TAKHAYUL DAN DOGMA
Oleh : Dr.K. Sri Dhammananda
Orang mengejek takhayul orang lain,
sementara memuji takhayulnya sendiri.
Semua penyakit ada obatnya , tetapi tidak untuk takhayul .
Dan jika karena satu dan lain hal, takhayul mengkristal menjadi agama, hal ini dengan mudah menjadi penyakit yang nyaris tidak dapat di sembuhkan. Dalam praktik fungsi agama tertentu, bahkan orang terpelajar saat ini melupakan martabat manusia, mereka untuk menerima kepercayaan takhayul yang paling tidak masuk akal .
Kepercayaan dan ritual takhayul diserap untuk menghiasi agama guna menarik orang banyak. Tetapi setelah suatu waktu, " tumbuhan menjalar " yang direncanakan untuk menghiasi kuil itu pada mulanya, tumbuh liar menututupi kuil itu, hasilnya adalah latar belakang dan kepercayaan takhayul jadi dominan - tumbuh menjalar memudarkan kuil itu.
Seperti takhayul, kepercayaan dogmatis juga menggoyahkan pertumbuhan agama yang sehat. Kepercayaan dogmatis dan intoleransi bergandengan. Yang satu mengingatkan pada abad pertengahan di eropa dengan penyelidikan tanpa belas kasihan, pembunuhan, kekerasan, kekejian, penyiksaan, dan pembakaran makhluk tak berdosa . Yang satu juga mengingatkan pada peperangan barbar dan kejam. Semua kejadian ini dirangsang oleh kepercayaan dogmatik terhadap pemimpin agama dan intoleransi yang di hasilkannya.
Sebelum pengembangan ilmu pengetahuan, orang memiliki banyak kepercayaan takhayul . Sebagai contoh, banyak orang percaya bahwa gerhana matahari dan bulan mendatangkan nasib malang dan wabah. Saat ini kita tahu bahwa kepercayaan semacam itu tidak benar. Lagi-lagi beberapa agamawan jahat mendorong orang untuk percaya akan takhayul agar mereka dapat menggunakan para pengikutnya keuntungan mereka sendiri.
Jika orang telah benar-benar memurnikan pikiran mereka dari ketidaktahuan, mereka akan melihat alam semesta sebagaimana adanya dan mereka tidak akan menderita karena takhayul dan dogmatisme. Inilah " keselamatan " yang di cita-citakan umat Buddha.
Sangat sulit bagi kita untuk memecahkan perasaan emosional yang melekat pada kepercayaan takhayul dan dogmatis . Bahkan cahaya ilmu pengetahuan sering tidak cukup kuat untuk menyebabkan kita meningalkan kesalahpahaman itu. Sebagai contoh, kita telah memperhatikan selama berbagai generasi bahwa bumi mengelilingi matahari. Tetapi secara naluriah kita tetap menganut bahwa matahari terbit, bergerak melintasi langit, dan terbenam pada sore hari. Karena kita melihat bumi diam. Kita masih harus membuat lompatan intelektual untuk membayangkan bahwa kita. Pada kenyataannya, meluncur dengan kecepatan tinggi mengitari matahari.
Kita harus mengerti bahwa bahaya dogmatis dan takhayul bergandengan tangan dengan agama. Telah tiba waktunya bagi orang bijak untuk memisahkan agama dari dogmatis dan takhayul. Jika tidak, nama baik agama akan tercemar dan jumlah orang tidak percaya akan bertambah, seperti yang sudah terjadi.
Sumber buku : “Keyakinan Umat Buddha “
Salam Metta,
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia
]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar