KISAH SAMMAJJANA THERA
Dhammapada XIII: 172
Sammajjana Thera mempergunakan sebagian besar waktunya
untuk menyapu halaman vihara. Pada waktu itu, Revata Thera juga tinggal di vihara,
tetapi tidak seperti Sammajjana, Revata Thera mempergunakan sebagian besar
waktunya untuk bermeditasi atau pemusatan batin secara mendalam. Melihat
kebiasaan Revata Thera, Sammajjana Thera berpikir bahwa thera-thera yang lain
hanya bermalas-malasan saja menghabiskan waktunya.
Suatu hari Sammajjana pergi menemui Revata Thera dan
berkata, "Kamu sangat malas, hidup dari pemberian makanan yang diberikan
dengan penuh keyakinan dan kemurahan hati, tidakkah kamu berpikir kamu
sewaktu-waktu harus membersihkan lantai, halaman, atau tempat-tempat
lain?"
Revata Thera menjawab, "Teman, seorang bhikkhu
tidak seharusnya menghabiskan seluruh waktunya untuk menyapu. Ia harus menyapu
pagi-pagi sekali, kemudian pergi untuk menerima dana makanan. Setelah menyantap
makanan, sambil merenungkan kondisi tubuhnya ia harus berusaha untuk menyadari
kesunyataan tentang kumpulan-kumpulan kehidupan (khanda), atau lainnya, membaca
buku-buku pelajaran sampai malam tiba. Kemudian ia dapat melakukan lagi
pekerjaan menyapu jika ia menginginkannya".
Sammajjana Thera dengan tekun mengikuti saran yang
diberikan oleh Revata Thera dan tidak lama kemudian Sammajjana mencapai tingkat
kesucian arahat.
Bhikkhu-bhikkhu lain mengetahui sampah yang tertimbun
di halaman. Mereka bertanya kepada Sammajjana, mengapa ia tidak menyapu seperti
biasanya.
Sammajjana menjawab, "Ketika saya tidak sadar,
saya setiap saat menyapu, tetapi sekarang saya tidak lagi tidak sadar".
Ketika para bhikkhu mendengar jawaban tersebut, mereka
menjadi sangsi, sehingga mereka pergi menghadap Sang Buddha, dan berkata,
"Bhante, Sammajjana Thera secara tidak benar mengatakan dirinya sendiri
telah menjadi seorang arahat, ia mengatakan hal yang tidak benar".
Kepada mereka, Sang Buddha menjawab, "Sammajjana
telah benar-benar mencapai tingkat kesucian arahat, ia mengatakan hal yang
sebenarnya".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
172 berikut:
Barangsiapa yang sebelumnya pernah
malas,
tetapi kemudian tidak malas,
maka ia akan menerangi dunia ini
bagaikan bulan yang terbebas dari awan.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar