KISAH KOKA SI PEMBURU
Dhammapada IX: 125
Suatu pagi saat Koka pergi berburu dengan
anjing-anjing pemburunya, dia melihat seorang bhikkhu memasuki kota untuk
berpindapatta.
Pemburu mengira bahwa hal itu merupakan pertanda buruk
dan menggerutu pada dirinya sendiri: "Sejak saya melihat pemandangan ini,
saya mengira saya tidak akan mendapatkan hasil buruan apapun hari ini".
Dan dia melanjutkan perjalannya. Seperti dugaannya,
dia tidak memperoleh apapun.
Pada perjalanan pulang, dia melihat kembali bhikkhu
yang sama sedang berjalan pulang ke vihara setelah menerima dana makanan di
kota. Pemburu itu menjadi sangat marah. Ia melepaskan anjing-anjing pemburunya
ke arah bhikkhu tersebut. Dengan cepat bhikkhu itu memanjat sebuah pohon yang
tidak dijangkau oleh anjing pemburu. Kemudian si pemburu pergi ke bawah pohon
dan menusuk tumit kaki bhikkhu tersebut dengan ujung anak panahnya.
Bhikkhu itu sangat kesakitan dan tidak mampu lagi
memegang jubahnya. Jubahnya terlepas dan jatuh menutupi si pemburu yang berada
di bawah pohon.
Anjing-anjing melihat jubah kuning terjatuh mengira
bahwa bhikkhu tersebut telah jatuh dari pohon. Segera anjing-anjing tersebut
menyambar jubah kuning dan tubuh yang terbalut di dalamnya, menggigit dan
mengguling-gulingkannya dengan penuh kemarahan.
Bhikkhu itu, dari persembunyiannya di atas pohon
mematahkan sebuah ranting pohon yang kering untuk menghalau anjing-anjing itu.
Akhirnya anjing-anjing itu mengetahui bahwa mereka telah menyerang tuan mereka
sendiri, bukan bhikkhu, dan mereka berlarian ke dalam hutan.
Bhikkhu tersebut turun dari atas pohon, dan menemukan
bahwa si pemburu telah meninggal dunia. Ia merasa menyesal atasnya. Bhikkhu itu
juga bertanya dalam hatinya apakah dirinya bertanggung jawab atas kematian si
pemburu karena tertutup oleh jubah kuningnya?
Kemudian bhikkhu itu menghadap Sang Buddha untuk
menjernihkan keragu-raguannya.
Sang Buddha berkata: "Anak-Ku, pastikan dan
janganlah ragu-ragu bahwa kamu tidak bertanggung jawab atas kematian si
pemburu. Pelaksanaan moral (sila) kamu juga tidak tercemari oleh kematian itu.
Lagipula, pemburu itu mempunyai perbuatan keliru terhadap orang yang tidak
berbuat salah sehingga ia memperoleh keadaan akhir yang menyedihkan".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
125 berikut:
Barangsiapa berbuat jahat terhadap orang
baik,
orang suci, dan orang yang tidak
bersalah,
maka kejahatan akan berbalik menimpa
orang bodoh itu,
bagaikan debu yang dilempar melawan
angin.
Bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian arahat
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar