Senin, Maret 21, 2011

Buku Pintar Agama Buddha (B 2)

BUKU PINTAR AGAMA BUDDHA
Oleh : Tanhadi

KELOMPOK : B (2)

Bodhimaņda : Singgasana yang menakjubkan dimana Sakyamuni mencapai penerangan Sempurna.

Bojjhańga/(skt.bodhyańga) : 1). Faktor-faktor kesadaran (penerangan) Agung, 2). Faktor bodhi(kebijaksanaan), 3). Penerangan sejati.

Buddha : Yang Sadar, orang yang telah memperoleh Penerangan ( kesadaran ) Agung.

Arti Buddha (dalam Khuddaka Nikaya) adalah:
1.  Dia Sang Penemu (Bujjhita) Kebenaran
2.  Ia yang telah mencapai Penerangan Sempurna
3.  Ia yang memberikan penerangan (Bodhita) dari generasi ke generasi
4. Ia yang telah mencapai kesempurnaan melalui penembusan, sempurna penglihatannya, dan mencapai kesempurnaan tanpa bantuan siapapun.

Tingkat kebuddhaan adalah tingkat pencapaian penerangan sempurna. Menurut tingkat pencapaiannya, Buddha dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Sammã Sambuddha
Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan mahluk lain dan Ia Mampu mengajarkan ajaran yang ia peroleh (Dhamma) kepada mahluk  lain , sehingga merekapun bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya. Samma Sambuddha disebut juga sebagai Sabbanu Buddha atau Buddha Maha Tahu, tetapi hal ini bukan dalam pengertian bahwa beliau mengetahui segala sesuatu pada satu saat.  Melainkan ia dapat mengetahui segala sesuatu bila ia menginginkannya, dengan cara satu persatu dan ‘Segala sesuatu’ itu diketahuinya.

Dalam Mahapadana Sutta, Digha Nikaya; diuraikan tentang tujuh Samma Sambuddha, yaitu : Vipassi, Sikhi, Vessabhu, Kakusandha, Konagamana, Kassapa dan Gotama. Dalam kitab Buddhavamsa disebutkan dua puluh empat Samma Sambuddha yang telah menyatakan (vyakarana) Buddha Gotama akan muncul di dunia. Para Buddha tersebut adalah : Dipankara, Kondanna, mangala, Sumana, revata, Sobhita, Anomadassi, Paduma, Narada, Padumuttara, Sumedha, Sujata, Piyadassi, Atthadasi, Dhammadassi, Siddhata, Tissa, Phussa dan tujuh Samma Sambuddha yang disebut dalam Mahapadana Sutta.

Dalam Buddhavamsa disebutkan tiga Buddha yang muncul sebelum Buddha Dipankara, yaitu : Tanhankara, Medhankara dan saranankara.

Dalam kitab Lalitaviskara disebutkan ada 54 Samma Sambuddha, sedangkan dalam Mahavastu disebut lebih dari seratus Buddha. Dalam Cakkhavati Sihananda Sutta, Dhigha Nikaya, menyebutkan Samma Sambuddha akan datang adalah Buddha Metteya, yang akan lahir pada masa kappa sekarang. Dalam kitab Anagatavamsa menguraikan secara rinci tentang Buddha Metteya.

Dalam kitab Buddhavamsa Atthakatha disebutkan tentang empat hal yang tidak akan terjadi pada seorang Buddha, yaitu :
·       Empat kebutuhan pokok yang telah direncanakan untuk didanakan kepada Sang Buddha idak akan gagal disampaikan,
·       Tak seorangpun dapat membunuh Sang Buddha,
·       Tiga puluh dua tanda manusia agung ( Mahapurisalakkhana) tidak mungkin dilukai,
·       Tak ada sesuatu yang dapat menghalangi sinar (aura) tubuh Sang Buddha.

2. Pacceka Buddha
Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan mahluk lain. Ia Tidak mengajarkan ajaran yang ia peroleh kepada mahluk lain secara  meluas, Yang diajar tersebut belum mampu mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya.

Definisi tentang Pacceka Buddha dapat ditemukan pula dalam Puggalapannati, Abhidhamma Pitaka. Pencapaian ke-Pacceka Buddha-an diusahakan dengan cara melaksanakan sepuluh paramita (dasa Paramita) paling kurang selama dua asankheyya kappa dan seratus ribu kappa. Para Pacceka Buddha mencapai dan memiliki semua iddhi, amapatti dan patisambhida, namun mereka lebih rendah kemampuan-nya dari Samma Sambuddha. Mereka menahbiskan bhikkhu dan memberikan pelajaran, namun ajaran mereka hanya bertalian dengan perbuatan-perbuatan baik (abhisamacarikasikkha) biasa saja.

Bilamana seseorang menjadi pacceka buddha, maka Pacceka Buddha yang lain akan mendatanginya dan bertanya. Sebagai jawabannya, ia akan menceritakan keadaannya sehingga ia menjdai Pacceka Buddha. Demikian pula, ketika ada seorang Pacceka Buddha akan meninggal, maka para Pacceka Buddha akan datang. Pacceka Buddha yang akan meninggal menyatakan “permisi” kepada mereka lalu ia meninggal. Setelah ia meninggal, para Pacceka Buddha akan mengkremasikannya dan reliknya lenyap. Para Pacceka Buddha dapat muncul di bumi ini bersama-sama dalam jumlah yang banyak pada waktu atau masa yang bersamaan, hal ini disebutkan dalam Isigili Sutta.

3.  Sãvaka Buddha
Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan karena mendengarkan dan melaksanakan ajaran dari Sammasambuddha. Mampu mengajarkan ajaran yang ia peroleh kepada mahluk lain. Yang diajar bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya. ( tentang Buddha ini dapat dirujuk pada : Samyutta Nikaya Atthakatha 1.47)

Para Buddha pada dasarnya mempunyai tiga prinsip dasar ajaran, yaitu seperti yang tercantum di dalam Dhammapada 183 sebagai berikut:

Sabbapapassa akaranam  =  tidak melakukan segala bentuk kejahatan.
Kusalasupasampada         =  senantiasa mengembangkan kebajikan.
Sacittapariyodapanam       =  membersihkan batin dan pikiran.
Etam buddhana sasanam  =  inilah ajaran para Buddha.

Ajaran Sang Buddha memberikan bimbingan kepada kita untuk membebaskan batin dari kemelekatan kepada hal yang selalu berubah (anicca), yang menimbulkan ketidakpuasan (dukkha); karena semuanya itu tidak mempunyai inti yang kekal, tanpa kepemilikan (anatta). Usaha pembebasan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan pengertian masing-masing individu.

Jadi, ajaran Buddha bukan merupakan paksaan untuk dilaksanakan. Sang Buddha hanya penunjuk jalan pembebasan, sedangkan untuk mencapai tujuan itu tergantung pada upaya masing-masing.

Bagi mereka yang tidak ragu-ragu lagi dan dengan semangat yang teguh melaksanakan petunjuk-Nya itu, pasti akan lebih cepat sampai dibandingkan dengan mereka yang masih ragu-ragu dan kurang semangat.

Sang Buddha sebagai penunjuk jalan tidak menjanjikan sesuatu hadiah ataupun hukuman bagi para pengikutnya, sebab Beliau mengajarkan Dhamma atas dasar cinta kasih, tanpa pamrih apapun bagi dirinya. Beliau berpedoman kepada 3 dasar kebijaksanaan yang bebas dari pamrih, yaitu:

Beliau tidak girang atau gembira bilamana ada orang yang mau mengikuti ajarannya.

Beliau tidak akan kecewa atau menyesal bilamana tidak ada orang yang mau mengikuti ajarannya. Beliau tidak merasa senang atau kecewa bilamana ada sebagian orang yang mau mengikuti ajaran-Nya, dan ada sebagian lagi yang tidak mau mengikuti ajaran-Nya.

Adalah bijaksana bila sebagai umat Buddha, setelah terlahir sebagai manusia janganlah tenggelam di dalam kepuasan sang 'aku'. Di dunia ini kita telah diberi warisan yang sangat berharga oleh para bijaksana. Sungguh bahagia bagi manusia yang bisa menerima ajaran Buddha yang telah dibabarkan di hadapan kita. Mengapa? Karena hadirnya seorang Buddha di alam kehidupan ini adalah sangat jarang. Di dalam Dhammapada 182 disebutkan demikian:

Kiccho manussapatilabho
sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai  manusia.
Kiccho maccana jivitam
sungguh sulit kehidupan manusia.
Kiccho saddhammasavanam
sungguh sulit untuk dapat  mendengarkan ajaran benar.
Kiccho Buddhanam uppado
sungguh sulit munculnya seorang Buddha .

Catatan :
 - Bahasa Pali biasanya dipakai di Theravada.
 - Bahasa Sanskerta dan Mandarin biasa dipakai di Mahayana.

Buddhasãsana/(skt.Buddhashãsana) : Ajaran Sang Buddha yang kini menjadi agama Buddha.

Buddhaguna /(skt.Buddhaguna) : Sifat-sifat mulia Sang Buddha.
Di dalam Anguttara Nikaya Tikanipata 20/265, disebutkan tentang sifat-sifat mulia Sang Buddha, atau disebut Buddhaguna. Ada sembilan Buddhaguna, yaitu:

·       Araham : manusia suci yang terbebas dari kekotoran batin.
·       Sammasambuddha : manusia yang mencapai penerangan sempurna dengan usahanya sendiri .
·       Vijjacaranasampanno : mempunyai pengetahuan sempurna dan tindakannya juga sempurna.
·       Sugato : yang berbahagia.
·       Lokavidu : mengetahui dengan sempurna keadaan setiap alam .
·       Anuttaro purisadammasarathi : pembimbing umat manusia yang tiada bandingnya .
·       Satta devamanussanam : guru para dewa dan manusia.
·       Buddha : yang sadar
·       Bhagava : yang patut dimuliakan (dijunjung)

Buddha-Cakkhu : 1). Mata Buddha, 2). Maha tahu.

Buddhatta/(skt.Buddhatva) : Kebuddhaan.

Buddharatana /(skt.Buddharatna) : Mustika Buddha.
Sang Buddha adalah guru agung junjungan yang telah  memberikan ajarannya kepada para Dewa dan manusia agar mereka dapat mencapai kebebasan Mutlak ( Nibbana ).

Bhagavã/(skt.Bhagavant) : 1). Yang terberkahi, 2). Yang mulia, 3). Guru junjungan, 4). Yang Agung.

Byãpãda/(skt.Vyãpãda) : 1). Keinginan jahat, 2.) Dendam.

Brahma/(skt.Brahman) : 1). Pencipta alam semesta, 2). Dewa agung umat Hindu.

Brahma Pãrisajja : Alam dari para pengikut Brahma.

Brahma Purohita : Alam dari para menteri Brahma.

Brãhmana : Pendeta agama Hindu.(anggota kasta tertinggi dalam agama Hindu).

Brahmacariya/(skt.Brahmacarya) : Kehidupan suci (Selibat, tidak kawin).

Brahmavihãra /(skt.Brahmavihãra) : 1). Keadaan Batin Luhur, 2). Empat kediaman luhur.
Yaitu pengembangan cinta kasih (mettã), belas kasihan (karunã), simpati atas kebahagiaan orang lain (muditã) dan keseimbangan batin (upekkhã) yang dipancarkan tanpa batas ke seluruh penjuru alam semesta.

Bhante : Guru yang mulia.

Bhassa-samacara : Tingkah laku pembicaraan.

Bhãva/(skt.Bhãva) : 1). Proses-perwujudan/dumadi, 2). Proses menjadi, 3). Menjelma.
Suatu keinginan untuk dilahirkan dalam alam-alam berbentuk dan alam-alam tidak berbentuk ( rūpa dan Arūpa Bhãva).

Bhãva-taņhã/(skt.Bhavatrsnã) : 1). Kehausan akan kelangsungan dan kelahiran, 2). Keinginan untuk menjelma kembali.
Keinginan ini didasarkan pada pandangan tentang ‘adanya jiwa yang kekal’, dengan pengertian bahwa setelah  kita mati akan terlahir kembali dengan jiwa yang sama. Jiwa ini akan tetap ada selamanya. Pandangan ini disebut sebagai pandangan kekekalan (Attavada). Bhãvatanhã berkaitan erat dengan Kamatanhã.

Bhãvanãmaya : Kebijaksanaan yang dicapai melalui perkembangan pandangan terang (Vipassanã Bhãvana)

Bhavanãmaya pañña : Melatih pengembangan batin, cara melaksanakan meditasi.
Pengetahuan yang diperoleh dari dengan meditasi, dengan demikian seseorang akan memahami kebenaran intuitif yang berada di luar jangkaun pemahaman secara logika.

Bhavanirodha : Penghentian kelangsungan dan tumimbal lahir.

Bhãvanã /(skt.Bhãvanã) : Meditasi, Pengembangan batin.
Secara harfiah berarti ‘mengolah’ atau ‘mengembangkan’, yaitu usaha ( cara; tehnik ) untuk menjinakkan dan menjaga pikiran, dimulai dengan mendisiplinkan, menanamkan pengertian, dan membebaskan pikiran. Ada dua jenis meditasi yaitu :

·       Samatha bhavana : Konsentrasi, meditasi untuk memperoleh ketenangan batin (lihat huruf “S” pada “ Samatha bhavana ).

·       Vipassana bhavana : adalah tehnik meditasi Pengembangan wawasan, penerapan kesadaran, kemawasdirian (Insight meditation) untuk dapat melihat batin kita sehingga seseorang akan dapat melihat segala sesuatu seperti apa adanya.

Obyek Meditasi

Obyek meditasi merupakan alat bantu yang mengarahkan pikiran seseorang agar cepat terpusat, dan Obyek meditasi ini harus disesuaikan dengan wataknya (carita) agar ia mudah memusatkan pikirannya. Apabila Obyek meditasi tidak sesuai dengan carita, maka pemusatan pikiran sangat sulit atau lambat sekali dapat tercapai.

Ada 40 macam Obyek meditasi yang biasa digunakan oleh umat Buddha.

·       Obyek meditasi yang sesuai dengan Ragacarita adalah 10 Asubha ( menjijikkan atau tidak indah ) dan Kayagatasati. Asubha adalah obyek meditasi berupa mayat, sedangkan Kayagatasati adalah obyek pada Tubuh.

·       Obyek meditasi untuk Dosacarita ada 8 buah, yaitu empat kasina warna ( merah, putih, biru, kuning ) dan empat apamanna (brahmavihara) yaitu : Metta, Karuna, Mudita dan Upekha.

·       Obyek meditasi bagi Mohacarita dan Vittakacarita adalah memper hatikan pernapasan ( Anapanasati ) yaitu memperhatikan masuk dan keluarnya napas dan pikiran kita hanya bertugas memperhatikan hal ini saja tanpa memberikan komentar apapun.

·       Obyek meditasi bagi Saddhacarita adalah 6 perenungan ( Anussati ), yaitu perenungan tentang Buddha, Dhamma, Sangha, sila, Caga dan Devata.

·       Obyek meditasi bagi Buddhacarita ada 4 buah yaitu, Maranasati ( perhatian pada kematian), Upasamanussati ( perenungan tentang ketenangan ), Aharepetikkulasanna ( perenungan atau berkesan bahwa makanan adalah menjijikkan ) dan Catudhatu vavatthana ( Analisis empat unsur yang membentuk tubuh ).

·       Obyek meditasi untuk Sabbacarita ada 10 buah, yaitu 6 kasina dan 4 arupa. Enam kasina yaitu : Pathavi (zat padat), Apo ( zat cair ), tejo ( zat panas, api), vayo (zat udara, angin). Akasa (ruang) dan Aloka (sinar). Sedang 4 arupa ( Akasananca, Vinnanancayatana, Akincannayatana dan Nevasannanasannayatana) merupakan obyek meditasi bagi mereka yang telah sukses mencapai Rupa jhana dan berkeinginan untuk mengembangkan Rupa Jhana.

Tiga puluh enam obyek merupakan dasar untuk mencapai Rupa jhana, Sedangkan empat obyek Arupa hanya dipergunakan setelah seseorang sukses mencapai Rupa jhana IV dan berkeinginan untuk melanjutkan meditasinya agar mencapai Arupa jhana.

Bhãvetabba : Konsekwen.

Bhaya-gati : Dorongan ketakutan.

Bhesajja/(skt.Bhaisajya) : Obat.

Bhesajjaguru/(skt.Bhaisajya Guru ): Dokter ahli dalam ilmu pengobatan.

Bhikkhu/(skt.Bhiksu) : Rahib pria agama Buddha yang telah menerima upasampada (pentahbisan), secara harafiah berarti: penerima dana.

Bhikkhuni / (skt.Bhiksuni ) : Rahib wanita agama Buddha

Bhiru /(skt.Bhiru) : Ketakutan

Bhisakka : Dokter.
Mustika yang pantas untuk diyakini oleh umat Buddha, karena Beliau mempunyai ciri-ciri sembilan Buddhaguna.

Bhojana mattannu : Bersikap sedang-dalam hal makan.

Bhuta /(skt.Bhuta) : 1). Unsur-unsur alam, 2). Unsur dasar, 3). Setan.



 Kelompok Huruf B selesai 


Lanjutkan ke Kelompok huruf C ====> Buku Pintar Agama Buddha (C


Tidak ada komentar:

Posting Komentar