KISAH LAJADEVADHITA
Dhammapada IX: 118
Suatu ketika Mahakassapa Thera sedang berdiam di gua
Pippali dan berada dalam suasana batin khusuk bermeditasi mencapai konsentrasi
tercerap (samapatti) selama tujuh hari. Segera setelah beliau bangun dari samapatti,
beliau berkeinginan memberi kesempatan pada seseorang untuk mendanakan sesuatu
kepada orang yang baru bangkit dari samapatti.
Beliau melihat keluar dan menemukan seorang pelayan
muda sedang menabur jagung di halaman rumah. Maka thera berdiri di depan pintu
rumahnya untuk menerima dana makanan. Wanita itu meletakkan seluruh jagungnya
ke mangkuk thera. Ketika wanita itu pulang setelah mendanakan jagung kepada
thera, dia dipatuk oleh seekor ular berbisa dan meninggal dunia. Dia terlahir
kembali di alam surga Tavatimsa dan dikenal sebagai Lajadevadhita. Laja berarti
jagung.
Laja menyadari bahwa dia terlahir kembali di alam
surga Tavatimsa karena dia telah berdana jagung kepada Mahakassapa Thera, maka
ia sangat menghormati Mahakassapa Thera. Kemudian Laja memutuskan, dia harus
melakukan jasa baik kepada thera agar kebahagiaannya dapat bertahan. Jadi
setiap pagi wanita itu pergi ke vihara tempat thera berdiam, menyapu halaman
vihara, mengisi air kolam mandi, dan melakukan jasa-jasa lainnya.
Pada mulanya thera berpikir samanera-samanera yang
melakukan pekerjaan tersebut. Tetapi pada suatu hari thera mengetahui yang
melakukan pekerjaan tersebut adalah dewi wanita. Kemudian thera memberi tahu
dewi wanita tersebut untuk tidak datang ke vihara itu lagi. Orang-orang akan
membicarakan hal-hal yang tidak baik jika dia tetap datang ke vihara.
Mendengar hal itu Lajadevadhita sangat sedih, menangis
dan memohon kepada thera, "Tolong jangan hancurkan kekayaan dan harta
benda saya".
Sang Buddha mendengar tangisannya dan kemudian
mengirim cahaya dari kamar harum Beliau dan berkata kepada dewi wanita
tersebut, "Devadhita, itu adalah tugas murid-Ku Kussapa untuk melarangmu
ke vihara, melakukan perbuatan baik adalah tugas seseorang yang berniat besar
memperoleh buah perbuatan baik. Tetapi, sebagai seorang gadis, tidak patut
untuk datang sendirian dan melakukan berbagai pekerjaan di vihara".
Kemudian Sang Buddha membabarkan
syair 118 berikut:
Apabila seseorang berbuat bajik,
hendaklah dia mengulangi perbuatannya
itu
dan bersuka cita dengan perbuatannya
itu,
sungguh membahagiakan akibat dari
memupuk perbuatan bajik.
Lajadevadhita mencapai tingkat kesucian sotapatti
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar