BERAPA BANYAKKAH
YANG HARUS DIPOTONG OLEH
SESEORANG ?
Di Sāvatthī. Sambil berdiri di satu sisi,
devatā itu mengucapkan syair ini di hadapan Sang Bhagavā:
“Berapa banyakkah yang harus dipotong oleh
seseorang,
berapa banyakkah yang harus ditinggalkan,
Dan berapa banyak lagikah yang harus
dikembangkan?
Ketika seorang bhikkhu telah mengatasi
berapa banyak ikatankah,
Ia disebut seorang penyeberang banjir?”
(Sang Bhagavā) :
“Seseorang harus memotong
lima, meninggalkan lima,
Dan harus mengembangkan lima
lagi.
Seorang bhikkhu yang telah
mengatasi lima ikatan
Disebut seorang penyeberang
banjir.”[1]
(SN 1.5 : Katichinda
Sutta )
·
Diterjemahkan dari bahasa Pāḷi ke bahasa
Inggris oleh Bhikkhu Bodhi
Catatan Kaki
1. Spk:
Seseorang harus memotong (chinde) lima belenggu yang lebih rendah (pandangan
tentang diri, keragu-raguan, cengkeraman menyimpang atas kebiasaan dan sumpah,
keinginan-indria, permusuhan). Seseorang harus meninggalkan (jahe) lima
belenggu yang lebih tinggi (nafsu terhadap bentuk, nafsu terhadap tanpa bentuk,
keangkuhan, kegelisahan, kebodohan). Untuk memotong dan meninggalkan
belenggu-belenggu ini, seseorang harus mengembangkan lebih jauh lagi lima
(pañca cuttari bhāvaye), yaitu lima kekuatan spiritual (keyakinan, usaha,
perhatian, konsentrasi, kebijaksanaan). Lima ikatan (pañcasaṅga) adalah: nafsu,
kebencian, kebodohan, keangkuhan, dan pandangan-pandangan. Seorang bhikkhu yang
telah mengatasi lima ikatan ini disebut seorang penyeberang banjir (oghatiṇṇo), yaitu seorang
penyeberang empat banjir (SN 1.1).
Kata “banjir” (ogha) digunakan secara
metafora, tetapi di sini dengan penekanan tambahan secara teknis, untuk
menunjuk kelompok ajaran empat banjir (baca 45:171), lebih dikenal, menurut
Spk, “Karena mereka terus-menerus tenggelam dalam lingkaran kehidupan dan tidak
membiarkan mereka naik ke tingkat yang lebih tinggi dan ke Nibbāna.”
Empat
ini (definisi dari Spk) adalah:
(i) banjir indriawi (kāmogha) = keinginan
dan nafsu terhadap lima kenikmatan indria (bentuk-bentuk menyenangkan,
suara-suara, dan seterusnya—baca 45:176);
(ii) banjir kehidupan (bhavogha) = keinginan
dan nafsu terhadap alam kehidupan berbentuk dan alam kehidupan tanpa-bentuk dan
kemelekatan pada jhāna;
(iii) banjir pandangan-pandangan (diṭṭhogha) = enam
puluh dua pandangan (DN I 12-38); dan
(iv) banjir kebodohan (avijjogha) =
kurangnya pengetahuan sehubungan dengan Empat Kebenaran Mulia.
Banjir perumpamaan juga digunakan pada vv.
298-300, 511-13, dan 848-49.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar