Kamis, Juli 12, 2012

Sigalovada Sutta


SIGALOVADA SUTTA
 (Kotbah kepada pemuda Sigala)

Peraturan kedisiplinan umat awam

Diterjemahkan dari Bahasa Pali ke Bahasa Inggris oleh :Narada Thera
(Kandy: Buddhist Publication Society, 1985)


Demikianlah yang telah saya dengar :
Pada suatu ketika Bhagava sedang berdiam di Hutan Bambu, tempat Pemeliharaan Tupai, dekat Rajagaha.

Pada saat itu, pemuda Sigala, pemuda perumah tangga, bangun awal di pagi hari, meninggalkan Rajagaha, dengan pakaian basah dan rambut basah, menyembah dengan beranjali ke berbagai arah Timur, Selatan, Barat, Utara, Bawah dan Atas.

Kemudian Bhagava, setelah mengenakan jubah di pagi hari, membawa mangkuk dan jubahnya, dan memasuki Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan. Sekarang Beliau melihat pemuda Sigala sedemikian menyembah dan berkata kepadanya sebagai berikut :

"Mengapa engkau, pemuda perumah tangga, bangun awal di pagi hari, meninggalkan Rajagaha, dengan pakaian basah dan rambut basah, menyembah dengan beranjali berbagai arah ini Timur, Selatan, Barat, Utara, Bawah dan Atas?"

"Ayah saya, Bhante, ketika menjelang ajal, berkata kepadaku: Enam arah ini, putraku terkasih, harus kamu sembah. Dan saya, Bhante, menghormati, mengindahkan, menjunjung dan menghargai katakata ayahku itu, bangun awal di pagi hari, dan meninggalkan Rajagaha, dengan pakaian basah dan rambut basah, menyembah dengan beranjali, enam arah ini.”

"Bukan demikian caranya, pemuda perumah tangga, enam arah seharusnya disembah dalam disiplin para Ariya."

"Jadi bagaimana, Bhante, enam arah seharusnya disembah dalam disiplin para Ariya? Alangkah baiknya, Bhante, apabila Bhagava berkenan memberikan ajaran kepada saya yang menunjukkan bagaimana enam arah seharusnya disembah dalam disiplin para Ariya."

"Baiklah, pemuda perumah tangga, dengarkan dan perhatikan dengan baikbaik, Aku akan berbicara." –

"Baik sekali, Bhante," jawab pemuda Sigala.

Dan Bhagava pun berkata sebagai berikut:
"Pemuda perumah tangga, karena siswa Ariya (1) telah melenyapkan empat noda dalam tingkah laku, (2) karena ia tidak melakukan perbuatanperbuatan jahat dalam empat cara, (3) karena  ia  tidak  mengejar  enam  saluran  yang  memboroskan  kekayaan, dengan d emikian, ia menghindari empat belas hal buruk ini, menyelimuti enam  arah, dan memasuki jalan menuju kemenangan di kedua dunia: ia disenangi di dunia ini dan di dunia berikutnya. Pada saat hancurnya tubuh, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam surga yang bahagia.

1)   Apakah empat noda dalam tingkah laku yang telah ia lenyapkan?  
Penghancuran kehidupan, perumah tangga,  adalah noda dan juga pencurian,  perbuatan asusila dan berbohong. Ini adalah empat noda yang telah ia lenyapkan.”

Demikianlah yang dikatakan Bhagava, Dan ketika  Guru telah  berkata demikian,  Beliau berkata lebih lanjut:

"Pembunuhan, pencurian, berbohong dan perbuatan asusila,
Empat kejahatan ini, para bijaksana tidak pernah memuji."

2)   Dalam empat cara yang bagaimana seseorang tidak melakukan perbuatan jahat?
Didorong oleh nafsu keinginan seseorang melakukan kejahatan. Didorong oleh kemarahan
seseorang melakukan kejahatan. Didorong oleh kebodohan seseorang melakukan kejahatan. Didorong oleh rasa takut seseorang melakukan kejahatan. 

Tetapi, karena siswa Ariya tidak terdorong oleh nafsu keinginan, kemarahan, kebodohan, dan rasa takut, ia tidak melakukan kejahatan.”

Demikianlah yang dikatakan Bhagava, Dan ketika Guru telah berkata demikian, Beliau berkata lebih lanjut:

"Siapa pun yang melalui nafsu keinginan, kebencian atau ketakutan, Atau kebodohan melanggar Dhamma, Seluruh keagungannya memudar Bagaikan bulan pada masa bulan gelap

Siapa pun yang melalui nafsu keinginan, kebencian atau ketakutan, Atau kebodohan tidak pernah melanggar Dhamma, Seluruh keagungannya meningkat Bagaikan bulan pada masa bulan terang.

3)  Dan apakah enam saluran yang memboroskan kekayaan yang tidak ia kejar?
  1. gemar minum‐minuman keras yang menyebabkan ketagihan dan kelalaian;
  2. berkeliaran di jalan‐jalan pada waktu yang tidak pantas;
  3. sering berkunjung ke tempat‐tempat pertunjukkan;
  4. gemar berjudi yang menyebabkan kelalaian;
  5. bergaul dengan teman‐teman yang jahat;
  6. kebiasaan bermalas‐malasan.

a)  Pemuda perumah tangga, terdapat enam bahaya akibat gemar minum minuman keras yang menyebabkan ketagihan dan kelalaian:
1.       kehilangan harta kekayaan,
2.       meningkatnya pertengkaran,
3.       mudah terserang penyakit,
4.       memperoleh reputasi buruk,
5.       terlihat tidak sopan,
6.       melemahnya kecerdasan.

b)    Pemuda  perumah tangga, terdapat enam bahaya akibat berkeliaran di jalanjalan pada waktu yang tidak pantas:
1.       dirinya sendiri tidak terlindungi dan tidak terjaga,
2.       istri dan anakanaknya tidak terlindungi dan tidak terjaga,
3.       harta kekayaannya tidak terlindungi dan tidak terjaga,
4.       ia dapat diprasangkai dari perbuatanperbuatan jahat, 
5.       ia menjadi sasaran desasdesus palsu,
6.       ia menjumpai banyak kesulitan.

c) Pemuda perumah tangga, terdapat enam bahaya akibat sering berkunjung ke tempattempat pertunjukkan. Ia selalu berpikir:
1.       di manakah ada taritarian?
2.       di manakah ada nyanyinyanyian?
3.       di manakah ada musik?
4.       di manakah ada pembacaan deklamasi?
5.       di manakah ada permainan tambur?
6.       di manakah ada permainan genderang?

d)    Pemuda perumah tangga, terdapat enam bahaya akibat gemar berjudi:
1.       yang menang dibenci,
2.       yang kalah meratapi harta kekayaan yang telah hilang,
3.       kehilangan harta kekayaan,
4.       katakatanya tidak dapat dihandalkan di pengadilan,
5.       ia dipandang rendah oleh temanteman dan kolegakoleganya,
6.       ia tidak diinginkan sebagai calon menantu, karena orangorang akan berkata bahwa dia adalah seorang penjudi dan tidak sesuai untuk menjaga seorang istri.

e)   Pemuda perumah tangga, terdapat enam bahaya akibat bergaul dengan temanteman yang jahat, yakni: setiap penjudi, setiap orang yang gemar berfoyafoya, setiap pemabuk, setiap pengecoh, setiap penipu, setiap orang yang kasar dan gemar bergaduh adalah teman dan sahabatnya.

f)     Pemuda perumah tangga, terdapat enam bahaya akibat kebiasaan bermalasmalasan. Dia tidak bekerja, dan berkata:
1.       cuaca terlalu dingin,
2.       cuaca terlalu panas,
3.       hari sudah terlalu malam,
4.       hari masih terlalu pagi,
5.       ia terlalu lapar,
6.       ia terlalu kenyang.

Hidup dengan cara demikian, banyak pekerjaan yang tidak terselesaikan, harta kekayaanya tidak menambah, dan harta kekayaan yang telah ia peroleh menjadi habis.”

Demikianlah  yang dikatakan Bhagava, Dan ketika Guru telah berkata demikian, Beliau berkata lebih lanjut:

“Seseorang hanyalah kawan minum; seseorang berkata, ‘teman, teman’ hanya di hadapan muka; seseorang adalah teman dan kolega hanya pada saat yang menguntungkan.

Tidur ketika matahari telah terbit, perbuatan asusila, sifat pemberang, sifat pendengki, temanteman yang jahat, keserakahan – enam penyebab ini menjadi keruntuhan seseorang.

Ia yang memiliki sahabat dan teman yang jahat, menciptakan bahaya bagi dirinya, ia mengalami keruntuhan di kedua dunia – sekarang ini dan yang akan datang.

Judi, wanita, minuman keras, tarian, nyanyian, tidur pada siang hari, berkeliaran pada waktu yang tidak pantas, temanteman yang jahat, keserakahan – sembilan penyebab ini menjadi keruntuhan seseorang.

Ia yang berjudi dan meneguk minuman keras, pergi kepada wanitawanita yang dikasihi orang lain layaknya hidup mereka sendiri, bergaul dengan yang jahat dan bukan dengan yang bijak – ia suram bagaikan bulan pada masa bulan gelap.

Ia yang bermabukmabukan, miskin, melarat, yang masih haus sewaktu minum, pengunjung tetap barbar, tenggelam dalam hutang bagaikan batu dalam air, dengan cepat sekali ia membawa nista pada keluarganya.

Ia yang mempunyai kebiasaan tidur di siang hari, yang berpesta di malam hari, senantiasa bermabukmabukan, dan tidak bermoral, tidak sesuai untuk membina rumah tangga.

Ia yang berkata terlalu panas, terlalu dingin, terlalu malam, dan meninggalkan banyak pekerjaan tidak terselesaikan, kesempatankesempatan baik berlalu dari orang tersebut.

Tetapi ia yang tidak menganggap dingin atau panas lebih dari sebilah rumput dan ia yang mengerjakan kewajibannya dengan perkasa, tidak jatuh dari kebahagiaan.”

"Empat ini, pemuda perumah tangga, harus dipahami sebagai seorang musuh yang berpurapura menjadi seorang teman:
  1. ia yang serakah dengan harta kekayaan milik temannya,
  2. ia yang banyak bicara,
  3. ia seorang penjilat,
  4. ia yang membawa keruntuhan.

1)  Dalam empat cara, pemuda perumah tangga, seorang yang serakah harus dipahami sebagai seorang musuh yang berpurapura menjadi seorang teman:
a.       ia serakah dengan harta kekayaan milik temannya,
b.       ia memberi sedikit dan meminta banyak,
c.       ia melakukan kewajibannya karena takut,
d.       ia berteman demi keuntungannya sendiri.

2) Dalam empat cara, pemuda perumah tangga, seorang yang banyak bicara harus dipahami sebagai seorang musuh yang berpurapura menjadi seorang teman:
a.       ia menyatakan persahabatan di masa lampau,
b.       ia menyatakan persahabatan di masa mendatang,
c.       ia berusaha untuk mendapatkan simpati dengan katakata kosong,
d.      bila kesempatan untuk membantu telah tiba, ia menyatakan ketidaksanggupannya.

3)   Dalam empat cara, pemuda perumah tangga, seorang penjilat harus dipahami sebagai seorang musuh yang berpurapura menjadi seorang teman:
a.       ia menyetujui perbuatanperbuatan jahat temannya,
b.       ia tidak menyetujui perbuatanperbuatan baik temannya,
c.       ia memberi pujian di hadapanmu,
d.       ia berbicara jelek di belakangmu.

4)  Dalam empat cara, pemuda perumah tangga, seorang yang membawa keruntuhan harus dipahami sebagai seorang musuh yang berpurapura menjadi seorang teman:
a.    ia adalah teman dalam hal minumminuman keras yang menyebabkan ketagihan dan
b.       kelalaian,
c.       ia adalah teman dalam hal berkeliaran di jalan jalan pada waktu yang tidak pantas,
d.       ia adalah teman dalam hal mengunjungi tempattempat pertunjukan,
e.       ia adalah teman dalam hal judi yang menyebabkan kelalaian.”

Demikianlah yang dikatakan Bhagava, Dan ketika Guru telah berkata demikian, Beliau berkata lebih lanjut:

“Teman yang serakah dengan harta kekayaan yang lain,
teman yang banyak bicara,
teman yang menjilat,
teman yang membawa keruntuhan,
para bijaksana melihat empat macam orang ini sebagai musuhmusuh,
menghindari mereka dari jauh seakan jalan yang berbahaya.

Empat ini, pemuda perumah tangga, harus dipahami sebagai seorang teman yang berhati tulus:
  1. ia teman penolong,
  2. ia teman pada waktu senang dan susah,
  3. ia teman yang memberi nasehat baik,
  4. ia teman yang bersimpati.

1)    Dalam empat cara, pemuda perumah tangga, seorang teman penolong harus dipahami sebagai seorang teman yang berhati tulus:
a.       ia menjaga dirimu sewaktu engkau lengah,
b.       ia menjaga harta kekayaan milikmu saat engkau lengah,
c.       ia menjadi pelindung dirimu saat engkau dalam bahaya,
d.       apabila diperlukan, ia menyediakan dua kali lipat persediaan dari yang dibutuhkan.

2)  Dalam empat cara, pemuda perumah tangga, seorang teman pada waktu senang dan susah harus dipahami sebagai seorang teman yang berhati tulus:
a.       ia mengungkapkan rahasiarahasianya,
b.       ia menyembunyikan rahasiarahasia dirimu,
c.       dalam kemalangan ia tidak meninggalkan dirimu,
d.       ia bahkan mengorbankan hidupnya demi kepentingan dirimu.

3)  Dalam empat cara, pemuda perumah tangga, seorang teman yang memberi nasehat baik harus dipahami sebagai seorang teman yang berhati tulus:
a.       ia mencegah engkau berbuat jahat,
b.       ia menganjurkan engkau untuk berbuat baik,
c.       ia memberitahukan apa yang belum diketahui,
d.       ia menunjukkan jalan ke surga.

4)  Dalam empat cara, pemuda perumah tangga, seorang teman yang bersimpati harus dipahami sebagai seorang teman yang berhati tulus:
a.       ia tidak bergembira atas kemalanganmu,
b.       ia bergembira atas kesejahteraanmu,
c.       ia mencegah orang lain berbicara jelek tentang dirimu,
d.       ia memuji mereka yang berbicara benar tentang dirimu.

Demikianlah yang dikatakan Bhagava, Dan ketika Guru telah berkata demikian, Beliau berkata lebih lanjut:

“Teman yang penolong,
teman pada waktu senang dan susah,
teman yang memberikan nasehat yang baik,
juga teman yang bersimpati –
para bijaksana melihat empat macam orang ini sebagai temanteman dan menghargai mereka dengan segala ketulusan hati ,
Seperti seorang ibu kepada anaknya sendiri.

Yang bijak dan bermoral baik bersinar seperti api yang menyala.
Ia yang mengumpulkan kekayaan dengan cara yang tidak merugikan
bagaikan lebah yang mengumpulkan madu, 
kekayaan bertambah untuk dirinya
bagaikan bukit semut yang menumpuk cepat.

Dengan kekayaan yang terkumpul dengan cara ini,
seorang awam layak untuk kehidupan berumah tangga,
dalam empat bagian ia membagi kekayaannya:
demikianlah persahabatan dimenangkan.

Satu bagian dipergunakan sesuai dengan keinginan dirinya, 
Dua bagian untuk melangsungkan usahanya,
Bagian keempat ditabung untuk dipergunakan pada saat yang sulit.”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar