Sabtu, Juli 14, 2012

Anottapa (Tidak Takut Akan Akibat Berbuat Buruk) [3]


3. ANOTTAPPA (Tidak takut akan akibat berbuat buruk)


Tidak merasa takut akan akibat perbuatan buruk disebut anottappa.
Perbuatan buruk diibaratkan seperti nyala api ; anottappa seperti ngengat. Sesungguhnya nyala api adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Seekor ngengat tidak berpikir bahwa api itu berbahaya dan nekad terbang menuju api. Seperti itulah, perbuatan buruk menyebabkan berbagai penderitaan; jadi mereka harus benar-benar ditakuti, tetapi moha menutupi akibat penderitaan; dan anottappa tidak melihat akibat tersebut sebagai sesuatu yang menakutkan. Faktor itulah yang mendorong seseorang melakukan perbuatan buruk secara nekad. Sehubungan dengan perbuatan buruk, berikut ini adalah beberapa bahaya yang menghadang :

1.   Attanuvada-bhaya
Bahaya menyalahkan diri sendiri, kehilangan kehormatan dan harga diri. Orang seperti ini akan tertekan dengan pemikiran : “ Sekalipun banyak orang berpikir aku adalah orang baik, aku mengetahui diriku sendiri. Aku bukanlah orang baik seperti yang mereka kira. Aku ini orang yang diam-diam banyak berbuat buru.” (atta = diri + anuvada = menyalahkan, menuduh).

2.   Paranuvada-bhaya
Bahaya dituduh dan disalahkan orang lain seperti ini : “ Kamu adalah orang jahat, melakukan perbuatan yang tidak pantas.” (para = oleh orang lain + anuvada =  menyalahkan, menuduh).

3.   Danda-bhaya
Bahaya dari penderitaan dan hukuman, seperti dibunuh oleh orang lain karena telah melakukan suatu pembunuhan, dipukuli karena melakukan pencurian, dibunuh karena melakukan perzinahan, dipenjara karena melakukan tindakan kejahatan.

4.   Duggati-bhaya
Bahaya dari penderitaan karena ketidaktenangan pikiran saat menjelang kematian karena telah melakukan perbuatan jahat, dan kemungkinan terlahir kembali di empat alam rendah pada kehidupan mendatang.

Dengan kelicikan, akal bulus, dan muslihat mungkin saja seseorang mampu menghindari ketiga bahaya pertama yang disebutkan di atas, tetapi dia tidak akan bisa menghindari bahaya terlahir kembali di salah satu dari empat alam rendah pada kehidupan yang akan datang. Oleh karena itu, perbuatan buruk memang sangat menakutkan. Bagaimanapun juga, ketika anottappa bertahta, bahkan orang bijak sekalipun yang biasanya takut akan akibat berbuat jahat, cenderung untuk melakukan tindakan menakutkan tanpa merasa malu dan takut.

Catatan dari cerita Haritaca
Dalam hal ini, cerita Petapa Haritaca perlu diingat kembali. Banyak hal mengerikan dalam cerita tersebut. Tidak perlu ditanyakan lagi, Petapa Haritaca menderita karena menyalahkan diri sendiri serta kehilangan kehormatan pada dirinya (attanuvada-bhaya). Tersebarlah sebuah berita buruk, “Guru Sang Raja, Sang Petapa, telah melakukan perbuatan hina dengan Sang Ratu.” Berita tersebut menyebar ke seluruh penjuru kota selama raja tidak berada di istana. Haritaca juga menderita karena disalahkan oleh orang lain (paranuvada-bhaya).

Jika raja, yang kelak terlahir sebagai Bhikkhu Ananda, bukan orang bajik yang sedang menyempurnakan parami, dia tidak akan peduli dengan nyawa petapa itu dan mungkin akan menjatuhkan hukuman mati atas kesalahannya. Karena kebajikan raja semata, dia selamat dari hukuman mati. Semenjak anottappa datang padanya, dia berani melakukan perbuatan amoral, tanpa rasa takut dengan hukuman mati. Pikiran yang muncul bersama dengan kenekadan ini disebut anottapa-citta.

Seperti kumpulan babi yang tidak jijik terhadap kotoran, begitu pula orang yang tidak tahu malu, tidak merasa malu atas perbuatan buruknya. Seperti halnya ngengat yang tidak takut dengan nyala api, begitu pula orang yang tidak mempunyai ottappa (takut akibat berbuat buruk), tidak merasa takut untuk berbuat buruk. (Vibhavini Tika).


(Sumber Buku : Abhidhamma sehari-hari- Ashin Janakabhivamsa)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar