KISAH SAMANERA SAMKICCA
Dhammapada VIII: 110
Pada suatu ketika, tiga puluh bhikkhu setelah menerima
pelajaran objek meditasi yang diberikan Sang Buddha, pergi menuju sebuah desa besar,
yang jauhnya 120 yojana dari Savatthi. Pada waktu itu, lima ratus orang
perampok tinggal di tengah-tengah hutan dan mereka berkeinginan untuk membuat
persembahan dari daging dan darah manusia untuk makhluk halus penjaga hutan.
Kemudian mereka datang ke vihara desa dan meminta salah seorang bhikkhu
diserahkan kepada mereka untuk dikorbankan kepada makhluk halus penjaga hutan.
Semua bhikkhu, dari yang tertua sampai yang termuda, bersedia secara sukarela
untuk pergi. Di antara para bhikkhu tersebut, terdapat juga seorang samanera
muda yang bernama Samkicca. Samanera itu disuruh menyertai perjalanan mereka
oleh Sariputta Thera. Samanera ini baru berumur tujuh tahun, tetapi telah
mencapai tingkat kesucian arahat. Samkicca berkata bahwa Sariputta Thera, gurunya,
mengetahui bahaya yang akan menghadang mereka, dengan sengaja menyuruhnya untuk
menyertai perjalanan para bhikkhu, dan ia telah siap menjadi orang yang pergi
memenuhi keinginan perampok. Kemudian Samkicca pergi bersama perampok. Para
bhikkhu merasa sangat sedih telah membiarkan samanera muda pergi. Para perampok
membuat persiapan untuk upacara pengorbanan. Ketika semuanya sudah siap,
pimpinan mereka mendekati samanera, yang sedang duduk, dengan pikiran terpusat
pada konsentrasi terserap (Jhana). Sang pimpinan perampok mengangkat pedangnya
dan menebaskannya kepada samanera muda, tetapi mata pedang tersebut bengkok
tanpa memotong daging samanera. Ia meluruskan mata pedangnya dan menebaskannya
lagi, kali ini, pedang tersebut bengkok sampai ke pangkalnya tanpa melukai
samanera. Melihat hal yang aneh ini, pemimpin perampok menjatuhkan pedangnya
berlutut di kaki samanera dan memohon ampun. Semua perampok itu terheran-heran
dan merasa sangat ngeri, mereka menyesali perbuatannya, dan bertekad akan
menjadi bhikkhu.
Samanera muda disertai lima ratus pengikutnya
berangkat kembali ke vihara desa dan ketiga puluh bhikkhu yang tinggal di
vihara merasa lega dan gembira melihatnya. Kemudian Samkicca dan lima ratus
pengikutnya meneruskan perjalanan mereka untuk memberikan penghormatan kepada
Sariputta Thera. Setelah bertemu Sariputta Thera mereka pergi untuk memberi
penghormatan kepada Sang Buddha.
Ketika
menceritakan apa yang telah terjadi, Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu
jika kamu merampok atau mencuri dan melakukan berbagai bentuk perbuatan jahat,
hidupmu akan menjadi tidak berguna, meskipun kamu hidup seratus tahun.
Menjalani hidup dengan hidup suci meskipun satu hari lebih baik daripada
seratus tahun hidup dengan kejahatan".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
110 berikut:
Walaupun seseorang hidup seratus tahun,
tetapi memiliki kelakuan buruk dan tak
terkendali,
sesungguhnya lebih baik adalah kehidupan
sehari
dari orang yang memiliki sila dan tekun
bersamadhi.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar