Jumat, Juli 13, 2012

Maha Parinibbana Sutta (III)


MAHA PARINIBBANA SUTTA ( III )

Sumber :
Maha Parinibbana Sutta,
Editor : Pandita Pannasiri,
Disempurnakan : Cornelis Wowor, MA.,
Diterbitkan oleh CV. Lovina Indah, Jakarta 1989


BAB III

   1. Pada pagi hari, kemudian Sang Bhagava mengambil patta (tempat makan) serta jubahnya, lalu pergi ke Vesali untuk pindapatta (menerima dana makanan). Sesudah mendapat makanan Sang Bhagava makan. Kemudian Sang Bhagava pulang, dan ketika tiba di tempat peristirahatannya, beliau berkata kepada Ananda: 

"Ambillah sebuah tikar, dan marilah kita ke cetiya Capala."

"Baiklah, bhante," jawab Ananda.

Demikianlah, Ananda mengambil sehelai tikar, lalu mengikuti Sang Bhagava. 

   2. Ketika Sang Bhagava tiba di cetiya Capala beliau duduk di tempat yang telah disediakan.

Setelah Ananda duduk di salah satu sisi beliau lalu memberi hormat dengan hidmat. Sang Buddha bersabda kepadanya: "Sungguh menyenangkan Vesali ini Ananda karena banyak cetiyanya, yaitu Udana, Catamala, Sattamabaka, Bahuputta, Sarandada dan Capala."

   3. Sang Bhagava berkata: "Ananda, barang siapa yang telah mengembangkan, mempraktekkan, mempergunakan, mempertahankan, menyelidiki dengan seksama kesempurnaan keempat dasar kekuatan batin, apabila ia menghendakinya maka ia akan dapat hidup selama satu kappa atau sampai akhir dari kappa ini. Sang Tathagata, juga dapat hidup sepanjang kappa atau sampai pada akhir dari kappa ini, jika beliau menghendakinya."

   4. Tetapi Ananda tidak dapat memahami makna dari kata-kata yang diucapkan Sang Bhagava. Karena perhatiannya seakan-akan dipengaruhi oleh Mara, sehingga ia tidak memohon kepada Sang Bhagava dan tidak berkata: "Semoga Sang Bhagava hidup satu kappa, Semoga Sang Tathagata tetap ada di sini sepanjang satu kappa, demi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, demi kasih sayang pada seluruh manusia di dunia, bagi kebaikan mahluk-mahluk dan kebahagiaan para dewa dan manusia."

   5. Namun ketika untuk kedua kali dan ketiga kalinya Sang Bhagava mengulangi ucapannya itu, Ananda tetap diam saja.

   6. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ananda: "Ananda, pergilah dan berbuatlah sesuai dengan kehendakmu."

"Baiklah, bhante," jawab Ananda dan bangkit dari duduknya, memberi hormat dengan penuh hidmat kepada Sang Bhagava, lalu mengundurkan diri. Kemudian Ananda duduk di bawah sebatang pohon yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya.

 
PERMOHONAN SI JAHAT MARA

   
7. Setelah Ananda pergi, tiba-tiba Mara muncul dan mendekati Sang Bhagava. Sambil berdiri, Mara berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, sekarang telah tiba saatnya bagi Sang Bhagava mengakhiri kehidupannya, karena itu biarlah Sang Sugata parinibbana (meninggal). Sesungguhnya saat parinibbana Sang Tathagata telah tiba. Untuk hal ini, Sang Bhagava telah berkata kepada kami: 'Mara, kami tidak akan memenuhi ajakanmu, sebelum para bhikkhu, bhikkhuni, upasaka dan upasika yang menjadi siswa-siswaku yang benar-benar bijaksana dalam melaksanakan peraturan yang benar, cakap dan terpelajar, memelihara dhamma, hidup sesuai dengan dhamma, berpegang teguh pada pimpinan yang telah ditetapkan, dan telah mempelajari kata-kata Sang Guru, dapat menerangkannya, mengkhotbahkannya, mengumumkannya, menyusunnya, mengartikannya, menerangkannya secara seksama, dan membuatnya menjadi jelas, sehingga apabila timbul kemudian pendapat-pendapat yang bertentangan dengan mereka, mereka dapat memberi penjelasan dengan sempurna sehingga dapat menimbulkan keyakinan pada setiap orang bahwa dhamma ini memberikan kebebasan terakhir.'

   8. Sekarang, para bhikkhu dan bhikkhuni, upasaka dan upasika yang menjadi siswa-siswa Sang Bhagava telah melaksanakan hal itu. Maka sudah waktunya Sang Bhagava mengakhiri kehidupan ini. Sang Sugata dapat dengan bebas meninggalkan dunia ini. Telah tiba saatnya bagi Sang Bhagava parinibbana. Walaupun sama dengan kata-katanya ketika ia berkata: 'Kami tidak akan memenuhi ajakanmu Mara, sebelum kehidupan suci yang kami ajarkan memperoleh hasil yang baik, tersebar luas dan dihayati dengan benar oleh para dewa dan manusia. Hal ini juga telah berlangsung tepat seperti yang dicita-citakan itu. Maka sudah waktunya Sang Bhagava mengakhiri kehidupan ini. Sang Sugata dapat dengan bebas meninggalkan dunia ini. Telah tiba saatnya bagi Sang Bhagava parinibbana.'

 
SANG BHAGAVA MELANJUTKAN KEHIDUPANNYA

   
9. Setelah hal ini diucapkan, Sang Bhagava berkata kepada Mara: "Mara, jangan kau menyusahkan dirimu. Saat parinibbana Sang Tathagata belum tiba, tiga bulan lagi Sang Tathagata akan mangkat, parinibbana.

   10. Demikianlah di cetiya Capala, Sang Bhagava dengan penuh perhatian dan pengertian yang benar telah menetapkan keinginannya untuk melanjutkan kehidupannya. Akibat dari pernyataan Sang Bhagava tentang kemauannya untuk melanjutkan kehidupannya itu maka terjadilah gempa bumi yang menakutkan, sangat dahsyat dan menyeramkan, serta halilintar menyambar-nyambar. Sang Bhagava, memandangnya dengan penuh pengertian serta mengucapkan kata-kata ini:

"Penyebab kehidupan yang kecil maupun yang tak terbatas dari lingkaran kehidupan telah diputuskan oleh pertapa. Dengan kegembiraan dan ketenangan, ia terbebas dari penyebab kelahirannya, bagaikan ia merobek sampul surat."

   11. Lalu terlintaslah pada pikiran Ananda: "Benar-benar mengherankan, dan sangat luar biasa. Bumi bergetar begitu hebatnya sungguh sangat menakutkan, dahsyat dan menyeramkan. Apakah sebabnya dan apa alasannya sehingga gempa bumi yang dahsyat terjadi ?"

 
DELAPAN SEBAB GEMPA BUMI

   
12. Kemudian Ananda mendekati Sang Bhagava, lulu duduk pada tempat yang telah tersedia, kemudian ia berkata kepada Sang Buddha: "Bhante, mengherankan dan sangat luar biasa, bumi bergetar begitu hebatnya dan sangat menakutkan. Apakah sebabnya dan alasannya sehingga gempa bumi yang dahsyat itu dapat terjadi? Mohon kami diberi penjelasan."

   13. Kemudian Sang Bhagava berkata: "Ananda, ada delapan sebab atau ada delapan alasan sampai terjadinya suatu gempa bumi yang dahsyat itu. Apakah delapan sebab musabab itu?

"Bumi yang luas ini terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada di angkasa. Apabila udara bertiup dengan dahsyatnya, maka zat cair terguncang.

Keguncangan zat cair ini menyebabkan bumi bergetar. Inilah sebab pertama timbulnya gempa bumi yang maha dahsyat itu.

   14. Demikian pula Ananda, apabila seorang pertapa atau brahmana yang memiliki kekuatan batin maha besar, seseorang yang telah memperoleh kekuatan untuk mengendalikan pikirannya, atau sesosok dewata yang maha kuasa, yang maha tahu, mengembangkan pemusatan pikirannya yang hebat pada unsur bumi ini, dan pada suatu tingkatan yang tak terhatas pada unsur zat cair, ia juga dapat mengakibatkan bumi bergetar, goyah serta bergoyang. Inilah sebab yang kedua sampai timbulnya gempa bumi yang maha dahsyat itu.

   15-20. Ananda, apabila Sang Bodhisattva meninggalkan alam surga Tusita dan lahir melalui rahim (kandungan) seorang ibu yang penuh pengertian dan perhatiannya yang benar. Apabila Sang Tathagata mencapai kesempurnaan yang maha sempurna yang tak ada yang menyamainya, sungguh luar biasa sempurnanya atau apabila Sang Tathagata memutar Dharmacakra, - apabila Sang Tathagata telah bertekad untuk meneruskan hidupnya atau - apabila Sang Tathagata telah tiba saatnya mangkat, parinibbana, di mana tiada tersisa suatu unsur keinginan, maka semuanya ini akan menyebabkan bumi yang besar ini bergetar, goyah dan bergoncang.

Inilah delapan alasan atau sebab musabab bagi terjadinya suatu gempa bumi."

 
DELAPAN MACAM PERHIMPUNAN

   21. "Ananda, ada delapan macam perhimpunan, yaitu Perhimpunan para kesatriya, para brahmana, orang-orang berumah tangga, para pertapa, para dewa Catummaharajika, para dewa Tavatimsa, para Mara dan para dewa Brahma.

   22-23. Ananda, kini kami ingat bagaimana kami telah pernah menghadiri undangan dari kedelapan persidangan yang masing-masing dihadiri oleh beratus-ratus orang itu. Sebelum dimulai percakapan atau pembahasan, kami membuat wajahku mirip dengan wajah mereka, suaraku menyerupai suara mereka. Demikianlah kami mengajarkan mereka mengenai Dhamma, dan hal ini memberikan manfaat dan kegembiraan kepada mereka. Meskipun demikian, tatkala kami sedang memberikan Dhamma kepada mereka, mereka tak mengetahui siapa sebenarnya kami ini, dan mereka saling bertanya pada kawan-kawannya, "Siapa gerangan yang sedang berbicara kepada kita? Apakah gerangan ia seorang manusia atau dewa?" tanya mereka.

   Sesudah Sang Bhagava mengajarkan Dhamma dan telah membimbing mereka, mereka menyadari manfaatnya dan gembira, lalu kami pergi. Setelah kami meninggalkan mereka, mereka belum juga mengetahui tentang kami, mereka saling bertanya: "Siapakah gerangan dia yang telah pergi itu? Apakah dia manusia atau dewa?" Ananda, begitulah delapan macam perhimpunan itu."

 
DELAPAN BIDANG PENGUASAAN

   24. "Ananda, ada delapan lapangan Penguasaan. Apakah delapan hal itu?

   25. Apabila seorang dapat mencerap bentuk-bentuk secara subyektip, melihat bentuk-bentuk yang terbatas baik atau buruk yang ada di luar dirinya sendiri dan menguasai semua itu, sadar bahwa ia melihat dan mengetahui semua itu sebagaimana adanya, inilah bidang penguasaan yang pertama.
   26. Apabila seorang dapat mencerap bentuk-bentuk secara subyektip melihat bentuk-bentuk yang tak terbatas baik atau buruk yang ada di luar dirinya sendiri dan menguasai semua itu, sadar bahwa ia melihat dan mengetahui semua itu sebagaimana adanya, inilah bidang-bidang penguasaan yang kedua.

   27. Apabila orang tidak dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pencerapan secara subyektip, melihat bentuk-bentuk yang kecil, baik atau buruk yang ada di luar dirinya sendiri, dan menguasai semua itu, sadar bahwa ia melihat dan mengetahui semua itu sebagaimana adanya, inilah bidang penguasaan yang ketiga.

   28. Apabila seseorang tidak dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pencerapan secara subyektip, melihat bentuk-bentuk yang besar, baik atau buruk yang ada di luar dirinya sendiri dan menguasai semua itu, sadar bahwa ia melihat dan mengetahui semua itu sebagaimana adanya, inilah bidang penguasaan yang keempat.

   29. Apabila seseorang, tidak dipengaruhi oleh bentuk pencerapan secara subyektip, melihat bentuk-bentuk yang ada di luar dirinya sendiri yang berwarna biru dalam warnanya, dari suatu cahaya kebiru-biruan seperti bunga tanaman rami, atau seperti kain dari Benares yang halus yang dicelup kedua sisinya, biru-biru dan hitam biru. Apabila seseorang seperti itu dan menguasai semua itu, sadar bahwa ia melihat dan mengetahui semua itu sebagaimana adanya, inilah yang dinamakan bidang penguasaan yang kelima.

   30. Apabila seseorang tidak mencerap bentuk-bentuk pencerapan secara subyektip, melihat bentuk-bentuk di luar dirinya yang berwarna kekuning-kuningan, kuning warnanya, dari kilauan kuning seperti bunga Kanikata, atau seperti kain yang halus dari Benares yang diwarnai kedua sisinya dengan kuning, warna kuning, dari suatu cahaya kuning. Apabila seseorang seperti itu melihat bentuk-bentuk yang ada di luar dirinya sendiri, dalam warna kuning, dan menguasai semua itu, sadar bahwa ia melihat dan melihat semua itu sebagaimana adanya, inilah bidang penguasaan yang keenam.

   31. Apabila seseorang tidak dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pencerapan secara subyektip, melihat bentuk-bentuk yang ada di luar dirinya yang berwarna merah, dalam warna merah, dari suatu cahaya merah sebagai bunga Bandhuyivaka, atau seperti kain yang halus dari Benares yang diwarnai kedua sisinya dengan merah, merah warnanya dari suatu cahaya merah. Apabila seorang seperti itu melihat bentuk-bentuk di luar dirinya sendiri yang berwarna merah dan menguasai semua itu dengan sadar bahwa ia melihat dan mengetahui semua itu sebagaimana adanya, inilah bidang penguasaan yang ketujuh.

   32. Apabila seseorang tidak dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pencerapan secara obyektip, melihat bentuk-bentuk di luar dirinya sebagai warna putih dalam warna putih, dari suatu cahaya putih seperti bintang Oshadi, atau seperti kain halus dari Benares yang diwarnai kedua sisinya dengan putih, warna putih, dengan sinar putih. Apabila seseorang seperti itu melihat bentuk-bentuk di luar dirinya sendiri yang berwarna putih dan menguasai semua itu, sadar bahwa ia menyerap dan mengetahui semua itu sebagaimana adanya. Inilah bidang penguasaan yang kedelapan.
Ananda, inilah delapan bidang penguasaan."


DELAPAN KEBEBASAN (VIMOKHA)

   33. "Ananda, ada delapan Kebebasan. Apakah ke delapan itu ?

Dari kita ini mempunyai bentuk-bentuk dan orang yang menyadari bentuk-bentuk tersebut ia telah mencapai Kebebasan yang pertama.

Dengan tak memperhatikan bentuk-bentuk pada dirinya sendiri, dan orang yang dapat menyerap bentuk di luar dirinya, ia telah mencapai Kebebasan yang kedua.

Di waktu seorang melihat keindahan, ia menyadari keindahan itu, ia telah mencapai Kebebasan yang ketiga.

Dengan mengatasi semua penyerapan dari materi dengan lenyapnya semua penyerapan dari reaksi terhadap perasaan, dan dengan tidak memperhatikan segala macam penyerapan-penyerapan lainnya, orang lalu menjadi sadar dan mencapai kebebasan serta berdiam di dalam keadaan ruang yang tak terbatas berarti ia telah mencapai Kebebasan yang keempat.

Dengan mengatasi seluruh keadaan dari ruang yang tak terbatas, orang menjadi sadar dan mencapai kebebasan, serta berdiam di dalam keadaan kesadaran tak terbatas; berarti orang itu telah mencapai Kebebasan yang kelima.

Dengan mengetahui seluruh keadaan dari kesadaran tak terbatas, orang menjadi sadar dan mencapai kebebasan serta berdiam di dalam keadaan kekosongan. Ini berarti ia telah mencapai Kebebasan yang keenam.

Dengan mengatasi seluruh keadaan dari kekosongan, orang menjadi sadar dan mencapai kebebasan serta berdiam di dalam keadaan yang bukan penyerapan pun tidak bukan penyerapan, ini berarti ia telah mencapai Kebebasan yang ketujuh.

Dengan mengatasi seluruh keadaan yang bukan penyerapan pun juga yang tidak bukan penyerapan, orang mencapai kebebasan dan berdiam di dalam penghentian dari seluruh penyerapan dan perasaan, ini berarti orang itu mencapai Kebebasan yang kedelapan.

Ananda, inilah delapan Kebebasan itu."

 
GODAAN MARA PADA WAKTU YANG LALU

   34. "Ananda, pada suatu waktu ketika kami berdiam di Uruvela, di tepi sungai Neranjara, di bawah pohon beringin, sejenak sesudah aku mencapai Penerangan Sempurna, Mara si jahat, telah datang mendekati aku dan berdiri pada salah satu sisi, lalu berkata kepadaku: 'Kini, bhante, kiranya Sang Bhagava sudah sampai saatnya untuk mengakhiri kehidupannya, kiranya Sang Sugata akan segera wafat. Sebenarnya saatnya telah tiba untuk Tathagata parinibbana.'

   35. Kemudian aku menjawab demikian: 'Aku tak akan mengakhiri hidupku, Mara, sebelum para bhikkhu dan bhikkhuni, para umat pria serta wanita, telah menjadi siswa-siswaku yang baik, yang sejati dan bijaksana, berdisiplin dan tertib, cerdas dan terpelajar, sanggup memelihara ajaran dhamma, hidup sesuai dengan dhamma, taat pada pimpinan yang baik dan mengerti ucapan Sang Guru, dapat menerangkan, mengkhotbahkan, mengumumkan, menyusun, menafsirkannya, membahas dengan teliti dan menjelaskannya, sehingga mereka semuanya dapat memberikan sanggahan apabila timbul pendapat-pendapat yang keliru, dapat memberi penjelasan dengan baik dan bijaksana, dan dapat menyampaikan dhamma yang penuh dengan keyakinan serta memberi kebebasan.

Mara, aku tak akan mengakhiri hidupku, sebelum kehidupan suci yang akan kuajarkan dapat berhasil dengan baik dan sejahtera, terkenal, dan tersebar luas, sebelum ini diketahui dengan benar-benar oleh para dewa dan manusia.'

   36. Ananda, dalam waktu enam hari ini di cetiya Capala, si jahat Mara, mendekati aku, berdiri pada salah satu sisi, dan berkata kepadaku demikian: 'Kini, bhante, para bhikkhu dan bhikkhuni, para umat pria dan wanita, telah menjadi siswa yang sejati Sang Bhagava, bijaksana, teratur baik, cerdas dan terpelajar, memelihara Dhamma hidup sesuai dengan Dhamma, taat pada pimpinan yang baik, dan telah mempelajari ucapan-ucapan Sang Guru, telah dapat menerangkan, mengkotbahkan, mengumumkan, menyusun, menerangkan dengan seksama dan menjelaskan sehingga bila nanti ada pendapat yang keliru mereka akan dapat menyanggahnya dengan baik dan bijaksana dan mereka telah dapat mengkotbahkan Dhamma yang meyakinkan serta memberi mereka kebebasan.

Kini kehidupan suci yang diajarkan Sang Bhagava telah berhasil dengan baik, terkenal dan tersebar luas. Juga telah dibabarkan dengan baik kepada para dewa dan manusia. Oleh karena itu, telah tiba saatnya bagi Sang Bhagava untuk mengakhiri hidupnya. Biarlah Sang Bhagava segera wafat, karena sebenarnya telah tiba saatnya Yang Mulia parinibbana.'

   37. 'Ananda, kemudian aku menjawab kepada si jahat Mara itu demikian: 'Janganlah kau sulitkan dirimu, Mara, saat parinibbana Sang Tathagata pasti akan tiba. Ketahuilah bahwa tiga bulan lagi, Sang Tathagata akan mangkat-sirna-wafat.'

Ananda, sebenarnya pada hari ini, di tempat nan suci ini, Sang Tathagata telah bertekad untuk melepaskan hidupnya.'


PERMOHONAN ANANDA

  
38. Mendengar ucapan-ucapan tersebut, Ananda lalu berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, semoga Sang Bhagava selalu berada di dunia ini; Semogalah Yang Berbahagia tetap di sini sepanjang masa, demi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Kasihanilah dunia demi kebaikan mahluk-mahluk semuanya dan demi kebahagiaan para dewa serta manusia."

   39. Sang Bhagava lalu menjawab demikian: "Cukuplah Ananda, janganlah menahan Sang Tathagata, karena waktunya sudahlah terlambat, untuk permintaan semacam itu."

Tapi untuk kedua dan ketiga kalinya, Ananda memohon kepada Sang Bhagava: "Bhante, semoga Sang Bhagava tetap berada di dunia ini, semoga Yang Berbahagia tetap di sini sepanjang masa; demi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Kasihanilah dunia, demi kebaikan semua mahluk dan kebahagiaan para dewa serta manusia."

Sang Bhagava lalu berkata: "Ananda, apakah kamu mempunyai keyakinan terhadap buah hasil Penerangan sejati dari Sang Tathagata?"

Ananda menjawab: "Bhante, kami sangat yakin."

"Ananda, kalau begitu, mengapa kamu mengganggu Sang Tathagata sampai tiga kali?"

   40. Ananda menjawab: "Dari mulut Sang Tathagata sendiri kami telah mendengar: 'Barang siapa yang telah mengembangkan, mempraktekkan, menggunakan, memelihara, menyelidiki dengan seksama dan menguasai empat iddhipada (dasar kekuatan batin), maka ia dapat menggunakan iddhipada itu sebagai alat dan dasar dan bila ia ingin, ia dapat mempertahankan kehidupannya selama satu kappa atau selama sebagian kappa yang masih berlangsung.' Sekarang Sang Tathagata telah mempraktekkan dan mengembangkan iddhipada itu dengan sempurna, maka ia dapat dan bila ia ingin, ia dapat hidup selama satu kappa atau selama bagian dari kappa yang masih berlangsung."

"Ananda, apakah kamu mempercayainya?"

"Ya, kami mempercayainya, bhante," jawab Ananda.

"Ananda, dengan demikian kesalahan ada padamu. Karena dalam hal ini kamu telah gagal memahami saran yang sederhana dan bermakna serta dorongan yang berarti yang diberikan oleh Sang Tathagata, maka seharusnya kamu tidak memohon beliau untuk tetap berada di sini. Jika pada waktu yang lalu kamu memohon seperti itu, untuk kedua kali Sang Tathagata mungkin menolaknya, tetapi untuk yang ketiga kalinya ia mungkinkan menyetujuinya. Ananda, oleh karena itu, kesalahan ada padamu, maka permohonanmu sekarang adalah sia-sia."

41. "Ananda, di Rajagaha, ketika kita sedang berdiam di puncak Gijjhakuta, kami telah berkata kepadamu: 'Ananda, menyenangkan Rajagaha ini, menyenangkan pula puncak Gijjhakuta ini. 
Barang siapa yang telah mengembangkan, mempraktekkan, menggunakan, memelihara, menyelidiki dengan seksama dan menguasai empat iddhipada (dasar kekuatan batin), maka ia dapat menggunakan iddhipada itu sebagai alas dan dasar, bila ia ingin, ia dapat mempertahankan kehidupannya selama satu kappa atau selama bagian dari kappa yang masih berlangsung. Tapi kamu tidak dapat memahami saran yang sederhana dan bermakna serta dorongan yang berarti yang diberikan oleh Sang Tathagata .... Ananda, oleh karena itu, kesalahan adalah padamu, maka permohonanmu sekarang adalah sia-sia."

   42. "Begitu pula ketika kami berdiam di Gotama Nigrodha, Rajagaha ... di Corapapato, Rajagaha ... di goa Sattapanni pada lereng gunung Vebhara, Rajagaha ... di Kalasila pada lereng gunung Isigali, Rajagaha ... di hutan Sitavana dalam goa gung Sappasondika, rajagaha ... di Tapodarama, Rajagaha ... di Veluvana Kalandaka, Rajagaha ... di Ambavana milik Jivaka, Rajagaha ... dan di taman rusa Maddakucchi, Rajagaha.

   43. Ananda, pada tempat-tempat itu kami mengatakan: 'Menyenangkan Rajagaha ini .... dan menyenangkan semua tempat ini.

   44. Barang siapa yang telah mengembangkan, mempraktekkan, menggunakan, memelihara, menyelidiki dengan seksama dan menguasai empat iddhipada (dasar kekuatan batin), maka ia dapat menggunakan iddhipada itu sebagai alat dan dasar, bila ia ingin, ia dapat mempertahankan kehidupannya selama satu kappa atau selama bagian dari kappa yang masih berlangsung. Tapi, kamu tidak memahami saran yang sederhana dan bermakna serta dorongan yang berarti yang diberikan oleh Sang Tathagata .... Ananda, oleh karena itu, kesalahan ada padamu, maka permohonanmu sekarang adalah sia-sia."

   45-47. "Demikian pula di Vesali, pada waktu tertentu Sang Tathagata telah berkata kepadamu: 'Ananda, menyenangkan sekali Vesali ini, menyenangkan Cetiya Udena, Gotamaka, Sattamba, Bakuputta, Sarandada dan Capala.'

'Barang siapa yang telah mengembangkan, mempraktekkan, mempergunakan, meneguhkan, memelihara, menyelidiki dan menyempurnakan empat dasar kekuatan batin, jika ia menghendaki, ia dapat tetap hidup di sini sepanjang masa, atau sampai akhir dunia ini.'

Sang Tathagata telah melakukan hal itu. Oleh karena itu Sang Tathagata, apabila menghendakinya, dapatlah tetap berada di sini sepanjang masa atau sampai di akhir dunia ini."

Ananda, tapi kau tak dapat memahami saran yang sederhana dan bermakna serta dorongan yang berarti yang diberikan oleh Sang Tathagata, maka seharusnya kau tidak memohon beliau untuk tetap berada di sini. Jika pada waktu yang lalu kamu memohon seperti itu, untuk kedua kali Sang Tathagata mungkin menolaknya, tetapi untuk ketiga kalinya mungkin akan menyetujuinya. Ananda, oleh karena itu kesalahan ada padamu maka permohonanmu sekarang adalah sia-sia."

   48. "Ananda, lagi pula apakah kami belum pernah mengajarkan bahwa sejak permulaan bahwa segala sesuatu yang disenangi atau dicintai mesti akan berubah, berpisah dan berjauhan? Segala sesuatu yang timbul menjadi atau lahir terwujud di dalam perpaduan, dicengkeram oleh kelapukan, bagaimana orang akan dapat berkata: 'Semoga ini tidak menjadi hancur.' Hal itu tak mungkin dapat terjadi. Dalam hal ini, yang telah diselesaikan oleh Sang Tathagata, dan hal ini yang telah dilepaskan, dibuang, ditinggalkan dan ditolak beliau yaitu keinginan untuk hidup. Kata-kata Sang Tathagata yang telah diucapkan satu untuk semuanya: 'Lama sebelum parinibbana Sang Tathagata akan wafat. Demikianlah, bahwa Sang Tathagata akan menarik kata-kata yang telah diucapkannya untuk meneruskan kehidupannya adalah suatu hal yang tidak mungkin.'

"Ananda, marilah kita pergi ke Kutagara Sala di Mahavana."

"Baiklah, bhante," jawab Ananda.


NASEHAT YANG TERAKHIR

   49. Kemudian Sang Bhagava dengan diiringi oleh Ananda pergi ke Kutagara Sala, di Mahavana. Di sana beliau berkata kepada Ananda: "Ananda, sekarang pergilah dan himpunlah para bhikkhu yang tinggal di sekitar Vesali di ruang dhammasala."

 "Baiklah, bhante," jawab Ananda dan ia memanggil para bhikkhu yang berdiam di sekitar Vesali dan menghimpun mereka di ruangan Dhammasala. Kemudian, Sang Bhagava sambil berkata: "Bhante, bhikkhu Sangha telah berkumpul. Sekarang terserah kepada Sang Bhagava."

   50. Demikianlah Sang Bhagava memasuki ruangan Dhammasala dan duduk pada tempat yang telah disediakan, lalu beliau menasehati para bhikkhu demikian: "Kini, para bhikkhu, kami katakan kepada kalian bahwa dhamma ini merupakan pengetahuan yang langsung, yang telah kuajarkan kepada kalian semuanya. Seharusnya kalian mempelajari benar-benar, pelihara, kembangkan dan praktekkan, dengan berulang-ulang. Dengan demikian kehidupan yang suci akan terwujud, dan semoga dapat berlangsung lama demi kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia, demi welas asih pada dunia ini, untuk kebahagiaan semua, kemakmuran dan kesejahteraan para dewa dan manusia.

Para bhikkhu apakah sesungguhnya dhamma yang telah kuajarkan? Pelajaran itu meliputi keempat usaha yang benar, keempat dasar kekuatan batin, kelima bakat batin, keenam kekuatan, ketujuh faktor penerangan sejati, dan jalan mulia berunsur delapan. Para bhikkhu, semua ini adalah dhamma yang merupakan pengetahuan yang langsung yang telah kuajarkan kepada kalian yang seharusnya dipelajari sebaik-baiknya, dipelihara, dikembangkan, dan diamalkan berulang kali. Dengan demikian kehidupan suci itu akan dapat diwujudkan dan semoga hal itu semua berlangsung lama demi kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia berdasarkan kasih sayang pada dunia ini, untuk kebaikan mahluk-mahluk dan kebahagiaan para dewa dan manusia.

   51. Lalu Sang Bhagava bersabda kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, demikianlah, aku nasehati kalian bahwa segala sesuatu adalah mengalami perubahan dan kehancuran. Oleh karena itu berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Saatnya Sang Tathagata parinibbana. Tiga bulan lagi Sang Tathagata akan wafat.

Setelah selesai mengucapkan kata-kata ini, Sang Sugata berkata lagi demikian : "Umurku kini telah mencapai puncaknya, jangka waktu hidupku sudah sampai. Perpisahan akan terjadi, aku akan pergi meninggalkan kalian, aku akan pergi sendiri. Tekunlah dengan sungguh-sungguh, para bhikkhu, dan hiduplah selalu dengan sadar. Jalankan kebajikan dan kehidupan yang suci. Dengan keteguhan hati yang tak tergoyangkan, jagalah pikiranmu. Barang siapa yang dapat menghayati dan mengamalkan Dhamma-Vinaya tak mengenal lelah akan dapat mengatasi lingkaran tumimbal lahir ini dan akan dapat mengakhiri semua penderitaan."

Selanjutnya ===> Maha Parinibbana Sutta (IV)

2 komentar:

  1. air mata menetes sendiri setelah baca ne post
    mantap gan
    thx y :D

    BalasHapus
  2. Ternyata ada juga yang spt.saya..."terharu" ketika membaca Sutta ini...:)

    Sama-sama terima kasih.

    BalasHapus