KISAH SEORANG THERA
ANAGAMI
Dhammapada XVI: 218
Suatu saat murid-murid dari seorang thera bertanya
kepadanya apakah dia telah mencapai tingkat "Jalan Kesucian" (magga);
tetapi sang thera tidak berkata apa-apa meskipun dia telah mencapai "Jalan Kesucian Anagami (anagami magga),
magga ketiga. Dia berdiam diri karena dia memutuskan untuk tidak membicarakan
tentang pencapaiannya hingga dia mencapai tingkat kesucian arahat. Tetapi sang
thera meninggal dunia sebelum mencapai tingkat kesucian arahat, dan juga tidak
berkata sesuatupun tentang pencapaian anagami magganya.
Murid-muridnya berpikir guru mereka meninggal dunia
tanpa mencapai tingkatan magga dan mereka merasa menyesalinya. Mereka pergi
menghadap Sang Buddha dan bertanya di mana guru mereka dilahirkan kembali.
Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu! Gurumu telah
mencapai anagami magga sebelum meninggal dunia, sekarang dia lahir kembali di
Alam Brahma (Suddhavasa Brahmaloka). Dia tidak menyatakan pencapaian anagami
magganya karena merasa malu bahwa dia hanya mencapai itu, dan dia berusaha
keras mencapai tingkat kesucian arahat. Gurumu sekarang telah bebas dari
kemelekatan kesenangan duniawi (kamaloka) dan pasti akan meningkat kepada
keadaan yang lebih tinggi".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
218 berikut:
Barang siapa bermaksud ingin mencapai
"Yang Tak Dinyatakan"
(Nibbana),
yang pikirannya tergetar dengan
"Hasil Kesucian",
yang batinnya tidak lagi terikat oleh
kesenangan indria,
orang seperti itu disebut
"Yang telah pergi ke hilir arus
kehidupan".
Para bhikkhu mencapai tingkat kesucian arahat setelah
khotbah Dhamma itu berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar