ANGIN DAN BULAN
(Persahabatan)
Pada suatu ketika, ada dua teman baik yang hidup bersama di
sebuah tempat berteduh dari batu. Ini mungkin terlihat aneh, satunya adalah
seekor singa dan yang satu lagi seekor macan. Mereka sudah bertemu sejak mereka
masih terlalu muda untuk mengetahui perbedaan antara singa dan macan. Jadi
mereka tidak berpikir sama sekali kalau persahabatan mereka itu luar biasa.
Ditambah lagi, tempat itu adalah bagian dari gunung-gunung yang tentram. Barang
kali karena pengaruh dari seorang bhikkhu hutan lemah lembut yang tinggal di
dekat tempat itu. Ia adalah seorang petapa yang tinggal jauh dari penduduk.
Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, suatu hari dua
orang teman tersebut masuk ke dalam perbedaan pendapat yang bodoh. Si Macan
berkata, “Setiap orang tahu kalau rasa dingin datang ketika bulan susut dari
purnama ke bulan mati.” Si Singa berkata, “Dari mana kau mendengar omong kosong
tersebut?” “Setiap orang tahu kalau rasa dingin datang ketika bulan bertambah
besar dari bulan mati ke purnama!”
Percecokan itu menjadi kuat dan kuat. Tidak ada satu pun yang
dapat menyakinkan yang lainnya. Mereka tidak dapat menghasilkan kesimpulan apa
pun untuk menyelesaikan perdebatan yang semakin membesar itu. Mereka bahkan
mulai memanggil nama masing-masing satu sama lainnya! Khawatir akan
persahabatannya, mereka memutuskan untuk pergi dan bertanya kepada bhikkhu
hutan terpelajar yang pasti akan tahu tentang hal semacam itu.
Singa dan macan Mengunjungi si petapa yang penuh ketenangan,
mereka menunduk memberi hormat dan menanyakan pertanyaan mereka kepadanya. Si
Bhikkhu yang bersahabat tersebut berpikir sejenak dan kemudian memberikan
jawabannya, “Bisa saja dingin pada bentuk bulan apa pun, dan bulan mati ke bulan
purnama dan kembali ke bulan mati lagi. Anginlah yang membawa rasa dingin,
apakah itu dari barat, utara ataupun timur. Untuk itu, sedikit banyak kalian
berdua benar! Dan tidak ada satu pun dari kalian yang dikalahkan oleh yang
lainnya. Hal yang paling penting adalah hidup tanpa perselisihan, untuk tetap
bersatu. Kebersamaan tentu saja adalah yang terbaik.”
Singa dan Macan berterima kasih kepada petapa yang bijaksana.
Mereka bahagia masih menjadi teman.
Pesan moral :
Cuaca datang dan pergi (berubah-ubah), namun persahabatan harus
tetap terjalin.
Diterjemahkan
oleh Selfy Parkit.
Sumber:
Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar