KISAH URAT NADI NAGA
(Epochtimes.co.id) -Pada jaman
Tiongkok kuno, hiduplah seorang master Feng Shui1 (hongshui) yang sangat
piawai namun berhati jahat, dia mencurahkan seluruh hidupnya untuk mencari
“urat nadi naga”[2] yang legendaris
seperti yang disebutkan dalam buku-buku kuno.
Suatu hari ia melakukan sebuah
perjalanan ke sebuah tempat yang terpencil. Setelah menaiki satu bukit ke bukit
yang lain, dibawah terik matahari dan sulit mendapatkan air, ia benar-benar
kecapekan dan kehausan.
Akhirnya ia dari kejauhan melihat
sebuah bangunan yang hampir roboh dikelilingi tembok, dengan bergegas ia
berlari ke bangunan tersebut dan
mengetuk pintunya.
Setelah menunggu agak lama,
seorang wanita tua membuka pintu. Langsung ia memohon sambil mengusap keringat
yang bercucuran di keningnya karena tersengat matahari sepanjang hari, ”Nenek,
bolehkah saya minta seteguk air untuk minum?”
Wanita tua itu melihat wajah
master Feng Shui yang penuh semangat, dan nadi leher yang tenggelam oleh panas matahari.
“Tunggulah”, katanya, lalu ia membalikkan badannya, pergi perlahan meninggalkan
Master Feng Shui itu tanpa mempersilahkan masuk.
Setengah hari telah berlalu, baru
saja si Master Feng Shui itu telah hilang kesabarannya, wanita tua itu kembali
dengan membawa semangkok air ditangannya. Segera saja Master Feng Shui itu
meraih mangkok dari tangan nenek tua itu dan seketika hendak meneguk habis air
dalam mangkok itu, namun ia menemukan beberapa sekam mengapung diatas air. Ia
menjadi sangat marah, namun karena ia begitu haus, dengan enggan ia meniup
sekam itu ke pinggir mangkok dan meminumnya dengan perlahan.
Ia berpikir: ”Orang tua ini
sungguh sangat tidak ramah, dan juga pelit; ia bahkan tak memberiku semangkok
air yang bersih. Biarlah, aku akan memberinya pelajaran...” Master Feng Shui
memutuskan hatinya dengan bulat, dan berkata pada wanita tua itu:”Nenek, terima
kasih airnya, tetapi saya tak punya apapun untuk menggantinya. Saya adalah
seorang master Feng Shui, bagaimana kalau saya memilihkan tempat pemakaman yang
paling sesuai untuk nenek, sehingga dapat beristirahat dengan tenang bila kelak
waktunya telah tiba.”
Wanita itu mengikuti master Feng
Shui ke sebuah bukit yang terdekat, dan master itu mengeluarkan penunjuk arah
Feng Shui nya. Setelah lama melakukan pengukuran dan pengamatan, akhirnya ia
menggambar sebuah tanda silang di tanah dan berkata pada wanita tua itu,”Inilah
tempat yang paling menguntungkan, nenek dapat beristirahat disini bila waktumu
tiba.” “Bagus”, kata nenek menerima saran Master Feng Shui itu, dan
berkata,”Anda sebaiknya lekas-lekas pergi sebentar lagi akan ada badai.”
Sepuluh tahun kemudian, si master
Feng Shui itu melewati lagi tempat yang dulu ditunjuknya. Ia teringat wanita
tua yang dulu ditemuinya serta tempat pemakaman yang ditunjuknya untuk wanita
tua itu. Sebenarnya tempat yang dipilihkan dia merupakan sebuah tempat
terlarang dan membawa sial. Dengan kata lain, ketika wanita tua itu dimakamkan
disana, keluarga yang ditinggalkannya akan tertimpa malapetaka. Master Feng
Shui itu telah sampai dilokasi pemakaman, dengan cepat ia mengenali batu nisan
yang berdiri ditempat yang dulu ia pilihkan untuk pemakaman nenek tua itu.
Si Master Feng Shui itu melihat
sekeliling dan mendapati bangunan rusak yang dulu dia lihat sudah tidak ada
lagi disana, kemudian dia menuruni bukit itu, tempat yang dulu terpencil itu
kini telah berubah menjadi sebuah kota kecil yang sibuk. Ia menuruni bukit dan
mengetuk pintu rumah yang paling mewah dikota itu. Seorang anak muda membukakan
pintu dengan hangat dan mempersilakannya masuk.
Master Feng Shui itu menanyakan
bangunan yang telah rusak dan perihal nenek tua yang dulu ditemuinya. Pemuda
itu dengan antusias bertanya:”Andakah master Feng Shui itu? Nenek meninggal
sesaat anda pergi, dan mengatakan perihal anda sebelum meninggal. Dia
bersikeras meminta untuk dikuburkan ditempat yang anda pilihkan, dia bilang
karena anda telah memilihkan dengan susah payah.”
Pemuda itu membawakan semangkok
air sambil berkata, ”Minumlah air ini dengan pelan-pelan, jangan meminumnya
dengan tergesa-gesa, anda baru saja menempuh perjalanan jauh dibawah terik
matahari. Itulah yang selalu nenek katakan. Saya berharap anda tidak marah
seperti 10 tahun yang lalu ketika ia memberi anda air untuk diminum.
Nenek selalu menaruh beberapa
butir sekam kedalam air setiap kali pengembara datang dan meminta air, agar
orang tersebut tidak meminumnya dengan tergesa-gesa sehingga tidak membahayakan
keselamatannya. Begitu mendengar perkataan ini, si Master Feng Shui ini hampir
saja pingsan. Sungguh sangat disayangkan, sudah sangat terlambat untuk
memperbaikinya.
Akan tetapi, melihat kehidupan
keluarga ini demikian makmur, si Master Feng Shui ini tak habis pikir. Ia
berkata pada dirinya sendiri,”Apakah aku telah melakukan kesalahan saat itu?
Sungguh tidak mungkin.”
Dengan ditemani si pemuda itu,
Master Feng Shui kembali mengunjungi lokasi pemakaman nenek tua itu. Ia
mengeluarkan kompas Feng Shui nya, dan dengan cermat diukurnya berulang-ulang.
“Mustahil, mustahil”, gumam Master Feng Shui itu yang semakin penasaran.
Mungkinkah ini “urat nadi naga” yang telah dia impikan selama bertahun-tahun?
Pemuda itu lalu menceritakan peristiwa yang terjadi 10 tahun yang lalu. “Tak
lama setelah anda pergi, tempat ini dihajar angin topan, hujan lebat terjadi
selama 3 hari tanpa henti. Banjir bandang menghanyutkan semuanya termasuk
bangunan yang rusak itu.”
“Ketika banjir telah surut,
keluarga kami harus membangunnya mulai dari nol lagi. Seperti yang anda lihat,
tempat asli dari bangunan tua itu sekarang telah berubah menjadi rumah yang
paling menonjol. 10 tahun yang lalu, hanya ada beberapa rumah disini, sekarang
tempat ini telah menjadi sebuah kota kecil yang indah, terimakasih untuk anda
….”
“Lama sebelum nenek saya
meninggal, perlu dilakukan sesuatu untuk menemukan kembali lokasi yang telah
anda pilihkan untuknya. Nenek bilang, keluarga kami akan menjadi sangat
beruntung bila nenek dimakamkan dilokasi ini,” lanjut pemuda itu.
Sebenarnya perhitungan si Master
Feng Shui ini sedikit pun tidak meleset, tempat dimana ia menggambar tanda
silang benar-benar bukan tempat yang memberi keberuntungan. Akan tetapi, banjir
telah merubah topografi disekitar tempat itu, dan merubahnya menjadi “urat nadi
naga”.
Sebagaimana terdapat sebuah
perkataan,”Yang mendiami tanah penuh berkah adalah dia yang telah diberkahi
dan begitu pula sebaliknya. Apa yang
telah ditakdirkan untuk menjadi miliknya, maka dia akan mendapatkan apa yang
patut dia dapatkan. (The Epoch Times/tnm)
_________________
Catatan :
1 Secara harfiah Feng Shui berarti “angin dan air”, dihitung berdasarkan
bentuk dan ukuran dari topografi bumi, gunung, lembah dan aliran sungai, serta
arah dan ketinggian yang tercipta oleh interaksi timbal balik kedua kekuatan
alam ini. Ilmu perhitungan geografi bumi Tiongkok kuno ini telah berkembang
menjadi ilmu praktik yang bercampur dengan kepercayaan mistis, astrologi,
cerita-cerita rakyat serta pemahaman umum dalam mengatur penempatan dan
orientasi ruang untuk mendapatkan keharmonisan dengan lingkungan sekitar.
2 Urat Nadi Naga – menurut teori Feng Shui,
garis energi yang terletak disisi rantai pegunungan disebut sebagai urat nadi
naga, dan lokasi yang paling menguntungkan berada di akhir barisan pegunungan
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar