Minggu, Maret 27, 2011

Buku Pintar Agama Buddha (S 1)

BUKU PINTAR AGAMA BUDDHA
Oleh : Tanhadi

KELOMPOK : (S 1)

Sabbe : Mahluk.

Sabbe satta : Semua makhluk.

Sabbe deva : Mahluk surga, dewa.

Sabbe bhuta : Mahluk halus.

Sabbe satta sabba dukkha : Semoga semua mahluk terbebas beban /penderitaan.

Sabbe satta bhavantu sukhitatta : Semoga semua mahluk berbahagia.

Sabbannuta-Nana: Kemampuan untuk mengetahui semuanya.

Sabbaññū/(skt.Sarvajña) : Maha Tahu, tahu semua.
Sang Buddha juga digelari Maha Tahu karena semua hal diketahuinya, namun pengertian kemaha tahuan Sang Buddha bukan berarti Beliau mengetahui segala hal dalam satu saat, melainkan Beliau hanya mengetahui satu hal pada satu saat. Karena pada setiap saat hanya ada satu kesadaran (citta) yang muncul. Semua hal Beliau ketahui dalam pengertian bahwa semua itu secara saru per satu akan beliau ketahui.

Dalam pengertian Sabbannu ; juga termasuk pengetahuan Sang Buddha tentang asal-usul bumi, manusia yang mula-mula ada di bumi, adanya banyak bumi dan matahari di alam semesta’ adanya manusia lain di bumi-bumi yang lain itu, karena manusia bukan hanya berada di bumi kita ini saja; bagaimana bumi kita hancur lebur dan lain-lainnya.

Sacca / (skt.Satya) : Kebenaran.

Dapat didefinisikan sebagai pernyataan atau pengejawantahan-realisasi, yang berhubungan dengan kenyataan. Ada 2 jenis kebenaran yaitu ;

1. Paramattha-sacca  : adalah Kebenaran apa adanya , Absolute, mutlak .
Kebenaran haruslah bersifat universal, Sebagai contoh, api adalah panas dan air adalah basah; mereka sudah begitu sebelumnya, begitu juga sekarang, dan akan begitu pula nantinya; ini tidak dapat disangkal atau dibantah.

Tidak terikat oleh waktu, baik waktu dulu, sekarang dan waktu yang akan datang, kebenaran ini tetap ada dan tidak berubah ataupun berbeda. Tidak terikat oleh tempat, baik di suatu tempat atau di tempat lain, di Indonesia atau di planet  Mars, kebenaran ini ada dan tidak berubah ataupun berbeda.

2. Sammuti-sacca : adalah Kebenaran relatif  (konvensional) ; yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari . yang masih terikat dengan waktu dan tempat.
Kebenaran ini hanya ada berlaku di tempat tertentu dan waktu tertentu.  Pencarian terhadap Kebenaran adalah seperti membawa sebuah lilin untuk mencari Matahari.  Bukankah matahari selalu bersinar, apakah kita masih mencarinya atau tidak? Mengapa kita  membuat segala sesuatu menjadi sebuah misteri? Kebenaran bukanlah sebuah gagasan; gagasan-gagasan tentang Kebenaran adalah bukan suatu Kebenaran. Setiap orang mempunyai   gagasan tentang Kebenaran - yang mentah ataupun yang rumit - tetapi mereka biasanya bersifat subyektif, penggambaran yang berpusat pada diri./ego. Demikian pula kata  "Kebenaran", adalah bukan kebenaran itu sendiri.

Sacchikãtabba : 1). Menyelaminya, 2). Dipahami.

Saddhamma : Ajaran yang asli.
Makna Penting Dari Saddhamma (Dhamma yang asli )
Di Samyutta Nikaya Sutta 16.13, Sang Buddha memperingatkan bahwa Dhamma yang asli akan mengalami kelenyapan jika Dhamma tiruan/palsu muncul. Setelah itu, akan menjadi sangat sulit untuk membedakan ajaran-ajaran yang asli dari yang palsu. Mengapa? Karena walaupun banyak dari buku-buku yang muncul belakangan yang berisi banyak Dhamma, beberapa adhamma (misalnya yang bertentangan dengan Dhamma) telah ditambahkan disana-sini. Perubahan yang tersebar disana-sini disepanjang teks hanya bisa diketahui jika seorang cukup jeli dan benar-benar mengenal kumpulan Sutta tertua. Jika tidak, seseorang akan merasa sangat sulit untuk membedakan buku-buku yang muncul belakangan dari yang lebih awal.

Analogi Perdagangan Emas
Di dalam Sutta yang serupa ini, Sang Buddha menyamakan situasi ini pada perdagangan emas. Beliau berkata pada saat itu orang-orang masih ingin membeli emas karena hanya emas murni yang dijual di pasaran. Tetapi suatu hari, orang-orang mulai membuat emas palsu dengan dengan kualitas yang membuatnya tidak bisa dibedakan dari emas murni. Dalam keadaan ini, orang-orang akan menjadi waspada. Mereka menjadi enggan untuk membeli emas karena mereka takut apa yang mereka beli mungkin emas palsu. Dengan cara yang sama. Sang Buddha berkata di masa depan Dhamma akan menjadi tercemar. Ketika itu terjadi, akan sangat sulit membedakan Dhamma yang Asli dari yang palsu, dan orang-orang akan kehilangan ketertarikan dalam Dhamma. Oleh karena itu, kita seharusnya benar-benar tekun untuk mencari tahu Dhamma yang asli, dan tidak menjadi bingung.

Guru Yang termasyhur bisa mempunyai Pandangan-pandangan salah ,Sangat sulit untuk membedakan antara seorang Ariya dengan yang bukan Ariya, dan kita tidak bisa tergantung pada desas-desus itu sendiri. Berbagai rekomendasi tentang bhikkhu ini dan itu adalah bhikkhu yang terkenal yang memiliki banyak pencapaian tinggi, dll adalah tidak bisa diandalkan.

Seperti yang dinyatakan Sang Buddha di Anguttara Nikaya Sutta 5.88, ada kemungkinan bahwa seorang bhikkhu termasyhur dengan status yang sangat senior, dengan pengikut umat awam dan bhikkhu /bhikkhuni dalam jumlah besar, dan sangat terpelajar dalam kitab suci, bisa mempunyai pandangan salah. Sang Buddha memberikan kita peringatan ini di masa depan (misalnya sekarang ini) seperti yang Beliau lihat dan ketahui bahwa bhikkhu-bhikkhu seperti ini tidak bisa diandalkan. Oleh karena itu, Sutta-Sutta (dan vinaya anggota Sangha) harus diandalkan dan dijadikan Guru kita yang terutama. Guru-guru lain hanya bisa menjadi teman spiritual saja.

Di Anguttara Nikaya Sutta 4.180, Sang Buddha mengajarkan wewenang besar. Beliau mengajarkan bahwa ketika bhikkhu manapun yang berkata ini dan itu adalah ajaran-ajaran Sang Buddha, kita harus tanpa menolak atau menyetujui kata-kata mereka, bandingkan kata-kata tersebut dengan Sutta-Sutta dan Vinaya. Jika apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan Sutta-Sutta dan Vinaya, kita seharusnya menolak mereka. Lagi, ini mengilustrasikan bagaimana pemahaman yang kokoh terhadap Sutta-Vinaya adalah pedoman yang bisa diandalkan terhadap apa yang sebenarnya diajarkan Sang Buddha. Pengetahuan ini memungkinkan kita untuk membedakan antara seorang guru yang mengajari Dhamma yang asli dan ajaran lainnya yang memiliki pandangan-pandangan salah.

Sadhu : 1). Baik, 2). Setuju, 3). Semoga demikian.

Sadparamita :  1). Enam kesempurnaan, 2) Enam Paramita.
1). Dana : memberi sesuatu
2). Sila : Peraturan moral
3). Khanti : Kesabaran
4). Viriya : Semangat
5). Dhyana : Meditasi
6). Prajna : Kebijaksanaan

Ketika seseorang telah mendengar Mahayana Dharma dan mengembangkan welas asih yang mulia, praktek dari Sad Paramita adalah langkah alami yangselanjutnya pada Jalan Bodhisattva. Sumpah besar Bodhisattva sedalam samudera, harus disertai dengan praktek Sad Paramita dan memenuhi sumpah tersebut berarti mencapai ke-Buddha-an. Jalan dari Bodhisattva Dharma adalahpraktek dari Sad Paramita.

Paramita yang pertama adalah Dana, atau derma dan kemurahan hati. Bentuk duniawi terginggi dari ini adalah memberikan tubuh atau bahkan nyawa bagi keuntungan orang lain. Hal ini digambarkan sebagai derma internal, sementara jenis lain dari kemurahan hati berkaitan dengan milik pribadi, uang, waktu, dan lain-lain, disebut derma eksternal. Ada pula bentuk transendental, misalnya pemanfaatan bakat, intelektual, kepandaian berbicara dari seseorang untuk menyebarkan pesan dari Buddhadharma. Hal ini disebut pemberian dana berupa Kebenaran Buddha. Dasar dari Dana adalah semangat rela berkorban bagi keuntungan mahluk lain.

Saddhã /(skt. Sraddhã) : Keyakinan.
Saddha bukanlah berarti “percaya” seperti yang lazim dipahami orang; ia berarti suatu “keyakinan yang didasarkan pada pengertian yang timbul karena bertanya dan menyelidiki “ ( Vimamsaka Sutta, MN ). Menurut Asanga, seorang pujangga Buddhis yang terkemuka pada  abad ke 4 Masehi, “saddha” mengandung tiga unsur, yaitu :

1.     Keyakinan yang kuat akan sesuatu hal.
2.     kegembiraan yang mendalam terhadap sifat-sifat yang baik.
3.     harapan untuk memperoleh sesuatu di kemudian hari.

Dari sini dapat kita lihat bahwa pengertian “percaya” tidak terdapat dalam uraian tersebut diatas. Persoalan “percaya” akan timbul apabila kita tidak dapat melihat sesuatu dengan jelas dan terang. Pada saat kita melihat sesuatu dengan jelas dan terang, maka “percaya” itu tak akan ada lagi.

Saddha 4= (4 macam keyakinan) yaitu:
1.    Kamma Saddha : Keyakinan terhadap Hukum Kamma
2.    Vipaka Saddha : Keyakinan terhadap akibat dari Hukum Kamma
3.    Kammassakata Saddha : Keyakinan bahwa semua makhluk mempunyai kamma masing-masing dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
4.    Tathagatabodhi Saddha : Keyakinan terhadap pencapaian Penerangan Sempurna dari Sang Buddha, yakin bahwa Sang Buddha adalah Yang Maha Suci, Yang Maha Tahu, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Pengasih dan penyayang. (Vijja Dhamma hal. 50).

Saddha-vimutto : Orang yang terbebas melalui keyakinan.

Saddha-nusari : Orang yang terbebas karena mengikuti ajaran keyakinan.

Saddha-Bala: Kekuatan dari keyakinan terhadap Tiratana .

Sagga/(skt.Svarga) : Alam surga.

Sakadãgãmi/(skt. Sakrdãgãmin) : Hanya sekali lagi terlahir kembali ke dunia ini .

Sakadãgami
Dengan memperdalam penembusan pandangan terangnya, seorang bisa mencapai tingkatan Sakadãgami ("Yang Hanya Kembali Sekali Lagi"). Seorang Sakadagami telah menghancurkan tiga belenggu Sotapanna (Sakkayaditthi, Vicikiccha , Silabbataparamasa) dan melemahkan belenggu-belenggu Anagami (Kamaraga dan Vyapada.) hingga tersisa sedikit.  Seorang Sakadagami dilahirkan kembali maksimum sekali lagi di dalam dunia alam nafsu keinginan (kamadhatu) sebagai manusia atau makhluk surga tingkat bawah sebelum mencapai Nibbana.

Sakkaya-Ditthi : Kepercayaan akan adanya roh yang kekal abadi. (sat = makhluk ; kaya = tubuh ; ditthi = pandangan ).

Sakkãra : Kehormatan.

Salãyatana/(skt.Sadãyatana) : Enam landasan-indera.
yaitu : mata, telinga, hidung, lidah, jasmani, pikiran dan hati (landasan batin) Salayatana (enam landasan indra); yang diumpamakan dengan sebuah rumah dengan 5 jendela dan satu pintu. Lima landasan adalah fisik dan satu lagi batin. Karena ada 6 landasan indera ini maka mengkondisikan phassa.(kontak).

Samãdhi : 1). Pemusatan pikiran, 2). Konsentrasi pada satu obyek, 3). Meditasi.

Samadhi sambojjhanga : Penerangan sempurna konsentrasi.

Samadhi-Bala: Kekuatan dari konsentrasi (penguasaan pikiran).

Samadhivipphara-iddhi : Konsentrasi tingkat lebih jauh .

Sammamanasikara : Pemikiran yang benar.

Samanta-Cakkhu : Pata pengetahuan tanpa batas.

Samajivikata : Hidup dalam batas kemampuan.

Samana / (skt. Shramana) : Seorang pertapa.

Samanera/(skt.Sramanera) : Calon Bhikkhu.

Samaneri/(Skt. Sramaneri) : Calon Bhikkhuni.

Samatha Bhavana : Konsentrasi, meditasi untuk memperoleh ketenangan batin.
Adalah tehnik meditasi Pemusatan pikiran(konsentrasi) untuk menenangkan pergerakan perhatian pikiran (yang sebelumnya selalu bergerak) ke satu titik / obyek. Dan dengan tercapainya Jhana I sampai Jhana IV, maka seseorang tergantung pada Karmanya, ia dapat memiliki sebuah atau beberapa buah Kemampuan Batin ( Abhinna ), namun Abhinna hanya merupakan kesaktian dan bukan menandakan bahwa seseorang pasti telah menjadi suci.

Gangguan (Palibhoda) Samatha Bhavana  ini sering muncul dan harus dihindari oleh meditator. Palibhoda merupakan kondisi yang mengganggu meditator untuk mengkonsentrasikan pikirannya. Gangguan ini umumnya bersifat fisik, yang muncul atau terjadi pada masa persiapan untuk bermeditasi, atau sebelum pikiran kita terpusat ketika mulai bermeditasi.

Palibhoda ada 10 macam, yaitu :

1)     Tempat tinggal (Ãvãsa)
Tempat tinggal adalah tempat dimana pemula meditasi tinggal untuk bermeditasi. Tempat tinggal dipandang sebagai pengganggu, yaitu berkenaan dengan adanya kegiatan memperbaiki bangunannya sehingga tempat itu menjadi berisik, atau disekitar tempat itu banyak kegiatan yang mengakibatkan gangguan melalui indera-indera, misalnya seperti ; kegaduhan (telinga), bau menyenangkan atau tidak menyenangkan (hidung), banyak serangga atau angin kencang (tubuh) dst.

2)     Keluarga (Kula)
Seseorang hendak bermeditasi, namun anggota keluarganya datang berkunjung karena  adanya keperluan tertentu.

3)     Pendapatan ( Lãbha )
Bagi umat awam, hal ini adalah soal pekerjaan, materi atau uang. karena memikirkan hal ini, seseorang akan sulit untuk memusatkan pikirannya.

Bagi para bhikkhu, hal ini adalah berhubungan dengan empat kebutuhan pokok, yaitu : jubah,  makanan, tempat tinggal dan obat-obatan. Karena memikirkan hal ini seorang Bhikkhu akan  sulit untuk mengkonsentrasikan pikirannya.

4)     Para Siswa ( Gaņa )
Bila seorang guru sedang bermeditasi, namun para siswanya sering mengunjungi untuk minta  pelajaran, bertanya, mohon petunjuk untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada siswa  tersebut, hal ini merupakan gangguan sehingga meditasinya terganggu.

5)     Kegiatan (Kamma)
Karena sibuk dengan pekerjaan, kesempatan untuk bermeditasi sangat terbatas atau tidak  ada samasekali. Pikirannya selalu terfokus dan tersita untuk mencari atau memikirkan cara  untuk menyelesaikan pekerjaannya tersebut.

6)     Bepergian (Addhãna)
Karena adanya rencana bepergian, maka pikiran kita akan tersita untuk rencana tersebut, dan kesempatan untuk istirahat disaat dalam perjalanan sangat kurang sehingga badan tidak  segar, terlalu lelah, akibatnya pemusatan pikiran kita menjadi sulit.

7)     Kerabat (Ñati)
Kerabat datang untuk berbagai keperluan, sehingga waktu meditasi kita tersita untuk melayani mereka.

8)     Sakit (Ãbãdha)
Karena badan kita sakit, maka kita akan sulit untuk bermeditasi dengan tenang.

9)     Belajar (Gantha)
Kewajiban belajar juga merupakan gangguan dalam bermeditasi, misalnya ketika ada ujian  dan kita harus belajar untuk persiapan ujian tersebut.

10)  Kemampuan batin (Iddhi)
Kemampuan batin dapat mengganggu para meditator Vipassana Bhavana maupun Samatha Bhavana.  kemampuan batin sebagai gangguan lebih cenderung pada mereka yang akan melanjutkan Vipassana Bhavana sebagai kelanjutan dari Sammatha Bhavana. Kemampuan batin menjadi gangguan Samatha Bhavana, karena yang bersangkutan terlalu senang dengan melakukan kegiatan kemampuan batin sehingga malas melakukan meditasi lebih lanjut. Hal ini akan dapat mengakibatkan lunturnya atau berkurangnya kekuatan kemampuan batin. Gangguan-gangguan tersebut merupakan gangguan umum yang segera dapat diatasi bila kita memiliki cara kerja dan pemikiran yang terorganisasi dengan baik, yaitu dengan cara membuat jadwal dan kita disiplin melaksanakan jadwal tersebut.

Sambodhi : Penerangan Sempurna.

Sambodhãya : Penerangan.
Pencapaian empat Jalan dan empat buah kesucian.

Sammã-ãjiva : Penghidupan benar.
Ini berarti bahwa seseorang seharusnya mempunyai penghidupan yang tidak mencelakakan atau merugikan orang lain dan menghindari Lima pencaharian salah, yaitu :

1.     Penipuan
2.     Ketidaksetiaan
3.     Penujuman
4.     Kecurangan
5.     Memungut bunga tinggi (praktek lintah darat, rentenir )

Disamping itu ia harus pula menghindari Lima Macam Perdagangan, yaitu :
  1. Berdagang alat senjata
  2. Berdagang makhluk hidup
  3. Berdagang daging ( atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan makhluk-makhluk hidup)
  4. Berdagang minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbul-kan ketagihan.
  5. Berdagang racun

Sammã-ditthi : 1). Pandangan benar , 2). Pengertian benar.
Ini berarti bahwa kita harus mengerti benda-benda menurut keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, Pengertian benar secara singkat dapat diartikan sebagai pengertian tentang Empat Kebenaran Mulia. Pengertian ini merupakan kebijaksanaan tertinggi yang dapat menembus arti dan melihat secara terang Kesunyataan Mutlak, Nibbana.

Menurut paham Buddhis, terdapat dua jenis pengertian, Apa yang umum anggap sebagai pengertian ialah pengetahuan, timbunan dari ingatan, pemahaman secara intelek akan sebuah pokok persoalan sesuai dengan data tertentu.  hal ini disebut sebagai Anubodha, pengertian ini tidak begitu mendalam.

Pengertian yang lebih mendalam disebut Pativedha (menembus), yaitu melihat benda-benda dalam keadaan yang sebenarnya, tanpa nama dan merk. tetapi penembusan ini hanya dimungkinkan, apabila pikiran benar-benar bersih dari noda-noda dan dikembangkan dengan sempurna melalui meditasi. Ia merupakan pengekangan diri (self-discipline) dari badan jasmani, dari ucapan dan dari pikiran, mengembangkan dan melatih diri, dan membersihkan diri . ia tidak ada sangkut-pautnya dengan kepercayaan, sembahyang, memuja atau upacara keagamaan. Ia merupakan Jalan yang menuju ke Kesunyataan Mutlak, kebebasan sempurna, kebahagiaan dan kedamaian hati melalui kesempurnaan moral, spiritual dan intelektual.

Sammã- samãdhi : Konsentrasi benar .
Merupakan konsentrasi yang dapat membawa seseorang kepada tingkatan Dhjana/Jhana, (lihat huruf “ D”- Dhjana ).

Sammã- sankappa : 1). Kehendak benar, 2). Pikiran benar.
Ini berarti pikiran yang tidak mementingkan diri sendiri dan tidak terpengaruh lagi oleh “Sang Aku”, pikiran cinta kasih dan tanpa-kekerasan kepada semua makhluk, pikiran yang demikian ini dapat digolongkan sebagai bagian dari kebijaksanaan. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa Kebijaksanaan Sejati harus disertai sifat-sifat luhur ini dan semua pikiran yang mementingkan diri sendiri, pikiran jahat, kebencian dan segala sesuatu yang mengandung sifat kekerasan, merupakan bukti-bukti tentang masih kurangnya Kebijaksanaan di dalam semua segi kehidupan, baik sebagai perorangan, dalam lapangan sosial maupun dalam lapangan politik.

Sammã- sati : Perhatian benar ( Lihat huruf “V”: Vipassana-bhavana ).

Samsedaja : Makhluk yang dilahirkan melalui kelembaban.

Sammã- vãcã : Ucapan benar.

Dapat digolongkan sebagai Ucapan benar, jika empat syarat dibawah ini dipenuhi :

1.  Ucapan itu benar :  kata-kata yang dikatakan adalah apa adanya, jujur dan tidak berdusta.
2.  Ucapan itu beralasan : kata-kata yang tidak menimbulkan keben-cian, perpecahan dan perselisihan diantara perorangan atau golongan.
3.  Ucapan itu berfaedah : Tidak berkata-kata cabul dan kasar yang menyakiti hati orang lain.
4.  Ucapan itu tepat pada waktunya : Tidak berbicara omong kosong yang tidak ada gunanya, desas-desus dan tidak berbicara tentang keburukan orang lain.

Sammã-Kammanta : Perbuatan benar.
Ini bertujuan untuk mengembangkan perbuaatan-perbuatan yang bersusila, terhormat dan menjauhkan diri dari keributan-keributan. Hal ini berarti ia tidak akan membunuh, mencuri, melakukan perbuatan yang tercela, melakukan perzinahan dan senantiasa bersedia untuk menolong orang lain agar dapat juga menjalani kehidupan yang tenang, bersih, terhormat dan dengan cara yang benar.

Sammãsambuddha/(skt.Samyaksambuddha) : Yang telah mencapai penerangan sempurna.

Sammã- vãyãma : 1). Daya upaya benar, 2). Usaha benar.

Ini berarti pengerahan kekuatan kemauan untuk :
1.    Dengan sekuat tenaga mencegah munculnya unsur-unsur jahat dan tidak baik di dalam batin.

2.    Dengan sekuat tenaga berusaha untuk memusnahkan unsur-unsur jahat dan tidak baik, yang sudah ada di dalam batin.

3.    Dengan sekuat tenaga berusaha untuk membangkitkan unsur- un-sur baik dan sehat di dalam batin.

4.    Berusaha keras untuk mempernyata, mengembangkan dan memper-kuat unsur-unsur baik dan  sehat yang sudah ada di dalam batin.

Sammã- vãcã : Ucapan benar.

Dapat digolongkan sebagai Ucapan benar, jika empat syarat dibawah ini dipenuhi :

1.    Ucapan itu benar :  kata-kata yang dikatakan adalah apa adanya, jujur dan tidak berdusta.
2.    Ucapan itu beralasan : kata-kata yang tidak menimbulkan keben-cian, perpecahan dan perselisihan diantara perorangan atau golongan.
3.    Ucapan itu berfaedah : Tidak berkata-kata cabul dan kasar yang menyakiti hati orang lain.
4.    Ucapan itu tepat pada waktunya : Tidak berbicara omong kosong yang tidak ada gunanya, desas-desus dan tidak berbicara tentang keburukan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar