LINGKARAN SILA, KONSENTRASI DAN KEBIJAKSANAAN
Oleh : Venerable Ajahn Chah
Sang Buddha mengajarkan Jalan keluar dari penderitaan, penyebab-penyebab dari penderitaan dan jalan yang praktis. Dalam latihan saya, saya hanya tahu jalan yang sederhana ini, baik pada awalnya sebagai sila, baik pada bagian tengahnya sebagai konsentrasi, baik pada bagian akhirnya sebagai kebijaksanaan. Jika anda memperhatikan ketiganya ini dengan seksama, anda akan melihat bahwa sebenarnya ketiganya ini bergabung menjadi satu.
Selanjutnya, marilah kita memperhatikan ketiga faktor yang berhubungan ini. Bagaimana seseorang berlatih sila?
Sebenarnya, dalam mengembangkan sila, seseorang harus memulainya dengan kebijaksanaan. Biasanya, kita berbicara tentang mematuhi peraturan-peraturan ( aturan sila ), menumbuhkan sila, terlebih dahulu. Tapi supaya sila tersebut lengkap, hanya ada kebijaksanaan untuk memahami pengertian sepenuhnya dari sila tersebut.
Untuk memulai, anda harus memeriksa tubuh dan ucapan anda, menyelidiki proses sebab akibat. Jika anda merenungkan tubuh dan ucapan untuk melihat bagaimana mereka itu dapat menyebabkan kerugian/bahaya, anda akan mulai mengerti, mengontrol, dan memurnikan sebab maupun akibatnya.
Jika anda tahu ciri-ciri dari apa yang bermanfaat dan tak bermanfaat dari perilaku secara jasmaniah dan verbal, anda telah melihat di mana hanya berlatih dalam usaha untuk melepaskan apa-apa yang tak baik/tak bermanfaat dan melakukan yang baik/bermanfaat. Ketika anda membuang yang jelek dan menempatkan diri anda dengan benar, batin akan menjadi teguh, tidak terombang-ambing, terkonsentrasi. Konsentrasi ini akan mengurangi kebimbangan dan keraguan pada jasmani dan ucapan. Dengan batin yang terpusat, ketika bentuk-bentuk dan suara-suara datang, anda dapat merenungkan dan melihat mereka dengan jelas. Dengan tidak membiarkan batinmu melayang, anda akan melihat sifat alami dari semua pengalaman yang timbul sesuai dengan kebenaran. Ketika pengetahuan seperti ini berlangsung terus, kebijaksanaan akan muncul.
Sila, konsentrasi dan kebijaksanaan kemudian dapat di terapkan bersamaan. Ketika merasa matang, mereka menjadi sinonim (satu arti), yaitu Jalan Mulia. Ketika ketamakan, kebencian dan khayalan muncul, hanya Jalan Mulia inilah yang mampu menghancurkannya.
Sila, konsentrasi dan kebijaksanaan dapat di kembangkan dalam mendukung satu sama lainnya, jadi seperti spiral yang berputar, bergantung pada pemandangan, suara, aroma, rasa kecapan, sentuhan, dan obyek-obyek batin. Dengan demikian apapun yang timbul, Sang Jalan selalu menjadi kontrolnya. Jika Jalan itu kuat, ia menghancurkan kekotoran batin, ketamakan, kebencian dan ketidaktahuan. Jika ia lemah, kekotoran batin bisa mendominasi, membunuh batin kita. Pemandangan, suara, dan sebagainya timbul, dan karena tidak mengetahui kebenaran dari hal-hal tersebut, kita membiarkannya menghancurkan diri kita.
Dalam hal ini, Sang Jalan dan kekotoran/ noda batin berjalan bersisian. Murid-murid Dhamma harus selalu mengenali mereka seperti dua orang yang selalu berkelahi. Ketika Sang Jalan yang mendominasi, ia menguatkan kesadaran dan perenungan. Jika anda bisa tetap sadar, noda-noda batin akan mengaku kalah saat memasuki pertandingan. Jika usahamu tetap berada pada Sang Jalan, ia akan terus menghancurkan noda-noda batin. Tapi jika anda lemah, ketika Jalan juga lemah, noda-noda batin menguasai, menyebabkan kemelekatan, khayalan dan penderitaan. Penderitaan muncul ketika sila, konsentrasi, dan kebijaksanaan kita lemah.
Sekali penderitaan muncul, maka yang seharusnya dapat memadamkan penderitaan ini, telah menghilang. Hanya sila, konsentrasi dan kebijaksanaan yang dapat memunculkan Sang Jalan kembali. Ketika ini semua dikembangkan, Jalan itu mulai berfungsi lagi seterusnya, menghancurkan penyebab timbulnya penderitaan pada tiap saat dalam tiap keadaan. Perjuangan ini berlangsung terus sampai salah satu pihak ditaklukkan, dan masalahnya dapat diselesaikan. Jadi saya menyarankan agar anda berlatih tanpa henti.
Latihan dimulai di sini dan saat ini juga. Penderitaan dan pembebasan, keseluruhan Sang Jalan ada di sini dan saat ini. Ajaran-ajaran, kata-kata seperti sila, dan kebijaksanaan, hanya menunjuk kepada batin. Tetapi kedua elemen ini, Sang Jalan dan noda-noda batin, berkompetisi di dalam batin dalam segala cara sampai akhir dari Jalan. Maka dari itu, mempraktikkan alat bantu latihan adalah melelahkan, sulit, anda harus memiliki ketahanan, kesabaran, dan usaha benar. Kemudian pengertian benar akan timbul dengan sendirinya.
Sila, konsentrasi dan kebijaksanaan bersama-sama adalah Sang Jalan. Tapi jalan ini belumlah merupakan ajaran yang benar, bukan apa yang sesungguhnya diinginkan oleh guru, tapi hanyalah jalan yang akan membawa seseorang ke arah itu.
Misalnya, katakanlah anda berjalan dari Bangkok menuju Wat Ba Pong, jalan itu diperlukan bagi perjalananmu, tapi yang anda cari adalah viharanya bukan jalannya.
Dengan cara yang sama, kita dapat mengatakan bahwa sila, konsentrasi, dan kebijaksanaan adalah di luar dari kebenaran Seorang Buddha, tapi merupakan jalan yang menuju kepada kebenaran ini. Ketika anda telah mengembangkan ketiga faktor ini, hasilnya adalah sampai pada tempat yang menakjubkan. Dalam kedamaian ini, pemandangan-pemandangan, ataupun suara-suara tidak punya kekuatan lagi untuk mengganggu batin. Tidak ada lagi yang harus dilakukan. Maka dari itu, Sang Buddha mengatakan, lepaskanlah apapun yang anda pegang, tanpa kecemasan. Kemudian anda akan dapat memahami kedamaian ini bagi dirimu sendiri dan tidak akan lagi butuh untuk mempercayai orang lain. Pada akhirnya, anda akan mengalami Sang Dhamma dari Yang Maha Suci.
Akan tetapi, jangan mencoba untuk mengukur perkembanganmu cepat-cepat. Berlatihlah saja. Kalau tidak, kapan batin itu menjadi tenang, anda akan bertanya, "Apakah ini?" Segera setelah anda berpikir seperti ini, seluruh usaha anda akan hilang. Tidak ada tanda untuk menguji kemajuanmu, seperti mereka yang berkata, "Ini adalah jalan menuju Wat Ba Pong". Buang saja semua keinginan dan pengharapanmu dan lihatlah langsung pada Jalan dari batinmu.
Sumber Buku : "Telaga Hutan Yang Hening"
.
Salam Metta,
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia
]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar