Minggu, November 04, 2012

Berapa Banyakkah yang Harus Dipotong Oleh Seseorang?


BERAPA BANYAKKAH
YANG HARUS DIPOTONG OLEH SESEORANG ?


Di Sāvatthī. Sambil berdiri di satu sisi, devatā itu mengucapkan syair ini di hadapan Sang Bhagavā:

“Berapa banyakkah yang harus dipotong oleh seseorang,
berapa banyakkah yang harus ditinggalkan,
Dan berapa banyak lagikah yang harus dikembangkan?
Ketika seorang bhikkhu telah mengatasi berapa banyak ikatankah,
Ia disebut seorang penyeberang banjir?”

(Sang Bhagavā) :

“Seseorang harus memotong lima, meninggalkan lima,
Dan harus mengembangkan lima lagi.
Seorang bhikkhu yang telah mengatasi lima ikatan
Disebut seorang penyeberang banjir.”[1]

(SN 1.5  : Katichinda Sutta )

·         Diterjemahkan dari bahasa Pāi ke bahasa Inggris oleh Bhikkhu Bodhi


Catatan Kaki
1.    Spk: Seseorang harus memotong (chinde) lima belenggu yang lebih rendah (pandangan tentang diri, keragu-raguan, cengkeraman menyimpang atas kebiasaan dan sumpah, keinginan-indria, permusuhan). Seseorang harus meninggalkan (jahe) lima belenggu yang lebih tinggi (nafsu terhadap bentuk, nafsu terhadap tanpa bentuk, keangkuhan, kegelisahan, kebodohan). Untuk memotong dan meninggalkan belenggu-belenggu ini, seseorang harus mengembangkan lebih jauh lagi lima (pañca cuttari bhāvaye), yaitu lima kekuatan spiritual (keyakinan, usaha, perhatian, konsentrasi, kebijaksanaan). Lima ikatan (pañcasaṅga) adalah: nafsu, kebencian, kebodohan, keangkuhan, dan pandangan-pandangan. Seorang bhikkhu yang telah mengatasi lima ikatan ini disebut seorang penyeberang banjir (oghatiṇṇo), yaitu seorang penyeberang empat banjir (SN 1.1).

Kata “banjir” (ogha) digunakan secara metafora, tetapi di sini dengan penekanan tambahan secara teknis, untuk menunjuk kelompok ajaran empat banjir (baca 45:171), lebih dikenal, menurut Spk, “Karena mereka terus-menerus tenggelam dalam lingkaran kehidupan dan tidak membiarkan mereka naik ke tingkat yang lebih tinggi dan ke Nibbāna.”

Empat ini (definisi dari Spk) adalah:

(i) banjir indriawi (kāmogha) = keinginan dan nafsu terhadap lima kenikmatan indria (bentuk-bentuk menyenangkan, suara-suara, dan seterusnya—baca 45:176);

(ii) banjir kehidupan (bhavogha) = keinginan dan nafsu terhadap alam kehidupan berbentuk dan alam kehidupan tanpa-bentuk dan kemelekatan pada jhāna;

(iii) banjir pandangan-pandangan (diṭṭhogha) = enam puluh dua pandangan (DN I 12-38); dan

(iv) banjir kebodohan (avijjogha) = kurangnya pengetahuan sehubungan dengan Empat Kebenaran Mulia.

Banjir perumpamaan juga digunakan pada vv. 298-300, 511-13, dan 848-49.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar