KISAH PADHANIKATISSA
THERA
Dhammapada XII: 159
Padhanikatissa Thera, setelah memperoleh pelajaran
meditasi dari Sang Buddha, tinggal di hutan bersama 500 bhikhhu lainnya. Di
sana, ia memberitahu para bhikkhu agar menjaga perhatian dan tekun berlatih
meditasi. Setelah memperingatkan bhikkhu yang lain, ia sendiri berbaring dan
tidur. Bhikkhu-bhikkhu muda melatih meditasi seperti yang diberitahukan kepada
mereka. Mereka berlatih meditasi selama saat jaga pertama. Ketika tiba saat
tidur bagi mereka, Padhanikatissa bangun, dan memberitahu mereka agar kembali
bermeditasi. Ketika mereka selesai berlatih meditasi saat jaga kedua dan
ketiga, Padhanikatissa juga mengatakan hal yang sama kepada mereka.
Selama ia bertingkah laku dengan cara tersebut di
atas, bhikkhu-bhikkhu muda tidak pernah merasa tentram, dan mereka juga tidak
dapat berkonsentrasi pada saat latihan meditasi atau bahkan dalam melafalkan
bacaan.
Suatu hari, mereka memutuskan untuk menyelidiki apakah
guru mereka benar-benar rajin dan berjaga seperti yang dikemukakan oleh
dirinya.
Ketika mereka mengetahui bahwa guru mereka
Padhanikatissa hanya pandai menasehati orang lain tetapi ia sendiri tidur
sepanjang hari, mereka mengatakan, "Kita tertipu, guru kita hanya tahu
bagaimana mengajari kita, tetapi ia sendiri hanya mebuang-buang waktu tanpa
melakukan apa pun".
Pada saat itu, bhikkhu-bhikkhu tidak mendapatkan
istirahat yang cukup, mereka capai dan letih. Alhasil tidak seorang bhikhhu pun
yang memperoleh kemajuan dalam latihan meditasinya.
Pada akhir masa vassa, mereka kembali ke Vihara
Jetavana dan melaporkan kejadian tersebut kepada Sang Buddha.
Kepada mereka Sang Buddha berkata: "Para bhikkhu!
Seseorang yang akan mengajar orang lain seharusnya terlebih dahulu mengajar
dirinya sendiri dan memperlakukan dirinya dengan tepat".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
159 berikut :
Sebagaimana ia mengajari orang lain,
demikianlah hendaknya ia berbuat.
Setelah ia dapat mengendalikan dirinya
sendiri dengan baik,
hendaklah ia melatih orang lain.
Sesungguhnya amat sukar untuk
mengendalikan diri sendiri.
Kelima ratus bhikkhu mencapai tingkat kesucian arahat
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar