Minggu, Januari 20, 2013

Dhammapada XVIII: 246-247-248- Kisah Lima Murid Awam


KISAH LIMA MURID AWAM
 Dhammapada XVIII: 246-247-248


Suatu ketika, lima murid awam melewatkan hari puasa (Uposatha) di Vihara Jetavana. Sebagian besar dari mereka hanya menjalankan satu atau dua peraturan moral (sila) saja dari "Lima Peraturan Moral" (pancasila). Masing-masing dari mereka yang menjalankan salah satu sila tertentu menyatakan bahwa sila yang dijalankannya merupakan sila yang paling sulit dan kemudian terjadi perdebatan. Akhirnya, mereka menghadap Sang Buddha dengan membawa masalah ini.

Kepada mereka Sang Buddha berkata, "Engkau tidak boleh menganggap suatu sila itu mudah ataupun tidak penting. Setiap sila harus dijalankan dengan ketat. Jangan menganggap ringan sila yang mana pun; tidak ada sila yang mudah dijalankan".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 246, 247 dan 248 berikut ini:

Barang siapa membunuh makhluk hidup,
suka berbicara tidak benar,
mengambil apa yang tidak diberikan,
merusak kesetiaan istri orang lain,
(246)

Atau menyerah pada minuman yang memabukkan;
maka di dunia ini orang seperti itu
bagaikan menggali kubur bagi dirinya sendiri.
(247)

Orang baik, ketahuilah bahwa sesungguhnya
tidak mudah mengendalikan hal-hal yang jahat.
Jangan biarkan keserakahan dan kejahatan menyeretmu
ke dalam penderitaan yang tak berkesudahan.
(248)

Lima murid awam mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah khotbah Dhamma berakhir.

]˜

Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar