibbãna.
2)     Khandha Nibbãna.
3)     Dhatu Nibbãna.

1). Kilesa Nibbãna Nibbana diartikan sebagai ‘Dukkha nirodha’, yaitu lenyapnya dukkha, yang juga diartikan sebagai lenyapnya penyebab dukkha, yaitu : Tanha. Tanha lenyap maka Avijja-pun lenyap. Seseorang yang telah melenyapkan semua kekotoran batin (terakhir yang dilenyapkan adalah avijja ) disebut telah mencapai kilesa Nibbãna.

2). Khandha Nibbãna Semua Khandha ( kelompok kehidupan ) yaitu : Jasmani, Perasaan, Pencerapan, Bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran terurai habis, sehingga tidak ada lagi yang menyebabkan kelahiran kembali. Bagai lampu yang telah kehabisan minyak dan sumbu, sehingga tidak dapat menyala lagi. Semua makhluk yang telah ,mencapai kilesa nibbana pasti mencapai Khandha Nibbãna pula. Para Arahat yang telah melenyapkan semua kekotoran batin (kilesa Nibbãna) bila meninggal dunia disebut Parinibbana. Parinibbana artinya adalah mereka yang telah mencapai Nibbãna ketika meninggal dunia. Nibbãna adalah keadaan batin yang bersih, Nibbãna bukan Alam. Jadi salah sekali bila Nibbãna dianggap sebagai alam yang indah dan menyenangkan.

3). Dhatu Nibbãna Setelah Sang Buddha Parinibbana atau Khandha Nibbana, maka jenazah beliau dikremasikan. Setelah pengkremasikan, banyak sisa fisik yang tak hangus dan hancur. Sisa-sisa fisik ini disebut relik atau Dhatu. Lenyapnya relik atau dhatu Sang buddha ini yang disebut sebagai “ Dhatu Nibbãna “

Nibbidã : Rasa benci.

Nicalunlinã : Hina.

Nidãna : 1). Sumber utama, 2). Asal mula, 3). Sebab.

Nidhãna : Tempat penyimpanan, perbendaharaan, gudang.

Nigantha/(skt.nirgrantha) : 1). Pertapa telanjang, 2). Kaum Jaina.

Nikãya : Rumah, kumpulan, koleksi.

Nimmãnarati : Alam Surga para Dewa yang menikmati kesenangan istana-istana yang diciptakan mereka.
Dewa di alam nimmanarati memiliki usia rata-rata 8.000 T.S. sehari semalam di alam Nimmanarati sama dengan 800 tahun di alam manusia.

Nimitta : 1). Gambaran batin, 2). Bayangan batin.
Dalam hal ini Nimitta merupakan bayangan atau gambaran yang muncul sebagai hasil dari pemusatan pikiran pada sebuah obyek.

Macam-macam nimitta
Seorang meditator memilih dan mendapatkan obyek meditasi yang sesuai dengan perangai (carita). Misalnya ia berperangai campuran (Sabba carita), maka obyek yang cocok baginya adalah tanah (zat padat, pathavi) yang berbentuk bola atau bulat, lalu mencari tempat yang sesuai. Ia duduk bersila atau biasa dengan rileks dan menempatkan obyek itu agak rendah dari sudut pandangan matanya dan kira-kira 1 meter sampai 1,5 meter didepannya.

Dengan keadaan seperti ini, ia mulai memandang bola tanah itu. Ia melihat bola tanah itu dengan jelas. Sementara ia melihat boal tanah itu. ia mengucapkan kata tanah, bumi atau pathavi salam batinnya secara berulangkali, secara perlahan, tetapi mantap.

Pada tahap ini bola tanah yang ia perhatikan itu, disebut Parikamma Nimitta (bayangan, gambaran permulaan). Tahap ini bila dilihat pada tingkat Samadhi, maka ia berada pada tingkat Patikamma Samadhi.

Selanjutnya ia tetap memperhatikan bola tanah tersebut sambil mengucapkan kata tanah, hingga pada suatu saat (setelah beberapa, menit, jam, dst) ia menutup matanya dan ia melihat bayangan bola tanah itu dalam batinnya.

Kemudian bila ia berpindah tempat tanpa bola tanah dan bermeditasi ditempat baru itu, lalu bayangan bola tanah itu tetap muncul atau dapat dilihat oleh mata batinnya atau dengan kata lain, kemana saja ia pergi dan bermeditasi, bola tanah itu akan tetap nampak dengan baik dalam mata batinnya. maka pada tahap ini, bayangan bola tanah dalam mata batinnya ini disebut Uggha Nimitta ( Bayangan tercapai ). Tahap ini bila dilihat pada tingkat Samadhi, maka ia berada  pada tingkat Upacara Samadhi (meditasi tetangga). Disebut Meditasi Tetangga, sebab tingkat pencapaian ini telah sangat dekat dengan pada tingkat Appana Samadhi ( Meditasi tercapai). Faktor-faktor Jhana sudah muncul, namun masih belum kuat dan mantap. Walaupun demikian, Niravana (rintangan batin) telah dapat ditekan dan diendapkan. selama pikiran terkonsentrasi pada tingkat Upacara Samadhi, Niravana tidak berdaya untuk berperan.

Berdasarkan pada Uggaha Nimitta, ia melanjutkan meditasinya. Bila ia sukses, maka bayangan bola tanah yang ada dalam mata batinnya akan nampak jelas sekali, bersih dari segala kekotoran tanah (Warna dan cacat bentuk) bagaikan cermin bersih, yaitu penampakan bayangan bola tanah yang ratusan kali lebih bersih dari pada bayangan pada Uggaha Nimitta. Pada tahap ini bayangan bola tanah itu disebut Patibhãga Nimitta (bayangan atau gambaran sebanding). Karena pada Uggaha Nimitta, kekotoran tanah atau warna dan cacat bentuk tidak nampak lagi, malahan ratusan kali lebih bersih. Pada tahap ini bila dilihat pada tingkat Samadhi, maka ia telah mencapai tingkat sangat dekat Appana Samadhi (meditasi tercapai). berdasarkan pada obyek ratusan kali bersih ini , ia memusatkan pikirannya hingga ia bersatu dengan obyeknya. Bila keadaan ini sangat kuat sekali, maka ia telah mencapai Appana Samadhi. Pencapaian Appana Samadhi disebut juga sebagai mencapai jhana I.

Pada Appana Samadhi, semua faktor Jhana sudah kuat sekali, sedangkan ketika ia mencapai Upacara Samadhi, faktor-faktor Jhana masih lemah. hal ini bagaikan bayi yang diberdirikan pada kakinya akan selalu jatuh, begitu pula dengan pikiran pada Upacara Samadhi hanya berlangsung sesaat pada obyek Pathibhaga (tercapai), lalu jatuh kedalam Bhavanga. yaitu kesadaran pasif. tetapi, bilamana pikiran telah bangkit dari bhavanga pada tingkat Appana Samadhi, yang sangat kuat sebab disertai oleh faktor-faktor Jhana, maka ia dapat tetap berada dalam keadaan Appana Samadhi ini selama sehari semalam, hal ini berlangsung dengan kesadaran yang bekerja penuh. Hal ini bukan seperti orang yang dalam keadaan trans ( kemasukan).

Nipako : Berhati-hati.

Niraya-bhũmi : Alam neraka ( lihat huruf “T” pada judul Tiloka/triloka ).

Nirodha : 1). Penghentian, 2). Lenyapnya, 3). Padamnya, 4). Akhir dukkha.

Nissarana : 1). Merdeka, 2). Terbebas, 3). Perasaan tidak terikat.

Nivaranã : 1) Rintangan, 2). Penghalang.
Adalah rintangan atau kekotoran batin yang menghalangi pikiran untuk mencapai pemusatan pikiran. dengan demikian niravana menyebabkan pikiran kita kacau dan buyar sehingga seseorang tidak dapat bermeditasi dengan baik.

Bila Palibhoda merupakan gangguan fisik, maka niravana adalah gangguan yang muncul dalam batin. Niravana lebih sulit dihindarkan atau diendapkan daripada Palibhoda, karena  Niravana ini pada umumnya telah ada dalam batin seseorang.

A).  Ada lima macam Rintangan ( Niravana ) :

1)     Kãmacchanda : Nafsu keinginan atau kemelekatan pada obyek-obyek indera yang  menyenangkan, seperti bentuk, suara, bau, rasa dan sentuhan. Hal ini dianggap sebagai  salah satu belenggu juga yang mengikat seseorang pada samsara.

2)     Vyãpãda: adalah rasa dengki atau sesuatu yang tidak disenangi, ingin menyakiti orang lain(kemauan jahat)
Suatu obyek yang diinginkan menimbulkan kemelekatan, sementara suatu obyek yang  tidak menyenangkan menimbulkan keengganan.

3)     Thina-Middha : suatu keadaan batin yang membeku, kemalasan, kelesuan, kelambanan.

4)     Uddhãcca-Kukkucca : adalah kegelisahan batin dan kekhawatiran pikiran.Ini adalah suatu keadaan batin yang dihubungkan dengan semua bentuk kesadaran yang tidak bermoral. Biasanya suatu kejahatan dilakukan dengan kesenangan atau kegelisahan.

5)     Vicikicchã : adalah keragu-raguan , kebimbangan, ketidakpastian.

B).  Cara mengatasi Niravana

Niravana dapat diatasi setelah seseorang dapat meusatkan pikirannya dengan baik, yaitu dengan munculnya faktor-faktor Jhana dan mencapai Jhana I. Hal ini dapat tercapai, karena ketika ia bermeditasi, Palibhoda dapat kita singkirkan dan Niravana dapat dikendalikannya, yang akhirnya faktor-faktor Jhana muncul hingga ia dapat mencapai jhana I yang dapat mengendapkan semua Niravana.

Niyama : Hukum alam.

Niyativada : Paham Takdir.

Nyana : Pengetahuan.

Nyanasamvara : Mengendalikan diri dengan pengetahuan.

 Kelompok Huruf N selesai 


Lanjutkan ke Kelompok huruf O ===> Buku Pintar Agama Buddha (O)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar