KISAH CINCAMANAVIKA
Dhammapada XIII: 176
Pada saat Sang Buddha pergi mengajarkan Dhamma, banyak
orang datang berduyun-duyun kepada-Nya. Pertapa keyakinan lain mengetahui bahwa
para pengikut mereka menjadi berkurang. Mereka menjadi sangat marah, sehingga
mereka membuat sebuah rencana yang akan merusak nama baik Sang Buddha.
Mereka memanggil Cincamanavika yang sangat cantik,
murid kesayangan mereka, dan berkata kepadanya, "Jika dalam hatimu
terdapat keyakinan pada kami, tolonglah kami. Buatlah Samana Gotama menjadi
malu".
Cincamanavika menyetujui untuk melaksanakan.
Pada malam itu, dia mengambil beberapa bunga dan pergi
berkunjung ke Vihara Jetavana.
Ketika orang-orang bertanya padanya kemana dia akan
pergi, dia menjawab, "Apa gunanya kalian tahu kemana saya akan
pergi?"
Dia lalu bermalam di tempat pertapa lain yang berada
dekat Vihara Jetavana, dan dia akan kembali pagi-pagi sekali agar kelihatan
bahwa dia telah bermalam di Vihara Jetavana.
Ketika ditanya, dia akan menjawab, "Saya
menghabiskan malam hari dengan Samana Gotama di kamar yang harum di Vihara
Jetavana".
Setelah lewat tiga atau empat bulan, dia membungkus
perutnya dengan kain agar dia kelihatan hamil. Setelah delapan atau sembilan
bulan, dia membungkus perutnya dengan memasukkan papan kayu tipis kedalamnya;
ia juga memukuli paha dan kakinya agar kelihatan bengkak, berpura-pura merasa
lelah dan lesu. Dengan demikian, ia menggambarkan seorang wanita hamil yang
sungguh-sungguh dalam kehamilan yang besar. Kemudian, pada malamnya, ia pergi
ke Vihara Jetavana untuk menghadap Sang Buddha.
Sang Buddha sedang menjelaskan Dhamma kepada kumpulan
bhikkhu dan umat awam. Melihat Beliau mengajar di atas mimbar, ia menuduh Sang
Buddha demikian:
"O kamu Samana besar! Kamu hanya berkhotbah
kepada orang lain. Saya sekarang hamil karena kamu, dan kamu tidak melakukan
apa-apa untuk persalinan saya. Kamu hanya tahu bagaimana menyenangkan dirimu sendiri!"
Sang Buddha menghentikan khotbahnya untuk sementara
dan berkata kepadanya, "Saudari, hanya kamu dan saya yang tahu apakah kamu
berkata yang sebenarnya atau tidak".
Dan Cincamanavika menjawab, "Ya, kamu benar,
bagaimana orang lain tahu apa yang hanya kamu dan saya ketahui?"
Pada saat itu juga, Sakka, raja para dewa, mengetahui
masalah yang terjadi di Vihara Jetavana, sehingga ia mengirim empat orang
dewanya dalam bentuk tikus-tikus besar. Keempat ekor tikus tersebut pergi
kebawah pakaian Cincamanavika dan menggigit putus benang yang mengikat erat
papan kayu di sekeliling perutnya. Pada saat benang tersebut putus, papan kayu
terjatuh, memotong bagian depan kakinya.
Akhirnya tipu muslihat Cincamanavika terbongkar, dan
banyak orang yang berkerumun berteriak dengan marah, "Oh kamu perempuan
jahat! Seorang pembohong dan penipu! Beraninya kamu menuduh Guru Agung
kami!"
Beberapa dari
mereka meludahinya dan menggiringnya keluar. Ia lari secepat yang ia bisa, dan
ketika ia telah pergi agak jauh bumi terbelah dan retak, ia tertelan masuk ke
dalam bumi.
Pada hari berikutnya, ketika para bhikkhu sedang
membicarakan tentang Cincamanavika, Sang Buddha mendekati mereka dan berkata,
"Para bhikkhu, seseorang yang tidak takut untuk berkata bohong, dan
seseorang yang tidak perduli apa yang akan terjadi pada kehidupan yang akan
datang, tidak akan ragu-ragu untuk berbuat jahat".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
176 berikut:
Orang yang melanggar salah salah satu Dhamma
(sila keempat, yang selalu berkata bohong),
yang tidak memperdulikan dunia
mendatang,
maka tak ada kejahatan yang tidak
dilakukannya.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar