KISAH AYUVADDHANAKUMARA
Dhammapada VIII: 109
Suatu waktu terdapat dua orang pertapa yang tinggal
bersama, mempraktekkan pertapaan yang keras (tapacaranam) selama bertahun-tahun
lamanya. Kemudian, satu di antara dua pertapa itu meninggalkan kehidupan
bertapa dan menikah. Setelah seorang anak laki-lakinya lahir, keluarga tersebut
mengunjungi pertapa tua temannya dan memberi hormat kepadanya.
Kepada kedua orang tua anak itu sang pertapa berkata,
"Semoga kalian panjang umur", tetapi dia tidak berkata apa-apa kepada
si anak.
Kedua orang tua tersebut bingung dan menanyakan kepada
pertapa, apakah alasannya ia tidak berkata apa-apa kepada anak itu. Sang
pertapa berkata kepada mereka bahwa anak tersebut hanya akan hidup tujuh hari
lagi dan ia tidak tahu bagaimana untuk mencegah kematiannya, tetapi Buddha
Gotama mungkin tahu bagaimana cara mencegahnya.
Kemudian orang tua tersebut membawa anaknya menghadap
Sang Buddha; ketika mereka memberi hormat kepada Sang Buddha, Beliau juga
berkata "Semoga kalian panjang umur" hanya kepada kedua orang tua itu
dan tidak kepada anaknya.
Sang Buddha juga memperkirakan kematian akan datang
pada anak itu. Untuk mencegah kematiannya, Sang Buddha berkata kepada orang tua
itu agar mereka membangun pavillium di depan pintu masuk rumahnya dan
meletakkan anak tersebut pada dipan di dalam pavillium. Kemudian beberapa
bhikkhu diundang ke sana untuk membaca paritta selama tujuh hari. Pada hari
ketujuh Sang Buddha sendiri datang ke pavillium itu. Para dewa dari seluruh
alam semesta juga datang. Pada waktu itu raksasa Avaruddhaka berada di pintu
masuk, menunggu kesempatan untuk membawa anak itu pergi. Tetapi kedatangan para
dewa menyebabkan raksasa tersebut hanya dapat menunggu di suatu tempat yang
jauhnya 2 yojana dari anak tersebut. Sepanjang malam, pembacaan paritta
dilaksanakan tanpa henti, sehingga melindungi anak tersebut. Hari berikutnya,
anak tersebut diambil dari dipan dan melakukan penghormatan kepada Sang Buddha.
Pada kesempatan itu, Sang Buddha berkata "Semoga
kamu panjang umur" kepada anak tersebut. Ketika ditanya berapa lama anak
tersebut akan hidup, Sang Buddha menjawab bahwa ia akan hidup selama seratus
dua puluh tahun. Kemudian anak itu diberi nama Ayuvaddhana.
Ketika anak tersebut remaja, ia pergi berkeliling negeri
dengan disertai lima ratus orang pengikut. Suatu hari, mereka datang ke Vihara
Jetavana, para bhikkhu mengenalinya, dan bertanya kepada Sang Buddha:
"Dengan melaksanakan apa seseorang bisa berumur
panjang?"
Sang Buddha menjawab, "Dengan menghormati dan
menghargai yang lebih tua, yang memiliki kebijaksanaan serta kesucian, niscaya
seseorang akan memperoleh tidak hanya umur panjang, tetapi juga keindahan,
kebahagiaan, dan kekuatan".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
109 berikut:
Ia yang selalu menghormati dan
menghargai orang yang lebih tua,
kelak akan memperoleh empat hal, yaitu:
umur panjang, kecantikan, kebahagiaan,
dan kekuatan.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar