Sabtu, Juli 14, 2012

Penderitaan Itu Muncul Karena Kemelekatan


PENDERITAAN ITU MUNCUL KARENA KEMELEKATAN


Secara sederhana Sang Buddha mengatakan bahwa; Penderitaan itu muncul karena kemelekatan. Ia tidak dapat diakhiri didalam Vihara, di dalam hutan, di dalam rumah, atau di pegunungan. Kita harus mengakhiri penderitaan tepat pada sebab dari penderitaan itu sendiri. Apa yang harus kita lakukan ialah menyelidiki dan menemukan bagaimana cara penderitaan muncul di dalam diri kita setiap hari dan dari akarnya bermula. Kemudian kita harus memotong akar tersebut.

Sang Buddha berkata, "Sankhittena pancupadanakkhandha dukkha" (lima kelompok yang terdiri dari fisik dan mental, jika dilekati merupakan penderitaan). Kelompok-kelompok fisik dan mental secara bersama-sama membentuk wujud "orang". Jika di sana ada kemelekatan pada sesuatu sebagai "aku" atau "milikku" maka lima kelompok tersebut menderita. Lima kelompok itu merupakan sebuah beban berat, suatu sumber penderitaan.

Sebagian orang salah memahami apa yang telah dikatakan oleh Sang Buddha dalam Sabdanya , "Kelahiran adalah penderitaan, usia tua adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan", Pengertian mereka terpusat pada kondisi kelahiran, kondisi usia tua, dan kondisi kematian sebagai penderitaan.

Namun kelahiran bukanlah penderitaan, usia tua bukanlah penderitaan, kematian bukanlah penderitaan sejauh tidak ada kemelekatan terhadap "kelahiranku", "usia tuaku", dan "kematianku".  

Pada saat ini kita melekat pada kelahiran, usia tua, kesakitan, dan kematian sebagai "milikku". Jika kita tidak melekat pada hal-hal itu, mereka bukanlah penderitaan, mereka hanyalah perubahan-perubahan secara fisik. Tubuh berubah menjadi demikian, dan kita menyebutnya "kelahiran"; tubuh berubah menjadi demikian, dan kita menyebutnya "usia tua"; tubuh berubah menjadi demikian, dan kita menyebutnya "kematian"; tetapi kita gagal melihatnya sebagai perubahan fisik semata-mata. Kita melihatnya sebagai kelahiran yang nyata, dan kita menyebunya "kelahiranku", "usia tuaku", dan "kematianku". Ini adalah khayalan yang berlipat ganda sebab "aku" adalah sebuah khayalan (yang merupakan titik tolak dari khayalan berikutnya), maka melihat suatu perubahan secara fisik sebagai "kelahiranku", "usia tuaku" adalah khayalan yang berikutnya. Kita gagal melihat bahwa hal-hal ini adalah semata-mata perubahan secara fisik. Sekarang, begitu kita melihat hal-hal ini sebagai perubahan secara fisik semata maka kelahiran, usia tua, dan kematian lenyap bersama dengan lenyapnya "aku". Tidak ada yang namanya "aku" dan kondisi ini bukanlah pendertaan.


**Sumber Petikan:
Dimana kita dapat meletakkan dan Mengakhiri dukkha?
Oleh: Bhikku Buddhadasa







Tidak ada komentar:

Posting Komentar