KISAH ANATHAPINDIKA
Dhammapada IX: 119-120
Anathapindika adalah pendana Vihara Jetavana yang
didirikan dengan biaya lima puluh empat croces. Ia tidak hanya dermawan tetapi
juga benar-benar berbakti kepada Sang Buddha.
Dia pergi ke Vihara Jetavana dan memberikan
penghormatan kepada Sang Buddha tiga kali sehari. Pada pagi hari dia membawa
bubur nasi, siang hari dia membawa beberapa macam makanan yang pantas atau
obat-obatan, dan pada malam hari dia membawa bunga dan dupa.
Setelah beberapa lama Anathapindika menjadi miskin,
tetapi sebagai orang yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, batinnya
tidak terguncang dengan kemiskinannya, dan dia terus melakukan perbuatan
rutinnya setiap hari yaitu berdana.
Suatu malam, satu makhluk halus penjaga pintu rumah
Anathapindika menampakkan diri dalam ujud manusia menemui Anathapindika, dan
berkata: "Saya adalah penjaga pintu rumahmu, kamu telah memberikan
kekayaanmu kepada Samana Gotama tanpa memikirkan masa depanmu. Hal itulah yang
menyebabkan kamu miskin sekarang. Oleh karena itu kamu seharusnya tidak
memberikan dana lagi kepada Samana Gotama dan kamu seharusnya memperhatikan
urusanmu sendiri sehingga menjadi kaya kembali".
Anathapindika menghalau penjaga pintu tersebut keluar
dari rumahnya. Karena Anathapindika sudah mencapai tingkat kesucian sotapanna,
makhluk halus penjaga pintu tersebut tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dia pun
pergi meninggalkan rumah tersebut. Dia tidak mempunyai tempat tujuan pergi dan
ingin kembali ke rumah Anathapindika, tetapi takut pada Anathapindika. Jadi dia
mendekati Raja Sakka, raja para dewa.
Sakka memberi
saran kepadanya, pertama dia harus berbuat baik kepada Anathapindika dan
setelah itu meminta maaf kepadanya.
Kemudian Sakka melanjutkan, "Ada kira-kira
delapan belas croces yang dipinjam oleh beberapa pedagang yang belum
dikembalikan kepada Anathapindika; delapan belas croces lainnya disembunyikan
oleh leluhur (nenek moyang) Anathapindika, dan telah dihanyutkan ke dalam laut.
Dan delapan belas croces lainnya yang bukan milik siapa-siapa yang dikuburkan
di tempat tertentu. Pergi dan kumpulkanlah semua kekayaan ini dengan kemampuan
batin luar biasamu, penuhilah ruangan-ruangan Anathapindika. Setelah melakukan
itu, kamu boleh meminta maaf padanya".
Makhluk halus penjaga pintu tersebut melakukan
petunjuk Sakka, dan Anathapindika kembali menjadi kaya.
Ketika makhluk halus penjaga pintu memberi tahu
Anathapindika mengenai keterangan dan petunjuk yang diberikan oleh Sakka,
perihal pengumpulan kekayaannya dari dalam bumi, dari dasar samudra, dan dari
peminjam-peminjamnya. Anathapindika terkesan dengan perasaan kagum. Kemudian
Anathapindika membawa makhluk halus penjaga pintu tersebut menghadap Sang
Buddha.
Kepada mereka berdua, Sang Buddha berkata,
"Seseorang tidak akan menikmati keuntungan dari perbuatan baiknya, atau
menderita akibat dari perbuatan jahat untuk selamanya; tetapi akan tibalah
waktunya kapan perbuatan baik atau buruknya berbuah dan menjadi matang".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
119 dan 120 berikut:
Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang
baik
selama buah perbuatan jahatnya belum
masak,
tetapi bilamana hasil perbuatannya itu
telah masak,
ia akan melihat akibat-akibatnya yang
buruk.
(119)
Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang
buruk
selama buah perbuatan bajiknya belum
masak;
tetapi bilamana hasil perbuatannya itu
telah masak,
ia akan melihat akibat-akibatnya yang
baik.
(120)
Makhluk halus penjaga pintu rumah itu mencapai tingkat
kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma tersebut berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar