Minggu, Januari 20, 2013

Dhammapada XV: 206-207-208- Kisah Sakka


KISAH SAKKA
 Dhammapada XV: 206-207-208


Kira-kira sepuluh bulan sebelum Sang Buddha merealisasi kebebasan akhir (parinibbana), Beliau melaksanakan masa vassa di Veluvala, sebuah desa dekat Vesali. Ketika bertempat tinggal di sana, Beliau mengalami sakit disentri. Ketika Dewa Sakka mengetahui Sang Buddha sakit, dia datang ke Desa Veluvala untuk merawat Sang Buddha selama sakit. Sang Buddha berkata kepadanya agar jangan mengkhawatirkan perihal kesehatan Beliau karena terdapat banyak bhikkhu di dekat Beliau. Tetapi Sakka tidak mendengarkan-Nya dan tetap merawat Sang Buddha hingga sembuh.

Para bhikkhu terkesan dan kagum mengetahui Sakka sendiri yang merawat Sang Buddha.

Ketika Sang Buddha mendengar kata-kata para bhikkhu, Beliau berkata, "Para bhikkhu! Tidaklah mengagetkan perihal cinta kasih dan bakti Sakka kepada Saya. Pernah, ketika Sakka yang dulu bertambah tua dan akan meninggal dunia, dia datang menjumpai Saya. Kemudian Saya menjelaskan Dhamma kepadanya. Saat mendengarkan Dhamma dia mencapai tingkat kesucian sotapatti; kemudian dia meninggal dunia dan lahir kembali sebagai Sakka yang sekarang. Semua yang terjadi kepadanya adalah sederhana karena dia mendengarkan Dhamma yang telah Saya jelaskan. Sesungguhnya para bhikkhu, adalah baik bertemu dengan orang suci (ariya); adalah berbahagia dapat tinggal bersma mereka; tinggal bersama orang bodoh sesungguhnya menderita".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 206, 207, dan 208 berikut ini:

Bertemu dengan para ariya adalah baik,
tinggal bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan,
orang akan selalu berbahagia bila tak menjumpai orang bodoh.
(206)

Seseorang yang sering bergaul dengan orang bodoh
pasti akan meratap lama sekali.
Karena bergaul dengan orang bodoh
adalah penderitaan seperti tinggal bersama musuh.
Tetapi,
siapa yang tinggal bersama orang bijaksana akan berbahagia,
sama seperti sanak keluarga yang kumpul bersama.
(207)

Karena itu,
ikutilah orang yang pandai,
bijaksana, terpelajar, tekun, patuh dan mulia;
hendaklah engkau selalu dekat
dengan orang yang bajik dan pandai seperti itu,
bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang.
(208)

]˜

Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar