Sabtu, September 17, 2011

Kebijakan Moral (SILA)


KEBIJAKAN MORAL (SILA)
Oleh : Venerable Ajahn Chah


Ada dua tingkatan dalam latihan.
Yang pertama adalah pondasinya, pengembangan aturan-aturan, kebajikan-moral, atau moralitas agar memberikan kebahagiaan, kenyamanan dan keharmonisan di antara manusia.

Yang kedua, lebih intensif dan tidak berhubungan dengan kenyamanan adalah latihan Buddha Dhamma yang ditujukan semata-mata untuk menjadi sadar, menuju kepada pembebasan hati.

Pembebasan ini adalah sumber dari kebijaksanaan dan belas kasih, dan merupakan alasan yang benar bagi ajaran Buddha. Mengerti dua tingakatan ini adalah dasar dari latihan yang sebenarnya.

Kebajikan dan moralitas adalah induk dari Dhamma yang tumbuh di dalam diri kita, merawatnya dengan perawatan dan arah yang benar.

Kebajikan moral adalah dasar dari dunia yang harmoni di mana manusia bisa benar-benar saling mempercayai sebagai manusia, bukan sebagai hewan.

Mengembangkan kebajikan-moral adalah inti dari latihan kita.
Sangat sederhana. Jalankan latihan sila. Jangan membunuh, mencuri, menipu, melakukan pelanggaran seksual, atau bermabukan yang membuat anda menjadi lengah.

Kembangkan belas kasih dan hormatilah semua kehidupan. Jagalah dengan baik barang-barangmu, harta milikmu, tindakan-tindakanmu, ucapan-ucapanmu.

Gunakanlah kebajikan-moral untuk membuat hidupmu lebih sederhana dan murni.

Dengan kebajikan-moral sebagai dasar dari semua yang anda lakukan, batinmu akan menjadi lebih baik, jernih dan tenang. Meditasi akan tumbuh dengan mudah pada lahan yang demikian.

Sang Buddha mengatakan, “Hindari perbuatan jahat, lakukanlah perbuatan baik dan sucikan hatimu.”

Selanjutnya, latihan kita adalah untuk menyingkirkan apa yang tidak berguna dan menyimpan yang berguna.

Masihkah anda mempunyai sesuatu yang tidak baik dan tidak berguna di hatimu? Tentu saja! Jadi mengapa tidak membersihkan rumah?

Sebagai latihan yang benar, menghilangkan yang jelek dan mengembangkan yang baik adalah baik, tapi terbatas.

Selanjutnya, kita harus melangkah di atas baik atau buruk. Dan pada akhirnya, ada kebebasan yang mencakup semuanya serta ketiada – nafsu – keinginan dari mana cinta kasih dan kebijaksanaan secara alamiah akan mengalir.

Usaha/daya upaya benar dan kebajikan moral bukanlah apa yang anda lakukan diluar, tetapi merupakan kewaspadaan dan pengendalian diri yang terus menerus. Dengan demikian, Dana bila diberikan dengan niat baik, dapat membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. Tapi kebajikan-moral harus menjadi akar dari perbuatan baik ini agar perbuatan itu menjadi murni.

Ketika mereka yang tidak mengerti Dhamma berlaku tidak patut, mereka melihat ke kiri dan kanan memastikan tidak ada yang sedang mengawasi. Betapa bodohnya! Sang Buddha, Sang Dhamma, dan Karma Kita, selalu mengawasi. Apakah anda pikir Sang Buddha tidak dapat melihat sejauh itu? Kita tidak dapat benar-benar lari dari segala hal.

Rawatlah kebajikan moral anda seperti seorang tukang kebun yang merawat pepohonan. Jangan melekat kepada besar dan kecil, penting atau tidak penting.

Sebagian orang ingin jalan pintas, mereka berkata, “Lupakan konsentrasi, kita langsung saja menuju pandangan terang; lupakan kebajikan-moral ( sila ), kita akan mulai dengan konsentrasi”. Kita punya begitu banyak kemudahan/alasan bagi kemelekatan kita.

Kita harus memulainya tepat di sini di mana kita berada, dengan langsung dan sederhana.

Ketika dua langkah awal, sila dan pengertian benar telah dilakukan, maka langkah ketiga, mencabut akar kekotoran batin, akan secara alamiah timbul. Ketika sinar dihasilkan, kita tidak lagi khawatir tentang bagaimana terbebas dari kegelapan batin, ataupun bertanya-tanya kemana perginya kegelapan itu. Kita hanya tahu bahwa di sini ada sinar.

Dalam mengikuti peraturan-peraturan ( sila ), ada tiga tingkat.
Yang pertama adalah mengambil mereka sebagai aturan latihan yang di berikan oleh guru kita.
Yang kedua timbul saat kita menerapkannya pada diri kita sendiri.
Tapi mereka pada tingkat yang paling tinggi, orang-orang Yang Suci, tidak lagi penting untuk memikirkan tentang aturan-aturan ( sila ), benar atau salah. Nilai-nilai luhur yang sejati ini muncul dari kebijaksanaan yang memahami empat kesunyataan mulia di dalam hati dan berbuat yang bersumber dari pengertian ini.


Sumber Buku : "Telaga Hutan Yang Hening"
.

 Salam Metta,

Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia

]˜



Tidak ada komentar:

Posting Komentar