KISAH LALUDAYI
Dhammapada XVIII: 241
Di Savatthi, banyak orang memberikan pujian setelah
mendengar khotbah-khotbah dari dua Murid Utama, Sariputta Thera dan Maha
Moggallana Thera.
Suatu ketika, Laludayi, setelah mendengar pujian
mereka. Ia berkata kepada orang-orang tersebut bahwa mereka akan mengatakan hal
yang sama tentang dirinya setelah mendengar khotbah-khotbahnya. Mendengar hal
itu, Laludayi diminta untuk menyampaikan suatu khotbah. Ia naik ke panggung
khotbah tetapi ia tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Maka ia meminta para
pendengar untuk mempersilakan bhikkhu yang lain terlebih dahulu dan ia akan
mengambil giliran berikutnya. Dengan cara yang sama, ia menunda sampai tiga
kali.
Para pendengar kehilangan kesabaran dan berteriak,
"Engkau orang bodoh! Ketika kami memuji kedua Murid Utama engkau membual
bahwa engkau bisa berkhotbah seperti mereka. Mengapa engkau tidak berkhotbah
sekarang?"
Laludayi melarikan diri dan kerumunan orang tesebut
mengejarnya. Karena sangat takut dan tidak memperhatikan kemana ia melangkah,
Laludayi terjatuh ke dalam sebah lubang kotoran.
Ketika Sang Buddha mendengar kejadian tersebut, Beliau
berkata, "Laludayi sangat sedikit mempelajari Dhamma; dia tidak
mengulang-ulang pengetahuan Dhamma secara teratur; dia tidak mengingat apa pun.
Apa pun yang telah sedikit ia pelajari menjadi berkarat karena tidak
diulang".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
241 berikut:
Tidak membaca ulang adalah noda bagi
mantra,
tidak berusaha adalah noda bagi
kehidupan rumah tangga.
Kemalasan adalah noda bagi kecantikan,
dan kelengahan adalah noda bagi seorang
penjaga.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar