TINGGALKANLAH
KEJAHATAN !
Ada sebuah cerita di dalam Dhammapada Atthakatta tentang
seorang upasaka yang bernama Mahakala, dia telah melakukan kebajikan tetapi
ketika karma buruknya berbuah ,dia tetap tidak bisa menghindarnya. Ceritanya
seperti ini :
Pada suatu hari uposatha, Mahakala pergi ke Vihara Jetavana.
Hari itu ia melaksanakan delapan peraturan moral (athasila) dan mendengarkan
khotbah Dhamma sepanjang malam.
Pada malam hari itu juga beberapa pencuri masuk menyusup ke
dalam sebuah rumah. Pemilik rumah terbangun dan mengejar para pencuri.
Pencuri-pencuri itu berlarian ke segala arah. Beberapa pencuri berlarian ke
arah vihara. Mereka berlari mendekat vihara.
Pada saat itu Mahakala sedang mencuci muka di tepi kolam
dekat vihara. Pencuri-pencuri itu meninggalkan barang curiannya di depan
Mahakala dan kemudian mereka berlari pergi. Ketika pemilik barang tiba di
tempat itu, mereka melihat Mahakala dengan barang curian. Mengira bahwa
Mahakala adalah salah seorang pencuri, mereka berteriak ke arahnya, mengancamnya
dan memukulnya dengan keras. Mahakala meninggal dunia di tempat itu. Pada pagi
harinya, ketika beberapa bhikkhu muda dan samanera-samanera dari vihara pergi
ke kolam untuk mengambil air, mereka melihat mayatnya dan mengenalinya.
Sekembali mereka ke vihara, mereka melaporkan hal yang
dilihatnya kepada Sang Buddha. "Bhante, seorang upasaka di vihara yang
telah mendengarkan khotbah Dhamma sepanjang malam ditemukan telah meninggal
dunia secara tidak pantas".
Kepada mereka Sang Buddha menjawab,
"Para bhikkhu, jika kalian hanya mengetahui perbuatan
baik yang telah ia lakukan pada kehidupan saat ini, tentunya ia tidak akan
ditemukan meninggal dunia secara tidak layak. Tetapi kenyataannya, ia harus
menerima akibat perbuatan jahat yang telah ia lakukan pada kehidupan lampaunya.
Pada salah satu kehidupan lampaunya, ketika ia sebagai salah
seorang anggota istana kerajaan, ia jatuh cinta pada istri orang lain dan
memukul suami wanita tersebut sehingga suami itu meninggal dunia. Oleh karena
perbuatan jahatnya, pasti akan membuat seseorang menderita, bahkan dapat
mengakibatkan kelahiran kembali dalam salah satu dari empat alam penderitaan
(apaya)".
Apa yang kita bisa
ambil dari cerita di atas?
Salah satu hal yang bisa kita ambil makna dari cerita di atas
adalah kita harus sering-sering melakukan suatu kebaikan, kita harus mengurangi
setiap perilaku kita yang bisa menimbulkan hal yang tidak baik. Karena sudah
jelas sekali bahwa setiap perbuatan walau sekecil apapun juga pasti akan
mendapatkan hasil yang sesuai dengan perbuatannya. Seseorang yang sering
mencuri pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal, seseorang yang sering melakukan
puja bhakti di Vihara pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal, begitu pula
dengan seseorang yang sering berdana pasti akan mendapatkan hasil yang
setimpal. Jangan pernah berpikir kalau perbuatan kita tidak akan berbuah,
walaupun sekecil apapun perbuatan itu pasti akan mendapatkan hasil yang
setimpal. Misalnya apabila kita selalu tersenyum ketika bertemu dengan orang
lain, maka kita akan di sukai oleh orang-orang yang ada disekitar. Hanya karena
tersenyum kita bisa mendapatkan hasil yang baik apalagi kita melakukan hal yang
lebih dari sekedar senyuman.
Tentu untuk melakukan perbuatan bajik penuh dengan
kesulitan, tetapi apabila kita sudah yakin dengan perbuatan kita maka kita
tidak akan mundur dalam melakukan perbuatan yang baik dan tentu saja kita
kurangi setiap perbuatan kita yang tidak baik.
Sang Buddha telah mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan
kejahatan, Beliau mengatakan ;
Tinggalkanlah kejahatan, O para bhikkhu!
Para bhikkhu, manusia dapat meninggalkan kejahatan.
Seandainya saja manusia tidak mungkin meninggalkan
kejahatan,
aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya.
Tetapi karena hal itu dapat dilakukan ,
maka kukatakan, "Tinggalkanlah kejahatan!"
Seandainya saja meninggalkan kejahatan ini akan membawa
kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menyuruh kalian meninggalkan
kejahatan.
Tetapi karena meninggalkan kejahatan membawa kesejahteraan
dan kebahagiaan,
maka kukatakan , "Tinggalkanlah kejahatan!"
Kembangkanlah kebaikan, O para bhikkhu!
Para bhikkhu, manusia dapat mengembangkan kebaikan.
Seandainya saja manusia tidak mungkin mengembangkan
kebaikan,
maka aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya.
Tetapi karena hal itu dapat dilakukan,
maka kukatakan, "Kembangkanlah kebaikan!"
Seandainya saja pengembangan kebaikan ini akan membawa
kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menyuruh kalian mengembangkannya.
Tetapi karena mengembangkan kebaikan membawa kesejahteraan
dan kebahagiaan, maka kukatakan, "Kembangkanlah kebaikan!"
( Anguttara Nikaya .2,19
)
Demikianlah, Sang Buddha telah memberikan penjelasan kepada
kita bahwa kita bisa meninggalkan semua hal yang buruk di dalam diri kita, kita
bisa mengurangi perbuatan buruk dalam diri kita, kita bisa meminimalkan
perbuatan buruk yang ada dalam diri kita. Namun, apakah itu saja sudah cukup?
Tentu tidak, karena selain itu kita harus sering melaksanakan perbuatan yang
baik.
Pada kesimpulannya kita harus mengurangi setiap perbuatan
buruk yang akan kita lakukan dan menambah perbuatan-perbuatan bajik yang bisa
membuat kita bahagia.
Sang Buddha pernah bersabda :
Kejahatan yang dilakukan oleh diri sendiri,
timbul dari diri sendiri disebabkan oleh diri sendiri,
akan menghancurkan orang bodoh,
bagaikan intan memecah permata yang keras.
( Dhammapada .161 )
Kita tentu tidak ingin menjadi orang yang bodoh, orang yang
selalu berbuat kesalahan karena hal itu hanya akan menambahkan penderitaan kita
yang baru. Kita harus selalu menjadi orang yang penuh kesadaran dalam setiap
hal yang akan kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar