KISAH STUPA EMAS BUDDHA
KASSAPA
Dhammapada XIV: 195-196
Suatu saat, ketika Sang Buddha dan para pengikutnya
sedang dalam perjalanan ke Baranasi mereka tiba di sebuah tanah lapang di mana
terdapat sebuah stupa suci. Tidak jauh dari kuil tersebut, seorang brahmana
sedang membajak ladang, melihat sang brahmana, Sang Buddha memanggilnya.
Ketika ia tiba, sang brahmana memberi penghormatan
kepada stupa tersebut tetapi bukan kepada Sang Buddha.
Kepadanya Sang Buddha berkata, "Brahmana, dengan
memberikan penghormatan kepada stupa tersebut engkau telah melakukan sebuah
perbuatan yang terpuji".
Hal itu membuat sang brahmana gembira. Setelah membuat
keadaan batinnya tenang, Sang Buddha dengan kemampuan batin luar biasa-Nya,
memunculkan stupa emas Buddha Kassapa dan membuatnya tetap tampak di langit.
Kemudian Sang Buddha menjelaskan kepada sang brahmana dan para bhikkhu yang
hadir bahwa terdapat empat golongan orang yang patut dibuatkan stupa.
Mereka adalah: Para Buddha (Tathagata) yang patut
dihormati dan telah mencapai Penerangan Sempurna dengan usahanya sendiri. Para
Paccekabuddha, Para Murid-murid Ariya, dan Raja Dunia.
Beliau juga mengatakan kepada mereka tentang tiga
macam stupa yang patut dibangun untuk menghormati empat golongan orang itu.
Stupa-stupa tempat di mana relik sisa-sisa jasmani disimpan, dikenal dengan
nama Sariradhatu-cetiya; stupa-stupa dan bentuk-bentuk yang dibuat menyerupai
orang-orang tersebut di atas, dikenal dengan nama Uddissa-cetiya; dan
stupa-stupa tempat menyimpan barang-barang seperti jubah, mangkuk, dan lain
sebagainya dikenal dengan nama Paribhoga-cetiya. Pohon Bodhi juga termasuk
dalam Paribhoga-cetiya. Sang Buddha menekankan pentingnya memberi penghormatan
kepada mereka yang patut dihormati.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
195 dan 196 berikut ini:
Ia yang menghormati mereka yang patut
dihormati,
yakni Para Buddha atau siswa-siswa-Nya
yang telah dapat mengatasi
rintangan-rintangan,
akan bebas dari kesedihan dan ratap
tangis.
(195)
Ia yang menghormati orang-orang suci
yang telah menemukan kedamaian dan telah
bebas dari ketakutan;
maka jasa perbuatannya tak dapat diukur
dengan ukuran apapun.
(196)
Sang brahmana mencapai tingkat kesucian sotapatti
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Stupa Buddha Kassapa masih dengan jelas tertampak
lebih dari tujuh hari, dan masyarakat tetap berdatangan ke stupa tersebut untuk
memberikan penghormatan dan bersujud. Pada akhir hari ke tujuh, seperti yang
telah dikatakan oleh Sang Buddha, stupa tersebut menghilang, dan di tempat di
mana stupa tersebut tertampak dengan kekuatan batin, muncul keajaiban berupa
sebuah stupa batu yang besar.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar